Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Menuju Roket Swasembada

Lapan meluncurkan dua roket meteorologi buatan sendiri, rx-150 dan rx-300 di pameungpeuk, garut. tujuannya untuk bisa berswasembada dalam bidang roket dan satelit. akan diujicobakan secara berkala.(ilt)

10 Agustus 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUK keenam kalinya sejak 1980, dua roket percobaan diluncurkan dari stasiun peluncuran roket Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di Pameungpeuk, Garut Selatan, Jawa Barat, pekan ini. Tetapi, berbeda dengan percobaan terdahulu, "Peluncuran kali ini merupakan uji pemantapan desain-desain yang pernah dirancang sebelumnya," ujar R. Sunaryo, ketua Lapan, kepada Putut Tri Husodo dari TEMPO. Kedua roket itu, RX-150 dan RX-300, sepenuhnya dirancang dan dibuat para ahli Lapan di Laboratorium Motor Roket Pusat Teknologi Dirgantara (Pustegan) Lapan di Rumpin-Serpong, Tangerang. "Hanya tabungnya yang diimpor dari Jerman Barat," kata Muhammad Chawari, pemimpin proyek penelitian dan pengembangan roket sonda untuk penelitian meteorologi. Demi pertimbangan faktor investasi, upaya merengkuh teknologi roket selama ini memang ditempuh melalui jalur "roket untuk meteorologi". Melalui jalur inilah, tahap demi tahap, teknologi peroketan dikembangkan. Meskipun, sebenarnya, ambisi untuk menguasai teknologi itu sudah di pancangkan dalam dasawarsa 1960. Pada 1963 misalnya, para ahli kita sudah meluncurkan antara lain roket Kartika. Selama ini, sekali atau dua kali dalam sebulan, Indonesia juga meluncurkan roket-roket meteorologi yang dibeli dari AS. Harganya, bisa dibayangkan, tentu mahal. Padahal, "Kalau dibikin di sini, harga itu menjadi separuhnya," tutur Sunaryo tanpa merinci angka. Roket RX-150 tersusun dalam dua tingkat dan, dengan sendirinya, bermotor dua. Motor pertama memuat propelan dengan daya dorong dua ton sedangkan motor kedua hanya satu ton Dengan beban guna (payload) 12-16 kg, roket ini diharapkan menembus angkasa hingga ketinggian 80 km. Pada saat lepas landas, menurut perhitungan, kecepatannya mencapai Mach-2 - dua kali kecepatan suara, yang 344 m/detik. RX-150, dengan berat kotor 150 kg, dibebani instrumen meteorologi yang mampu mengirimkan sinyal hasil pengukuran suhu, tekanan udara, dan kelengasan udara relatif (relative humidity). "Sinyal itu dipancarkan secara kontinu, sejak roket meluncur sampai beban jatuh kembali di bumi," kata Susetyo asisten operasi proyek. Waktu yang dibutuhkan roket untuk mencapai ketinggian maksimum sekitar 56 detik. Motor pertama akan lepas dari tubuh roket begitu pembakarannya selesai. Pada saat itu juga, motor kedua langsung menyala. Ketika roket mencapai puncak ketinggian, sistem timer (pengatur waktu) akan melepaskan beban guna dengan parasut. Selama peluncuran ini pun, "Semua instrumen pengukur cuaca tetap bekerja," ujar Susetyo, satu di antara selusin calon astronaut Indonesia itu. Beban ini dilengkapi pemancar deacon, untuk memberitahukan posisinya setelah berada di bumi. Pencarian akan dilakukan dengan pesawat helikopter. Berbeda dengan RX-150, RX-300 berperawakan lebih gemuk dan lebih pendek. Beban gunanya hanya pemancar deacon, yang terbatas menyampaikan isyarat tertentu. Khususnya bahan analisa roket selama perjalanan kecepatannya, lintasannya, dan tempat jatuhnya. Roket gemuk tak bertingkaf ini memang tidak dibebani misi meteorologi. Ia khusus untuk pengujian konstruksi dan aspek aerodinamika roket itu sendiri. Data-data itulah yang langsung dikirimkan melalui pemancar deacon tadi. Dalam motor tunggalnya tersedia propelan dengan daya dorong lima ton. Tujuan akhir rangkaian percobaan selama ini, seperti dikatakan Sunaryo, ialah, "Agar kita bisa berswasembada dalam hal roket dan satelit." Seperti sudah terbukti dengan Proyek Palapa, satelit komunikasi bagi Indonesia merupakan kenyataan yang tidak bisa ditawar. Maka, paling tidak untuk sementara, Lapan tidak berpikir terlalu jauh, misalnya menjual roket ke luar negeri. "Kita ini 'kan bukan pabrik," kata Sunaryo. Dengan roket buatan sendiri, diharapkan peluncuran dengan beban guna instrumen meteorologi bisa dijadwalkan secara tetap dua kali dalam sebulan. Mengenai propelan, yaitu bahan bakar pendorong roket ini, Chawari menerangkan, dibuat dari campuran polimer polisulfid, perklorat sebagai oksidator, dan bahan aditif. Campuran itu "dicetak" ke dalam bentuk silinder berdinding tebal. Bahan aditif yang dicampurkan itulah yang akan menentukan waktu-pembakaran (time burn). Semakin singkat waktu-pembakaran propelan, makin cepat roket melesat. Sistem bakar propelan pada RX-150 dan RX-300 mengikuti pola radial. Artinya, "dinding" bagian dalam lebih dulu terbakar serentak dari ujung ke ujung. Kemudian pembakaran berlanjut ke "dinding" luar. Untuk inisiasi pembakaran digunakan penyala mula listrik (ignitor). Sampai saat ini, semua peluncuran roket Lapan dilakukan di Pameungpeuk. "Sebab, memang hanya satu itulah stasiun peluncuran-kita," tutur Susetyo. Stasiun peluncuran, sudah tentu, menuntut beberapa persyaratan, antara lain akomodasi personil, sumber daya elektrik, perangkat radar, telemetri, dan peluncur roketnya sendiri. Dari Pameungpeuk inilah, diharapkan, roket-roket buatan Lapan diuji cobakan secara berkala. Sehingga, "Kalau nanti ada kebutuhan akan roket yang lebih besar, misalnya untuk kebutuhan persenjataan dan satelit, mudah-mudahan, kita sudah siap dengan teknologi peroketannya," kata Sunaryo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus