Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Mengenal Hari Tanpa Bayangan di Indonesia

Hari tanpa bayangan sering juga disebut ketika matahari begerak melintasi garis khatulistiwa, yang menyebabkan bayangan tampak tak ada.

2 September 2023 | 06.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN, menyebutkan kulminasi atau hari tanpa bayangan merupakan fenomena ketika matahari berada di atas Indonesia dan tidak ada satupun bayangan terbentuk dari benda tinggi yang berdiri tegak dan tidak berongga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari tanpa bayangan sering juga disebut ketika matahari begerak melintasi garis khatulistiwa, yang menyebabkan bayangan tampak hilang. Walaupun Indonesia terletak di garis khatulistiwa, tidak semua daerah di Indonesia akan mengalami hari tanpa bayangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip dari laman edukasi.sains.lapan.go.id, hari tanpa bayangan akan terjadi sebanyak dua kali dikota-kota yang terletak diantara Garis Balik Utara (23,4 derajat Lintang Utara) dan Garis Balik Selatan (23,4 derajat Lintang Selatan).

Bayangan yang lenyap tersebut terjadi karena perspektif cahaya. Hal ini dikarenakan antara GBU (Garis Balik Utara) dan GBS (Garis Balik Selatan) bertempatan di bujur yang sama, oleh karena itu matahari berdiri tepat di atas kepala dan jatuh nya pun tepat dibawah benda yang disinarinya.

Namun cahaya-cahaya ini tak lenyap seutuhnya sebab apabila dilihat dari jarak yang lebih tinggi bayangan itu tetap terlihat sebagai mana mestinya. Karena disaat kulminasi cahaya tidak bergeser dari objek yang dituju.

Peristiwa ini tidak hanya terjadi pada siang hari saja, sebab ketika malam tiba fenomena tersebut akan sama terjadi dan diberi nama vernal equinox.

Karena bidang ekuator Bumi / bidang rotasi Bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika / bidang revolusi Bumi, sehingga posisi Matahari dari Bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun antara 23,5o LU s.d. 23,5o LS. Hal ini disebut sebagai gerak semu harian Matahari. Pada tahun ini, Matahari tepat berada di khatulistiwa pada 21 Maret 2023 pukul 04.24 WIB dan 23 September 2023 pukul 13.50 WIB. Adapun pada 21 Juni 2023 pukul 21.57 WIB Matahari berada di titik balik Utara dan pada 22 Desember 2023 pukul 10.27 WIB Matahari berada di titik balik Selatan.

Pendapat Ahli

Dikutip dari laman BRIN, Periset Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang menjelaskan bahwa fenomena ini disebabkan karena nilai deklinasi Matahari pada periode tersebut akan sama dengan lintang geografis wilayah Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan Matahari akan berada tepat di atas kepala.

“Karena nilai deklinasi Matahari sama dengan lintang geografis wilayah Indonesia, maka Matahari akan berada tepat di atas kepala kita saat tengah hari. Ketika Matahari berada di atas Indonesia, tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tegak tidak berongga saat tengah hari, sehingga fenomena ini dapat disebut sebagai Hari Tanpa Bayangan Matahari,” demikian Andi.

Periset BRIN Suraina mengatakan, kulminasi bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat khususnya di Pontianak.

Hari tanpa bayangan atau kulminasi matahari menjadi peristiwa tahunan yang terjadi akibat revolusi bumi mengitari matahari memiliki sumbu rotasi yang bergeser sekitar 23o. Seperti yg kita ketahui, Indonesia terbentang dari 6 LU sampai 11 LS dan dibelah oleh garis khatulistiwa.

DIMAS KUSWANTORO | GERIN RIO PRANATA | BRIN
Pilihan editor: Solstis Desember, Fenomena Apa Itu

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus