Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Memacu tank m-1

Tank m-1 abrams buatan as meskipun hebat, masih punya cacat. konon masih dibawah t-72, tank mutakhir milik uni soviet. banyak pihak masih ragu terhadap program m-1 abrams. (ilt)

16 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR seperempat abad, tank M-60 Patton diandalkan dalam sistem persenjataan konvensional Amerika Serikat. Dalam karirnya yang panjang itu, beberapa kali tipe dasarnya mengalami peremajaan disesuaikan dengan teknologi mutakhir. Tapi Uni Soviet terus mengimbanginya, hingga dalam perlombaan ini Pentagon (Kementerian Pertahanan AS) menilai M-60 sudah harus diganti. Calonnya sudah ada. Setelah delapan tahun XM-1 dikembangkan, April lalu huruf X (kode eksperimen) ditanggalkan dan tank baru itu dinobatkan dengan nama M-1 Abrams. Nama itu mengenang Jenderal Creighton W. Abrams. Tokoh ini adalah komandan pasukan AS di Vietnam sebelum menjabat Kepala Staf Angkatan Darat. Abrams, yang meninggal tahun 1974, semasa Perang Dunia II amat masyhur sebagai komandan pasukan tank. Sampai beberapa tahun lalu kekuatan pasukan tank Soviet masih mengandalkan jenis T-54, T-55 dan T-62. Yang terakhir ini setara dengan M-60 milik AS itu. Tapi sejak 1974 muncul T-64 yang ternyata lebih unggul ketimbang M-60. Kemudian diketahui ada T-80, jenis lebih baru lagi yang sedang dites pasukan tank Soviet. Diperkirakan lebih unggul lagi dalam tahap perencanaan. Tentu saja tank baru M-1 Abrams dalam penilaian Pentagon paling hebat. Untuk meyakinkan Kongres, Pentagon pernah mengutip kesan para awak yang mengetes senjata baru itu. "Lebih mudah perawatannya, lebih nyaman, lebih gesit, lebih jitu, lebih mudah memasukkan peluru, lebih dapat diandalkan, lebih terjamin daya tahan dan keselamatan awak." Juga majalah Asia-Pacific Defense lorum pernah mengumandangkan senandung puji. "Tank andalan Amerika Serikat di masa depan bukan sekedar sebuah tank baru," tulis majalah itu. "XM-1 suatu revolusi, kendaraan teladan sederetan mesin tempur bertenaga mesin turbin gas. " Tapi justru mesin turbin gas itu pangkal kontroversi sekitar tank baru itu. Dalam program tes pertama awal 1979, mesin itu berulang kali mengalami kerusakan besar dan kecil dan tidak memenuhi spesifikasinya. Dalam jarak 6.400 km kemungkinan terjadi kerusakan setinggi 80% sedang spesifikasinya maksimal 50%. sebagian besar mesin jet itu kemasukan dcbu akibat filter yang kurang baik. Juga terjadi gangguan pada daun turbin. Sistem transmisi yang kurang memadai berpengaruh pada efisiensi pemakaian bahan bakar. Menurut spesifikasinya, tanki bahan bakar yang berisi 2.250 liter mesti mencapai 440 km tapi kenyataannya hanya 400 km. Hasil tes yang lemah itu menyebabkan General Accounting Office (Badan Pemeriksa Keuangan AS) menyarankan suatu program cadangan dengan mengembangkan mesin disel, jenis yang umum dipakai pada tank. Awal tahun lalu Kongres menyetujui dana US$14,2 juta (Rp 8,8 milyar) untuk program itu. Tapi Pentagon agaknya enggan mengerjakannya dan mengulur waktu. Bahkan dalam perundingan anggaran tahun 1981, berdasarkan hasil tes yang membaik, mereka minta program itu dibatalkan saja. "Angkatan Darat berpendapat dana US$ 14,2 juta lebih tepat jika digunakan untuk pengembangan XM-1 yang sedang diproduksi," kata Jenderal Donald R. Keith, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat bidang Riset dan Pengembangan. Cara John Wayne Mesin turbin gas pada prinsipnya mesin pesawat terbang pancargas. Baru pertama kali mesin jenis itu digunakan menjalankan tank. Tenaga tank M-1 yang 1500 DK (Daya Kuda) bisa memacu tank seberat 54 ton itu dengan kecepatan mendekati 100 km per jam di jalan rata. Sedang di medan tidak rata kecepatannya sekitar 48 km per jam. Sebagai bandingan, tank utama Perang Dunia II seperti Sherman (AS), Panzer IV dan Tiger (Jerman) atau T-34 (Soviet) tergolong cepat dengan 40 km per jam di jalan rata. Tank M-1 yang dilayani empat awak mampu mencapai kecepatan 30 km per jam dari keadaan berhenti dalam waktu hanya 6,1 detik. Jauh lebih cepat dibanding imbangannya di Jerman Barat, Leopard-2. Ia juga mampu melewati tembok atau halangan setinggi 1 m dan melintas parit selebar 2,5 m. Semua itu dikendalikan dengan kemudi yang bentuknya mirip kemudi sepeda motor, bentuk yang agaknya disukai para pengemudi tank. Yang mungkin tak disukai pengemudi M-1 ialah batu, lumpur dan debu yang menyiram mukanya di saat tank itu berjalan cepat. Ini dinyatakan dalam sebuah laporan hasil tes setebal 300 halaman yang dikeluarkan April tahun lalu tapi tak pernah diumumkan. Meski petugas tes Angkatan Darat di Fort Knox menulis bahwa tank itu memuaskan dan aman dipakai menurut penilaian awak yang mengetes, laporan itu juga berisi komentar negatif mereka. Antara lain mereka sebut uap dan cairan -- bahaya -- yang menyusup ke dalam luka akibat benturan karena pegangan kurang tepat, tempat komandan tank yang tidak memuaskan, tempat awak yang mengisi meriam tidak aman dan tidak efektif. Dalam mengendalikan tank itu pengemudi sering kehilangan kontrol. Juga ditemui berbagai kesulitan dengan ketiga senapan mesin tank itu. Senapan di tempat komandan tak mungkin dibidik, menurut Sersan Larry Clark. "Saya terpaksa menembak dengan cara John Wayne saja," katanya. Maksudnya, ia menembak dengan sapuan dari kiri ke kanan tanpa membidik betul. Penyakit lain yang cukup parah bagi sebuah tank dialami M-1 itu. Berulang kali ban rangkaian plat baja terlepas, rata-rata setiap 1.360 km. Meski belakangan angka ini sudah bisa ditingkatkan, masih jauh di bawah rata-rata 3.200 km yang dispesifikasi. Semua kegagalan itu tak melumpuhkan semangat pejabat Pentagon. Meski masih terdapat berbagai problem, Jenderal Duard Ball, pemimpin program tank M-1 itu, berkata, "Kini kita punya tank yang mampu melakukan segala yang dari dulu kita impikan. " Keunggulan utama M-1 dibanding tank sebelumnya, selain mesin turbin gas, ialah jenis lapis-bajanya yang lebih tangguh. Logam paduan unggul itu dibuat berlapis-lapis berdasarkan teknologi yang dikembangkan di Inggris yang saat ini dinilai terunggul di dunia. Juga tank Soviet menggunakan lapis baja jenis mirip ini. Keunggulan lain ialah kecepatan dan percepatan yang dicapai M-1, syarat perawatan yang lebih ringan, bentuknya yang rendah dan ramping serta sistem kendali tembak yang lebih baik. Selain punya tiga senapan mesin tadi, M-1 dilengkapi dengan meriam 105 mm. Sedang dikembangkan sebuah meriam 120 mm untuk M-1 menjelang tahun 1984. Sistem sinar laser dan komputer membantu penembakannya. Juru tembak cukup mengarahkan meriamnya pada sasaran dan menarik pelatuk. Ini mengaktifkan sinar laser yang menaksir jarak. Data ini diolah komputer yang kemudian membidik meriamnya. Sekali lagi juru tembak menarik pelatuk dan sasaran pasti kena, sekalipun tank itu berjalan. Semua keunggulan -- dan kegagalan -- bermula ketika dalam bulan Juni 1973 dua perusahaan raksasa di AS, Chrysler dan General Motors, diberi pesanan membuat prototipe sebuah tank baru dengan kode XM-1. Awal 1976, kedua perusahaan itu menyerahkan prototipe masing-masing. Angkatan Darat AS memilih prototipe yang dibuat Chrysler yang kemudian diberi US$ 196,2 juta (Rp 123 milyar) untuk membuat 11 tank percobaan. Cukup Mahal Tank itu memang mahal. Dari harga sekitar US$ 750 ribu (Rp 470 juta) di tahun 1976 menjadi US$ 1,1 juta (Rp 690 juta) saat ini. Namun Jenderal Edward C. Meyer, Kepala Staf Angkatan Darat AS, menilainya masih jauh lebih murah ketimbang tank Leolard-2 buatan Jerman Barat. Harga sebuah Leopard-2, menurut Meyer, sekitar US$ 1,8 juta (Rp 1,1 milyar). "Pasti M-1 lebih baik," tandasnya meyakinkan Senator Young yang mengetuai Subkomite Komite Penilaian Anggaran Senat AS. Senator itu memang yakin. "Perlengkapan modern ternyata cukup mahal," katanya sambil menghela napas panjang. Banyak pihak ternyata masih ragu terhadap program M-1 itu. Antara lain pihak Proyek Pembelian Militer, suatu kelompok kecil yang cukup didengar di Washington, meragukannya. Tank ringan, kata mereka, pasti lebih murah, cepat dan mudah diangkut lewat udara, dan tak kalah tangguhnya jika dilengkapi rudal anti-tank. Agaknya bukan dalam teknologi tank saja, tapi juga dalam produksinya terjadi perlombaan antara kedua superpower. Amerika jelas tercecer. Saat ini Uni Soviet memiliki sekitar 50.000 tank. Dengan tingkat produksi yang lebih 2000 setahun, Uni Soviet menjelang 1987 bakal memiliki paling sedikit 65.000 tank. Sebagian terbesar jenis T-72 dan T-80 yang unggul. Sementara AS saat ini memiliki sekitar 11.000 tank, sebagian terbesar jenis M-60 Patton yang kalah unggul dengan T-72. Produksi M-1 Abrams, menurut rencana, hanya mencapai 7058 buah menjelang tahun 1989. Akibatnya akhir tahun 80-an, jumlah tank Amerika tak bakal melebihi 20.000 unit. Tapi AS tetap mengejar. Senjata antitank baru saja diperkenalkan Pentagon. Yaitu sistem yang mampu mengendalikan roket, bom atau peluru ke arah tank -- dinamakan sistem deteksi gelombang milimeter. Antena kecil di pucuk roket, bom atau peluru itu mampu mengenal pola khas gelombang radio yang terpancar dari logam baja. Antena itu berhubungan dengan komputer kecil dalam peluru itu. Sesudah peluru itu ditembakkan ke arah umum sasaran, komputer -- sebesar sebungkus rokok -- bersama antena itu mengendalikan peluru itu menemui sasaran, misalnya tank atau kapal. Dengan senjata yang mirip bazooka itu, "setiap prajurit mampu menghadapi tank," ujar William Perry, direktur bidang Penelitian Pentagon. Prajurit itu bisa menembakkannya dari jarak 1,5 km setelah diarahkan kepada sasaran berupa tank atau gumpalan debu yang mengitarinya. "Peluru itu mendekati sasaran dan sensur gelombang menemukannya dan menghancurkannya," ujar Perry. Dengan bazooka, prajurit zaman Perang Dunia II harus mendekati tank dalam jarak 100 m. "Lebih masuk akal mengembangkan 'senjata pintar' seperti ini daripada mengimbangi Uni Soviet tank demi tank," kata Perry lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus