Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Terowongan di bawah area terminal Bandara Internasional Yogyakarta tercatat sebagai yang terpanjang di Indonesia saat ini. Terowongan menjulur 1.406 meter itu menghubungan Desa Glagah dan Desa Paliyan, Temon, Kulon Progo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mulai dibuka untuk umum Jumat 24 Januari 2020, terowongan itu kini juga menjadi obyek rekreasi warga setempat. Tempo menjajal melintasinya, Rabu 29 Januari 2020, dan mendapati keunikan di dalamnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sepanjang underpass itu ada banyak relief penari angguk. Tari angguk merupakan tari tradisional khas Kulon Progo.
Jika diperhatikan, relief itu bergerak seperti menari. Karena setiap relief berbeda posisi tangan, kepala dan kaki. Seolah menjadi gambar yang bergerak. Selain itu juga ada suara imbauan untuk hati-hati dengan bahasa Jawa, Indonesia dan Inggris.
"Asik juga melintasi terowongan ini. Tapi bagi pengendara tetap harus hati-hati," kata Rahardjo, salah satu warga yang melintasi terowongan itu, Rabu, 29 Januari 2020.
Rambu-rambu sebelum masuk terowongan memang masih kurang. Warga yang ingin melintasi underpass di bawah kawasan Yogyakarta International Airport itu tidak boleh berhenti saat di terowongan.
Bagi pengendara mobil maupun sepeda motor memang tidak begitu masalah. Namun, karena terowongan itu juga boleh dilintasi sepeda ontel, maka pengendara sepeda harus ekstra hati-hati.
Di dalam terowongan itu memang ada trotoar selebar sekitar 70 sentimeter. Namun, pejalan kaki tidak diperbolehkan melewati terowongan itu. Trotoar sempit itu difungsikan bagi petugas melakukan inspeksi atau perbaikan.
Ketua Komisi C DPRD DI Yogyakarta, Arif Setiadi, termasuk yang berpendapat rambu-rambu harus jelas dan ditambah. Karena saat ini belum ada rambu larangan bagi pejalan kaki. Dia khawatir, banyak warga yang ingin melihat bagian dalam terowongan dan berswafoto atau selfie. Juga ada penumpang kendaraan yang berhenti hanya sekedar ingin berswafoto.
"Perlu ada tambahan rambu, itu untuk keselamatan pengguna jalan," kata Arif.
Juga diusulkan adanya lajur khusus bagi pengendara sepeda ontel. Sebab, jika tidak ada lajur khusus, ada kekhawatiran terjadi kecelakaan yang pasti tidak diinginkan. "Jalur sepeda ini tidak butuh lahan yang lebar. Sehingga masih sangat mungkin dilakukan penambahan, dengan mengurangi sebagian badan jalan," kata Anggota Komisi C, Novida Kartika Hadhi.
Kepala Dinas Perhubungan Kulonprogo, Bowo Pristiyanto, mengatakan terus melakukan pengawasan. Hampir satu minggu dibuka pihaknya mengakui banyak menemukan permasalahan. Salah satunya jalur sepeda dan larangan bagi pejalan kaki. “Kalau ada jalur khusus sepeda akan bagus, termasuk rambu larangan bagi pejalan kaki,” kata dia.
Proyek pembangunan underpass di bawah area terminal Bandara Internasional Yogyakarta telah selesai dan siapa diresmikan Presiden Jokowi, rencananya Maret mendatang. Mulai Jumat, 24 Januari 2020 underpass yang menghubungan Desa Glagah dan Desa Paliyan, Temon, Kulon Progo ini dibuka untuk umum. Panjangnya sampai di ujung mencapai 1,406 kilometer dan yang tertutup atau berada di bawah terowongan sepanjang 1,05 kilometer.