DULU, kemana pun pergi, orang Jepang berbangga membawa samurai. Kini lain yang mereka bawa. Ada ''tiga K'' (kalkulator, kamera, dan kaca mata) yang senantiasa menyertai mereka. Dan ini pula yang menjadi salah satu lahan bisnis basah bagi Nikon Corp., raksasa industri kamera dan lensa Jepang, yang Kamis pekan lalu meluncurkan produk kaca mata mutakhir: selpeed namanya. Selpeed bentuk pelesetan kata Inggris selfspeed bukan sembarang kaca mata, sebab lensanya atau boleh juga sunglass-nya punya keistimewaan bisa berubah warna: dari warna bening menjadi redup atau gelap dalam tempo 9 detik. Sebaliknya, hanya dalam empat detik, kaca itu bisa kembali bening. Dan Nikon menyediakan tiga model frame dan sembilan warna lensa, seperti hitam, cokelat, dan biru. Sepintas, selpeed mirip kaca mata photogray atau photochromatic, yang lensanya bisa berubah menjadi gelap bila terkena sinar matahari atau cahaya terang dan kembali bening setelah tak ada cahaya terang. Lensa photogray, yang diproduksi sejak 15 tahun silam itu, memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk berubah warna lewat reaksi fotokimia. Itu pun kadangkala bergantung pada suhu udara. Dan si pemakai tak bisa mengatur tingkat kegelapan kacanya. ''Pengalaman itu tak akan terulang dengan produk kami,'' kata juru bicara Nikon kepada TEMPO di Tokyo. Memang, selpeed yang dibuatnya berbeda. Pemakai bisa mengatur tingkat kegelapan kacanya. Dan selpeed boleh dibilang punya keunggulan dalam berganti warna itu. ''Selpeed jauh lebih cepat untuk berubah warna,'' kata juru bicara Nikon. Untuk berubah menjadi gelap, biru, atau hijau gelap, misalnya, hanya makan tempo 9 detik. Untuk membuat terang kembali, tak lebih dari 5 detik. Dan lensa selpeed memang dibuat dengan teknologi yang berbeda. Nikon mengembangkannya sejak 12-13 tahun silam. Intensitas cahaya tak mempengaruhi warnanya. Di bawah matahari yang menyilaukan pun, kalau pemakainya menghendaki lensanya tak gelap, kaca itu tetap transparan. Perubahan warna pada kaca selpeed itu dibuat dengan arus listrik yang dialirkan dari dua batere masing-masing 1,55 volt. Batere itu berbentuk bulat, bergaris tengah 7 mm, dan tebalnya 3 mm, mirip yang dipakai untuk alat hearing aids atau arloji. Keduanya dipasang dekat engsel sambungan frame dan gagang kaca mata. Di kedua gagang itu terdapat tombol kecil. Bila tombol kanan ditekan, lensa berubah dari bening menjadi gelap. Sebaliknya, tombol kiri dipakai untuk mengembalikan warna kaca dari gelap ke terang. Mekanisme tombol ini memungkinkan pula lensa selpeed itu diatur pencahayaannya. Pada keadaan bening, tingkat pencahayaan lensa ini mencapai 75%. Artinya, 75% cahaya bisa menembus lensa. Pada kondisi digelapkan, hanya 21% cahaya yang menerobosnya. Untuk mencapai kondisi pencahayaan 21%, tombol kanan harus ditekan selama 9 detik. Dan di sinilah uniknya: gradasi pencahayaan lensa bisa diatur 60%, 50%, 30%, atau tingkatan di antaranya. Dari bening ke tingkat pencahayaan 50%, misalnya, tombol di gagang kanan mesti ditekan 4-5 detik. Lensa selpeed ini tebalnya sekitar 1,9 mm. Perubahan warna yang terjadi diberikan oleh adanya lapisan film yang membentang di tengah-tengah lensa itu. Lapisan film ini hanya 2-3 mikron atau 2-3 per 1.000 mm tebalnya. Lapisan ini disebut ECD (electrochromic device). Kalau dibedah, film tipis ini ternyata terdiri atas tiga lapis, mirip hamburger. Di tengah-tengah ada selapis electrochromic (EC) dari tungsten oxide, dijepit dua lapis film indium tin oxide (ITO) yang berfungsi sebagai kutub listrik negatif dan positif. Bila tombol yang terletak di tangkai kanan dipencet, terjadi aliran listrik dari positif ke negatif, yang mengakibatkan reaksi oksidasi: kaca berubah dari bening menjadi gelap atau terjadi senyawa tungsten-bronze. Sebaliknya, kalau tombol di gagang kiri ditekan, arus mengalir dari arah sebaliknya: tungsten-bronze terurai, dan lensa kembali bening atau reduksi. Secara teoretis, reaksi bolak-balik itu bisa berlangsung selamanya. Namun, sebagai barang manufaktur, lensa ini punya keterbatasan. Berapa umurnya? ''Tergantung pemakaiannya,'' kata juru bicara Nikon. Yang sudah pasti, dua batere tipe SR-41W itu harus diganti setelah 300 kali dipencet. Kaca mata model baru ini dijual di Jepang dengan harga Rp 750 ribu lebih sebuah, atau sekitar dua kali harga kaca mata hitam biasa. Tahun ini Nikon menargetkan bisa menjual 10 ribu buah di Jepang. Namun Nikon Corp., yang memproduksi lensa kaca mata sejak 1946, tampaknya tak hanya akan memanfaatkan teknologi selpeed untuk kaca mata, tapi juga akan memakainya untuk kaca spion mobil, kaca mobil, atau jendela. Memang, dari seluruh pendapatan Nikon, bisnis lensa hanya punya andil 16% dibandingkan dengan penjualan kamera (48%). Namun, dengan produksi lensa selpeed itu, Nikon berharap bisa unggul menguasai pasar lensa di Jepang (sekitar 210 miliar yen), yang selama ini diperebutkan tiga raksasa lensa Nikon, Hoya, dan Seiko Epson. Seiichi Okawa (Tokyo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini