Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Memotret Bumi Dengan Komputer

Penggunaan komputer dalam proses pembuatan peta, ICA & Bakosurtanal mengadakan seminar yang membahas masalah tersebut. Dua pelita lagi Indonesia memiliki peta dasar baru.

27 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI hotel mewah Arya Duta, pertengahan September ini, sebuah spanduk terbentang bertuliskan Seminar on Computer Assisted Cartografi. Seminar itu membahas bagaimana teknologi pembuatan peta (kartografi) bisa ditingkatkan dengan bantuan teknologi komputer. Diselenggarakan sebagai kerjasama antara BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional) dan ICA (International Cartographic Association). Pemetaan lingkungan sejak dulu amat penting bagi manusia. Terutama dalam menetapkan lokasi dirinya terhadap berbagai sumber daya alam seperti sumber air, ladang yang subur, lokasi pemukiman lain. Kepentingan ini makin terasa dengan perkembangan peradaban manusia. Jumlah penduduk yang padat mendesak memenuhi permukaan bumi, sumber daya alam yang semakin langka, semua menuntut inventarisasi kekayaan dan potensi yang teliti. Hingga dibutuhkan peta khusus dalam jumlah banyak yang setiap saat menunjukkan informasi paling mutakhir. Dari abad ke abad kartografi berkembang seirama dengan seni grafis lainnya. Tapi sifatnya yang khas membuatnya bahkan sampai abad ke-20 masih merupakan suatu teknologi yang lebih banyak dikendalikan rasa seni dan cekatan tangan seseorang ketimbang proses produksi yang efisien dan obyektif. Di Indonesia malah belum lama ditinggalkan teknologi mencetak peta dengan batu litho, serta beralih pada mesin cetak offset. Dalam prinsip ini tidak berbeda tapi dalam jangkauan teknologi cukup jauh. Ekspor Pengetahuan Keadaan inilah yang membuat para ahli kartografi mengarahkan perhatiannya kepada otomatisasi. Iklim ini sangat dibantu oleh kemajuan yang pesat di bidang elektronika dan terdapatnya komputer digital yang amat cepat, terutama sejak tahun 60-an. Baru 16 tahun lalu peralatan pemetaan otomatis pertama diperkenalkan David Bickmore dan Ray Boyle dari Experimental Cartographic Unit di London, pada kesempatan konperensi ICA di kota itu. Prof. Dr. F.J. Ormeling, Ketua Umum ICA menyebut bahwa sejak saat itu berlangsung perkembangan otomatisasi yang pesat di bidang kartografi. "Di berbagai negeri bantuan komputer dalam proses produksi peta menjadi prosedur yang lazim," tegasnya. Sejak 1976, ICA memutuskan untuk menempuh sikap agresif menghadapi negara "dunia keriga". Daripada menunggu minat mereka menghadiri berbagai konperensi yang diselenggarakan ICA, diputuskan mereka untuk mengekspor "Pengetahuan Barat" dalam bentuk seminar. Tahun 1978 forum pertama semacam itu diadakan di Nairobi, Kenya. Sukses dari konsepsi itu cukup meyakinkan dan untuk kesempatan berikutnya sudah tiga negara menawarkan diri sebagai penyelenggara. Termasuh Indonesia, yang kemudian terpilih sebagai penyelenggara seminar yang kedua "Tidak mengherankan bila Indonesia sebagai negara yang berada di ambang pintu era baru di bidang kartografi, menunjukkan perhatian yang sangat mendalam," ujar Prof. Ormeling. Sejak tahun lalu proses pembuatan peta di BAKOSURTANAL sudah dibantu dengan komputer dalam berbagai tahap proses pembuatan peta dan pengolahan data. Terutama dalam pengolahan data yang diperoleh dari foto udara dan satelit. Tapi dalam hal ini masih sangat perlu menukar pengalaman, dengan pemakai di seluruh dunia. Bahkan problematik yang dihadapi Indonesia masih cukup banyak. Berbagai segi problematik ini dikemukakan Letjen Ir. Pranoto Asmoro, Kepala BAKOSURTANAL dalam kata sambutannya. Kebijaksanaan pemerintah sebetulnya untuk merangsang teknologi padat karya, sedang otomatisasi biasanya merupakan teknologi padat modal. Seolah-olah terdapat kontradiksi bila sebuah badan instansi pem-rintah seperti BAKOSURTANAL mempromosikan penggunaan teknologi padat modal. Tapi agaknya bagi kartografi dalam hal ini tidak ada jalan lain. "Hal ini sehubungan dengan Program Nasional Inventarisasi dan Evaluasi Sumber Daya Alam," jelas Pranoto Asmoro. Pelaksallaan program ini adalah tugas BAKOSURTANAL bersama beberapa instansi pemerintah lainnya. Bagian pemetaan topografi dari program ini harus selesai dalam jangka waktu dua atau tiga Repelita dan mencakup penyediaan peta dasar yang baru. Antusias Data untuk ini tidak bisa diperoleh dari yang sudah ada, melainkan harus digali langsung melalui survei, pengukuran dan berbagai penghitungan. Untuk mcncapai sasaran waktu itu dan sekaligus memenuhi syarat ketelitian yang tinggi, tidak ada jalan lain kecuali mengintroduksikan metode dan teknologi tinggi serta padat modal seperti penggunaan teknologi komputer. Kepincangan akibat menggunakan teknologi padat modal tertebus oleh kenyataan tersedianya peta-peta yang sangat teliti pada saatnya dibutuhkan dengan data yang sedini mungkin. Ini menurut Pranoto Asmoro memungkinkan inventarisasi sumber daya alam vang memang sangat dibutuhkan dalam perencanaan manajemen dan pengembangan sumber daya alam itu. Khususnva untuk proyek padat karya seperti transmigrasi, ekstensifikasi pertanian dan penghutanan kembali. Seminar ini dipimpin oleh Prof. Ir. Luke van Zuylen dari ICA berlangsung lancar dan menarik. Berbagai ahli pembuat peta mengemukakan pengalaman mereka menggunakan komputer dalam proses pembuatan peta. Tapi dalam kata penutupannya Luke van Zuylen juga mengingatkan bahwa teknologi dan metodenya baru dan kontroversial. "Satu waktu para penceramah menyatakan dengan antusias bahwa teknologi itu bisa berbuat segalanya, lain kali mereka mengatakan bahwa metode itu lebih mahal dan memakan waktu lebih banyak," ujarnya. Satu segi yang menarik yang dikemukakan dalam seminar ini adalah berbagai cara dan metode pendidikan dan penataran yang ditempuh di berbagai negeri dalam soal komputerisasi pembuaran peta. Di Negeri Belanda, misalnya, terdapat suatu lembaga kartografi bernama International Tehnical Centre (ITC). Pada lembaga ini kini belajar sekitar 15 mahasiswa Indonesia. Lulusan selama ini sudah lebih 100 orang yang sekarang bekerja di berbagai instansi pemerintah, terutama di BAKORSURTANAL.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus