Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cuwilan logam mulia tersebut tampak pada perut patung sapi Maha Nandi. Ketika pencahayaan foto patung itu diolah di komputer, wujud lempengan relik yang, konon, terbuat dari emas itu semakin nyata. Termasuk adanya guratan enkripsi berbahasa Sanskerta kuno di setiap sisinya.
"Teknologi X-ray mampu menembus pandang densitas logam perunggu, sehingga isi di dalamnya kelihatan jelas," kata Soegardo Indra Praptono, dosen ilmu radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, 17 November lalu.
Arca logam Maha Nandi seberat 1,4 kilogram itu merupakan peninggalan era Hindu-Buddha abad ke-8 di Jawa Tengah. Arca yang kini terdaftar sebagai benda cagar budaya nasional di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan ini jadi obyek pertama yang dipindai alat buatan Soegardo.
Berbeda dengan teknologi pindai foto roentgen yang statis, hasil pemotretan dengan teknologi pindai X-ray model anyar ini dapat diolah di komputer. Walaupun obyeknya sangat kecil, perincian relik tersebut terlihat jelas bila gambarnya diperbesar.
Peranti scanner (pemindai) X-ray ini, kata Soegardo, sejatinya dipakai di rumah-rumah sakit di Surabaya sejak dua tahun lalu. Mereka ingin mendeteksi penyakit pada organ dalam pasien.
Sayang, kata Soegardo, pemindai tersebut belum pernah digunakan untuk hal-hal di luar dunia kesehatan. Karena itu, Soegardo, yang sejak 1970-an menggemari dunia radiografer (fotografi radiologi), mempergunakan alat tersebut untuk mendeteksi kandungan logam purbakala.
Menurut Soegardo, pengembangan teknologi pindai X-ray untuk mendeteksi kandungan benda purbakala berbahan perunggu baru kali ini dilakukan di Indonesia. Pada 2003, teknologi serupa dipakai untuk mendeteksi mumi di Mesir dan benda-benda arkeologi dari batu.
"Tapi, untuk mendeteksi benda dari logam, ya, baru pertama ini dilakukan," kata radiografer ini sambil memegang patung Maha Nandi, yang besarnya hanya sekepalan tangan orang dewasa.
Menurut dia, keberhasilan teknologi X-ray menembus pandang patung perunggu memungkinkan dilakukannya analisis dan identifikasi benda cagar budaya di masa yang akan datang tanpa harus membuka lak. Ini semacam segel perekat dari getah tanaman untuk menutup arca yang memiliki enkripsi mantra berbahasa Sanskerta.
Pendeteksian kandungan logam purbakala tak dapat dilakukan dengan pemindai X-ray biasa atau yang model lama. Sebab, sebelum ada teknologi digital pada peranti itu, praktek yang sama pernah dilakukan Soegardo tapi tak membuahkan hasil. Dia mencoba beberapa kali, tapi selalu gagal.
Kini, dengan sekali pemotretan serta penghitungan yang mendekati ketepatan, Soegardo dapat merekayasa hasilnya di komputer dengan cara memain-mainkan kekontrasan cahayanya. Cahaya bisa dikurangi atau ditambah agar obyek di dalam logam yang dipotret semakin jelas.
Sebagai seorang radiografer, Soegardo mengetuk hati para koleganya agar tidak hanya menggunakan pemindai digital untuk keperluan di bidang kesehatan. Menurut dia, ada disiplin ilmu lain yang menunggu uluran tangan mereka. "Kita bisa memakai pemindai itu ke bidang-bidang lain yang tak kalah bermanfaat bagi kehidupan."l KUKUH S WIBOWO
Mumi bagi Dewa Mesir Kuno
Ketika peti mati itu terbuka, dari dalam muncul badan manusia yang seluruh tubuhnya dibalut kain linen. Ya, itu salah satu adegan film Mummy, yang menceritakan bangkitnya jenazah tokoh Mesir kuno yang hidup ribuan tahun lalu.
Awalnya, banyak yang tidak percaya dalam peti mati tersebut ada jasad manusia atau hewan seperti yang tergambar di bagian luar peti. Computed tomography scan (CT scan)mencari jawaban untuk rasa penasaran tersebut.
Oriental Institute Museum University of Chicago, misalnya, pernah melakukan pemindaian mumi Meresamun. Wanita ini diyakini menjadi tokoh di sebuah kuil di Thebes pada 800 sebelum Masehi.
Para ahli tidak ingin membuka peti mati yang disegel dan dikubur hampir 1.000 tahun sebelum kelahiran Nabi Isa atau Yesus Kristus itu.
Peti itu kemudian dipindai dengan teknologi sinar-X dan menghasilkan gambar 3 dimensi mumi yang menakjubkan. Meresamun masih terbungkus perban linennya. Tampak terlihat organ internal dan batu yang diletakkan di dalam kelopak matanya.
"Sangat menarik dapat melihat mumi tersebut masih dalam peti mati," kata Emily Teeter, ahli Mesir kuno dari University of Chicago. Teknologi sinar-X, ujarnya, dapat melihat hubungan antara peti, pembungkus, dan jumlah linen yang digunakan.
Hasil pemindaian menunjukkan tinggi Meresamun sekitar 5 kaki 5 inci dan berumur 30-an tahun ketika meninggal. Dia adalah wanita yang menarik dengan mata lebar, wajah simetris, tulang pipi menonjol, dan leher panjang.
Para ahli belum mengetahui penyebab kematian Meresamun. Yang jelas, pada bagian luar peti mati terdapat tulisan "dia hidup untuk Amun (Dewa Mesir)".
Departemen Radiologi Universitas Stanford juga pernah memindai dua mumi buaya pada Februari 2010. "Kami ingin mengetahui apakah di dalam peti ini benar-benar buaya. Jika bukan, apa yang ada di dalamnya?" kata Rebecca Fahrig, yang menjadi koordinator tim peneliti.
Seperti tim University of Chicago, mereka menggunakan CT scan. Ini merupakan teknik pencitraan radiografi yang digunakan secara luas dalam dunia medis. CT scan menciptakan gambaran tiga dimensi digital subyek dengan menggabungkan "irisan" atau gambar sinar-X yang diperoleh pada sudut yang berbeda.
CT scan adalah metode non-destruktif dan non-invasif untuk menyelidiki mumi. Hal ini memungkinkan peneliti menjawab pertanyaan dasar tentang sifat mumi yang dibungkus serta mendapatkan wawasan prosedur mumifikasi dan patologi yang mungkin menimpa jasad.
CT scan memberikan informasi lebih terperinci daripada sinar-X tradisional karena hasilnya gambar tiga dimensi. Citra ini memungkinkan kita melihat fitur internal dari berbagai sudut dan dengan hasil yang akurat.UWD
Membuka Bungkus Mumi
Para peneliti menemukan cara melihat ke dalam mumi tanpa merusak kain yang membungkusnya.
Bagaimana mendigitalisasi mumi?
Para ahli radiologi Universitas Emory, Atlanta, Amerika Serikat, menggunakan sinar-X dan komputer berkapasitas besar untuk membuat animasi citra tiga dimensi dari sembilan mumi kuno. Proses pemindaian ini relatif sama dengan di rumah sakit.
1. Pemindaian dilakukan dengan alat pemindai komputasi tomografi, biasa disebut CT atau CAT scanner. Proses ini membutuhkan waktu 20 menit sejak papan geser memindahkan mumi ke dalam alat pemindai.
2. Tabung sinar-X yang terpasangi frame berputar menghasilkan sinar berbentuk kipas.
3. Timbal/timah jendela sempit balok ke width dari 1 sampai 10 milimeter.
4. Sinar-X melewati mumi: tulang dan bagian padat lainnya, menyerap sebagian sinar-X.
5. Pada sisi berlawanan dari pemindaian, perangkat melengkung mendeteksi variasi sinar-X.
6. Frame berputar ketika papan geser bergerak maju, menciptakan pemindaian spiral. Setiap putaran penuh menciptakan sebuah slice beberapa milimeter yang berisi 1.000 pemindai sinar-X terpisah.
7. Komputer dengan kapasitas besar menggabungkan data dari scan menjadi gambar penampang mumi.
8. Komputer kemudian membuat kumpulan irisan berurutan ketika dipindai.
9. Proses ini menghaluskan perbedaan antar-irisan dari gambar tiga dimensi yang dilihat di layar komputer.
Pemutar frame
Array detector
Sinar-X
Tabung sinar-X
Mumi
Papan geser
Citra Sinar-X Lintas-Bagian (CT Scan)
3-D Gambar interior mumi tiga dimensi yang dibuat dari irisan
Irisan sinar-X
Komputer
Komputer pemroses
Setelah gambar 3-D dibuat, komputer menghasilkan "movie" tiga dimensi dengan sudut pandang yang bergerak terhadap tubuh mumi atau rongga dalam tubuhnya.CREDIT FOTO: KUKUH S WIBOWO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo