Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Mengontrol Diabetes dengan Medan Elektromagnetik

Medan elektromagnetik mengubah sinyal molekul superoksida, khususnya di hati.

12 Oktober 2020 | 00.00 WIB

Negara dengan Penderita Diabetes
Perbesar
Negara dengan Penderita Diabetes

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Para peneliti di University of Iowa, Amerika Serikat, menemukan cara aman mengontrol kadar gula darah secara non-invasif. Studi dilakukan pada tikus diabetes dengan kombinasi medan listrik dan magnet statis selama beberapa jam per hari untuk menormalkan diabetes tipe 2. Temuan ini terbit dalam jurnal Cell Metabolism, pekan lalu.

"Kami membuat remote control untuk mengelola diabetes," kata Calvin Carter, penulis utama penelitian ini. "Paparan medan elektromagnetik (EMF) dalam waktu singkat mengurangi kadar gula darah dan menormalkan respons tubuh terhadap insulin. Efeknya dapat bertahan lama.”

Temuan ini memiliki implikasi besar dalam perawatan diabetes, terutama bagi pasien yang merasa pengobatan saat ini tak praktis. Studi menunjukkan bahwa EMF mengubah keseimbangan oksidan dan antioksidan di hati, meningkatkan respons tubuh terhadap insulin. Efek ini dimediasi molekul reaktif kecil yang berfungsi sebagai "antena magnet”.

Penemuan ini awalnya tak disengaja. Sunny Huang, bersama Carter, tertarik meneliti metabolisme dan diabetes. Ia memerlukan darah tikus dan mengukur kadar gula darahnya. Carter menyarankan agar Huang memakai tikus yang ia gunakan untuk mempelajari efek EMF pada otak dan perilaku pada hewan.

"Sangat aneh karena biasanya hewan ini memiliki kadar gula darah tinggi dan diabetes tipe 2, tapi semua hewan yang terpapar EMF menunjukkan kadar gula darah normal," kata Huang. Fakta bahwa tikus-tikus ini memiliki kadar gula darah normal setelah terpapar EMF di luar dugaan. Sebab, tikus-tikus tersebut memiliki modifikasi genetik yang membuat mereka mengidap diabetes. “Kami menyadari, jika temuan ini bertahan, mereka dapat berdampak besar pada perawatan diabetes,” Carter menegaskan.

Penemuan itu memang bertahan. Carter dan Huang, bekerja sama dengan beberapa ahli diabetes, menemukan bahwa aplikasi nirkabel gabungan medan magnet dan listrik statis memodulasi gula darah dalam tiga model tikus yang berbeda diabetes tipe 2. Tim juga menunjukkan bahwa paparan semacam itu selama tidur membalikkan resistensi insulin dalam tiga hari perawatan.

EMF ada di mana-mana: telekomunikasi, navigasi, dan perangkat seluler. Semua alat itu menggunakan EMF agar dapat berfungsi. EMF juga digunakan dalam pengobatan, seperti magnetic resonance imaging (MRI) dan elektroensefalografi (EEG). Namun sangat sedikit yang diketahui tentang bagaimana mereka mempengaruhi aspek biologi.

Dalam mencari petunjuk untuk memahami mekanisme yang mendasari efek biologis EMF pada gula darah dan sensitivitas insulin, Carter dan Huang meninjau berbagai literatur dari era 1970-an yang menyelidiki migrasi burung. Mereka menemukan bahwa banyak hewan merasakan medan elektromagnetik bumi dan menggunakannya untuk mengarahkan diri serta untuk navigasi.

"Literatur ini menunjuk fenomena biologis kuantum di mana EMF dapat berinteraksi dengan molekul tertentu. Ada molekul di tubuh kita yang bertindak seperti antena magnet kecil, memungkinkan respons biologis terhadap EMF,” kata Carter. "Beberapa dari molekul ini adalah oksidan, yang dipelajari dalam biologi redoks."

Tim berkolaborasi dengan Douglas Spitz dan Gary Buettner, profesor onkologi radiasi UI, serta Jason Hansen dari Universitas Brigham Young. Eksperimen mereka menunjukkan bahwa EMF mengubah sinyal molekul superoksida, khususnya di hati, yang mengarah pada aktivasi yang berkepanjangan dari respons antioksidan untuk menyeimbangkan kembali titik setel redoks tubuh dan respons terhadap insulin.

"Ketika kami menghilangkan molekul superoksida dari hati, kami benar-benar memblokir efek EMF pada gula darah dan respons insulin. Bukti menunjukkan bahwa superoksida memainkan peran penting dalam proses ini," ujar Carter.

Selain pada tikus, para peneliti merawat sel hati manusia dengan EMF selama enam jam. Hasilnya, penanda pengganti untuk sensitivitas insulin meningkat secara signifikan, menunjukkan bahwa EMF juga dapat menghasilkan efek anti-diabetes yang sama pada manusia. “Impian kami adalah menciptakan obat non-invasif baru yang mengendalikan sel dari jarak jauh untuk melawan penyakit," kata Carter.

SCIENCE DAILY | UNIVERSITAS IOWA


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus