Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA mahasiswa tingkat akhir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung membuat inovasi alat pengukur hemoglobin. Perangkatnya sederhana dan pengguna tidak perlu lagi disuntik untuk pengambilan sampel darah seperti selama ini. Alat itu dinamai Hemocare.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembuatnya, Resti Oktia Rahman, Clinton Elian, dan Putut Dewantoro, ingin memangkas biaya pemeriksaan sel darah merah, yang biasanya sepaket dengan tes lain di laboratorium kesehatan. Melalui inovasi ini, tiga mahasiswa teknik elektro tersebut menawarkan alat yang bisa dipakai berulang kali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hemocare juga mempercepat waktu pemeriksaan. Hasilnya bisa langsung diketahui dalam 30 detik. Awalnya, alat ini dibuat untuk memenuhi pesanan dosen pembimbing mereka, Hasballah Zakaria dan Yoke S. Irawan. Hemocare juga berfungsi mengukur detak jantung pengguna.
Hemoglobin adalah molekul protein dalam sel darah merah. Fungsinya membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa pulang karbondioksida ke paru-paru. Jumlah hemoglobin diukur dengan satuan gram per desiliter (g/dL).
Kisaran kadar hemoglobin yang normal pada laki-laki dewasa 14-18 g/dL dan perempuan 12-16 g/dL, sementara anak-anak 11-13 g/dL. Kondisi hemoglobin di bawah kadar normal itu disebut anemia atau kurang darah.
Prinsip kerja Hemocare adalah mengidentifikasi kadar hemoglobin di ujung jari tangan dengan mengukur panjang gelombang berbeda yang dipancarkan empat lampu LED berwarna merah, hijau, biru, dan inframerah. Komponen fotodiode atau sensor cahaya kemudian membaca pantulan sinar lampu.
Menurut Clinton Elian, berdasarkan hukum Beer-Lambert, cahaya yang diserap dibanding sinar yang keluar berbanding lurus atau sama dengan konsentrasi suatu zat dalam cairan. Dengan cara itu, kadar hemoglobin dalam darah bisa diketahui.
Metode yang disebut photoplethysmography ini lazim digunakan untuk mengetahui kondisi sistem jantung dan jaringan pembuluh darah (kardiovaskular). Caranya dengan mengukur perubahan volume darah pada jaringan kulit.
Dalam pengukuran hemoglobin itu, tim memakai penjepit jari (finger clip) yang dibeli dari toko online seharga Rp 100 ribu. Alat itu mereka modifikasi. Isinya dibongkar untuk dipasangi empat lampu serta fotodiode. Hemocare memakai baterai berdaya 3,7 ampere yang bisa diisi ulang.
Sensor optik dipakai untuk menangkap sinyal elektrik yang berasal dari pantulan sinar lampu akibat perubahan aliran darah selama jantung bekerja. Ketika perangkat itu telah siap, seruas ujung jari dimasukkan ke penjepit. "Semua jaritangan kiri dan kananbisa, tapi kalau kelingking gagal karena kekecilan," kata Putut Dewantoro.
Clinton mengatakan, jika sudah dinyalakan, Hemocare bisa segera diaktifkan dan hasil pengukuran ditampilkan lewat aplikasi Hemocare di telepon seluler pintar. Hasil itu bisa diakses melalui Bluetooth yang dipasang pada kotak display.
Tim akan mengembangkan perangkat ini dengan menyatukan penjepit dan kotak pengolah sinyal sehingga ukurannya bisa menjadi lebih kecil dan bentuknya ringkas. Selain itu, sampel pengukuran harus diperbanyak sampai ratusan orang dengan variasi umur dan jenis kelamin. Mereka memperkirakan harga jual Hemocare, jika diproduksi massal, bisa kurang dari Rp 100 ribu per unit.
Anwar Siswadi
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo