Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Menutup Kocek Menipu PLN

Berbagai cara untuk menghemat energi listrik untuk gedung tinggi, rumah, kendaraan, ataupun kompor. Bila harga BBM naik misalnya dengan kotak hemat energi bikinan PPTM. (ilt)

4 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRIA yang berpakaian rapi dan bermobil bagus memasuki sebuah rumah gedung di Kebayoran Seorang asisten membuntutinya. Sepengetahuan nyonya rumah, mereka mengutak-utik meteran listrik. Sebentar saja. Ongkosnya lumayan: Rp 250.000. Sambil bersalaman, tukang yang rapi itu berkata kepada nyonya rumah: "Saya jamin, orang PLN tidak bisa menjumpai rahasia ini." Percaya atau tidak, itu suatu praktek menipu PLN. Keluarga itu dulu biasa membayar rekening listrik sampai Rp 200.000. Kini sekitar Rp 50.000 saja. Penipuan macam ini, entah berapa banyaknya, jarang diketahui PLN. Tapi bagaimana mengurangi rekening PLN tanpa menipunya? Biaya listrik sudah tinggi, dan cenderung meningkat lagi. Banyak gedung besar di Jakarta telah mencoba melakukan penghematan. Tapi Gedung Jaya di Jalan M.H. Thamrin, masih membayar rekening listrik tiap bulan sampai Rp 17 juta. Dan gedung di seberangnya, Skyline Building, masih membayarnya sekitar Rp 23 juta per bulan. Hotel Borobudur Interontinenul telah memasang stiker save our energy di kamar-kamar. Sistem key-tag akan dipasang, seperti halnya di banyak hotel di luar negeri. Sistem ini akan mematikan lampu dan AC secara otomatis kalau kamar tak dihuni. Hotel Sari Pacific yang 6 tahun lalu cuma membayar listrik sekitar Rp 16 juu per bulan, tapi kini sekitar Rp 30 juta per bulan, juga merencanakan langkah penghematan Tapi baru sekedar timer otomatis, bagi lampu uman, misalnya. Pada jam tertentu, lampu dengan sendirinya mati di tempat tertentu. Untuk menghemat rekening listrik, pihak konsumen sebetulnya bisa memperoleh semacam buku bimbingan PLN. Di Medan, misalnya, beredar brosur PLN. Antara lain anjuran memasang kondensator, "bisa menambah jumlah lampu atau alat listrik lainnya tanpa menambah daya." Dianjurkan pula memakai lampu neon (Zuorescent, TL) karena mempunyai efisiensi penyinaran (intensitas cahaya, lumen) lima kali lebih besar daripada lampu pijar (bohlam), bahwa lebih awet delapan kali daripada lampu pijar. Tetapi kalau tidak dipasang kon densator (capasitor shunt), borosnya sama saja. Departemen Elektronik dari Fakultas Teknologi Industri, ITB, telal mengadakan penelitian tentang lampu neon ini. Memang lampu neon 20 wat akan lebih terang daripada bohlam 20 watt. Tetapi sering neon tak mau menyala, terutama ketika beban listrik besar. Bahkan sering sikring utama (pembatas arus dari PLN) terputus: atau jatuh, hanya karena sebuah neon saja. Sementara itu, Laboratorium Konversi Energi Listrik di departemen yang sama telah meneliti lampu neon berikut ballast (umum biasa menyebut: trafo neon). Kesimpulannya ialah semua lampu dan ballast yang diuji tak memenuhi persyaratan SII (Standar Industri Indonesia). Kerugian terbesar bagi konsumen ialah di ballast ini. Yayasan Lembaga Konsumen (YLK) juga telah melakukan penelitian terhadap enam merk lampu pijar yang beredar di pasaran Indonesia. Penelitian dilakukan dari segi dimensi, mekanik, elektrik, kimiawi, terang cahaya dan umur lampu. Cuma tiga merk yang dianggap memenuhi syarat: Phillips (ternyata harganya juga paling murah), kemudian Insram (produsennya tidak diketahui, meskipun dapat hak edar) dan Tungsram. Yang paling buruk ialah merk Delta dan Tristar. YLK juga menandai bahwa masih saja beredar lampu pijar tanpa karakteristik umur lampu dan daya (wattage). Juga tidak sebuah pun yang mencantumkan lumen. Kalau ITB mencantumkan usia neon sekitar 3.500 jam nyala, YLK memperkirakan lampu pijar 750 jam nyala. Bahkan saran YLK, jangan sering main mati/hidup, karena hal ini akan mempercepat putusnya lampu. BERBAGAI bangunan "memang cenderung mengh ambur energi, " kata Dr. SoegiyantO. Ahli Fisika Bangunan dari ITB itU menilai banyak bangunan kurang memanfaatkan cahaya matahari dan udara sekeliling. Dan dia berpendapat bahwa 70% dari rumah tinggal di Jakarta boros energi. Untuk mendapat kondisi nyaman, luas ventilasi sekurang-kurangnya harus 0,8% dari luas lantai. Kalau udara masih juga belum bisa mengalir ke ruangan lain, ventilasi harus diperluas lagi. Boleh sampai 2% dari luas lantai. Sedang lubang cahaya, harus 7-10% dari luas lantai. Menurut Soegiyanto, bersamaan dengan kemajuan teknologi, akan meningkat pula kebutuhan pokok, termasuk kebutuhan-tambahan sampai kebutuhan mewah. "Berbarengan dengan itu semua," ujarnya, orang "harus juga belajar berhemat." Hal ini sudah dimulai dengan gedung LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang baru, Widya Graha. Arsitektur gedung dibuat sedemikian rupa sehingga pemakaian listrik untuk alat pendingin dan penerangan seminimal mungkin. Fungsi gedung tidak terganggu seandainya listrik mati. "Walaupun Jakarta kota metropolitan," kata Rio Rachwartono, Kepala Biro Teknik & Pembangunan, LIPI, "dari segi listrik, dianggap masih desa." Gedung berbentuk ellipse ini juga terbuka di bagian tengahnya. Lewat lubang inilah ventilasi silang secara vertikal maupun horisontal terjadi. Karena banyaknya jendela kaca dan ruang tembus terbuka di tengah, akibatnya tetlalu banyak sinar dan angin. Kini, gedung yang dibanggakan karena hemat energi itu memasang penutup alur vertikal (vertical blinds) dan AC sentral. "Bagaimanapun," kata Rachwartono, "ruangan memang lebih enak kalau memakai AC." Menurut pengakuannya, kapasitas AC hanya dipasang separuh saja. Cara ventilasi silang ini juga akah dipakai oleh gedung Direktorat Tata Kota dan Daerah dari Departemen Pekerjaan Umum. Yaitu dengan menggunakan energi alami sebanyak mungkin. Bentuk bangunan silang ini di tengahnya juga berlubang seperti gedung LIPI. Diperkirakan nanti kalau jadi, pemakaian alat pendingin cuma 20% dari keseluruhan ruangan. Yaitu hanya di ruangzn direlitur, perpustakaan, ruang komputer danruang serba guna. Gedung yang letaknya di Kebayoran ini nantinya bisa menghemat listrik sampai 40%. Susunan lampu dibikin sedemikian rupa, sehingga lampu dinyalakan sesuai dengan keadaan cuaca di luar. "Tetapi penghematan yang nyata akan terjadi," kata Ir. Bambang A.S., Direktur Uu'ma PT Ciriajasa, pemborong gedung tersebut, "dan itu tergantung pada si pemakai kantor." Bagi rumah tinggal, agak sulit menerapkan penggunaan energi alami. Apalagi kalau letaknya saling berdempetan. Dalam simposium "Upaya Arsitektonis dalam Usaha Konservasi Energi" oleh Direktorat Tata Bangunan Dit-Jen Cipta Karya bulan lalu, ada dijabarkan hal pembuatan rumah berudara segar dan bersinar matahari dengan biaya ekonomis. Atapnya harus tinggi dan curam, dengan demikian sinar matahari yang jatuh akan lebih kecil daripada rumah beratap datar. Pada atap itu sendiri ada ventilasi, sehingga udara yang panas antara atap dan langit-langit rumah, bisa keluar masuk. Pergantian udara ini menjadikan rumah lebih sejuk. Rumah juga sebaiknya berjendela kaca yang bisa dibuka, sehingga sinar mauhari bisa mengalahka energi buatan alias listrik. Rumah hemat energi begini telah dilaksanakan oleh beberapa orang. Misalnya keluarga Suwarno dari Binuro, Jakarta. Rumah yang dibuatnya tahun lalu mempunyai jendela besar-besar sehingga sinar matahari bebas masuk. Arsitek muda ini juga memakai tenaga surya (solar energy). "Dengan demikian kami menghemat pemakaian gas," ujar Ny. Dilla Suwarno. Panas yang dihasilkan dari Solar Haff (bikinan Australia) ini bisa mencapai 80øC, dan bisa memproduksi sampai 300 liter air panas. Lewat pipa-pipa kecil yang terletak dalam solar panel, air yanas dialirkan ke tangki lain. Solar Hart beratnya 300 kg dan ditaruh di atas atap. Anda kepingin punya? Silakan. Pertama, sesuaikan dulu kekuatan konstruksi rumah anda. Setelah itu, sediakan uang Rp 1 juta untuk pembelian berikut pemasangannya. ADA sebuah kotak bernama gubard. Bukanlah Pak Gubardi yang menciptakannya. Tetapi nama itu akronim dari "guru, sabar dan guru jadi," kata Dr. M.S.A. Sastroamidjojo, Direktu PPPTM (Pusat Penelitian Penerapan Tenaga Matahari), Universitas Gajah Mada, Yogya. Kotak ini mudah dibuat, ukuran ditentukan menurut keperluan. Bahannya mudah pula didapat. "Kotak ini bisa menghemat bahan bakar sampai 45,5%, kata Pak Seno Sastroamidjojo lagi. Tetapi karena ini menyangkut masalah perubahan pola hidup, "bersediakah kaum ibu memakainya?" tanyanya. Kotak gubardi bikinan PPPTM ini berukuran 40 x 65 x 40 cm. Dilengkapi dengan kain blacu' 7 meter dan kapas sekitar 10 kg. Ongkos buat seluruhnya sekitar Rp 32.400. Cara pakai: nasi yang dimasak dalam panci setelah setengah matang dan airnya kering, segera angkat dari kompor. Tutup panci jangan dibuka. Lantas masukkan langsung dalam gubardi. Persis seperti teko teh dengan tutup penahan panas. Dalam diskusi panel sektor rumah tangga dari Seminar Konservasi Energi September lalu, ada juga disinggung masalah kotak penahan panas ini. Nyonya T. Slamet Danudirdjo sebagai salah seorang peserta diskusi bahkan mengatakan bahwa penyekat bisa dari serbuk gergaji, sekam atau bahan-bahan lainnya yang tersedia. Di samping itu, kualitas kompor menyangkut pula boros tidaknya penggunaan minyak tanah. Kompor yang baik cuma menelan minyak tanah antara 135-147 cc per jam. Nyala pun harus biru dan ini berarti mempunyai panas yang tinggi, selain hemat bahan bakar. Kompor dengan sumbu asbes, selain lebih mahal, boros minyak tanah. Yang baik justru sumbu tali yang terbuat dari katun. YLK bahkan telah mengadakan penelitian sebanyak 48 macam kompor yang ada di pasaran Indonesia. Ternyata lebih dari separuh (56%) tidak memenuhi syarat. Banyak di atas 50øC suhu minyak dalam bejana ketika kompor dipakai. Kompor yang baik--menurut SII -- tidak boleh melebihi derajat panas tersebut, agar tidak meledak. YLK juga mencaut bahwa setelah dilakukan penelitian, terbukti bahwa tidak semua yang diimpor selalu termasuk kclas wahid. Merk impor seperti Toyoset, Takara dan MMM tidak memenuhi standar perdagangan dan standar industri. Yang baik justru kompor dengan merk Dua Saudara dan kompor buatan Cimindi, keduanya dari Bandung, yang mempunyai efisiensi 60%. Demikian pula merk Terang Bulan dari Surabaya. TRANSPORTASI darat (beroda) di Indonesia ternyau telah merampas 63,8% dari seluruh konsumsi bahan bakar semua jenis angkutan. Bagaimana menghemat bahan bakar? "Tergantung dari pribadi yang mengoperasikan dan memelihara kendaraan itu," kata seorang anggota IATO (Ikatan Ahli Teknik Otomotif) yang namanya tidak mau disebut. "Pemanasan mobil cukup 2-3 menit saja," ujarnya. Mobil kuno memang memerlukan pemanasan mesin yang Cukup lama, untuk mensirkulasikan minyak (oli) ke mesin. Dengan teknologi mutakhir ini, oli sudah menempel di bagianbagian mesin. Juga karena ada thermosut, air tak perlu dipanaskan dalam suhu tertentu. Begitu roda mobil menggelirlding, sebaiknya cepat oper persneling. Untuk kendaraan bikinan Jepang, puuran mesin yang paling ekonomis adalah 2.000 - 2.200 rpm. Pedal gas tak usah dipompa. Bensin terbuang percuma saja. Sebaiknya kecepatan mobil lebih merata daripada lambat kemudian cepat seperti akan menguber setan. Shell pernah mengadakan penelitian bahwa kendaraan yang melaju dengan kecepatan terlalu tinggi, justru lebih memboroskan bensin. Tahanan angin (wind resistance) bertambah menurut kecepatan. Laju kendaraan 70 km per jam akan menghemat 20% bahan bakar daripada yang lebih laju, 90 km per jam. Alat pendingin (AC) menyedot 6 dari jumlah bahan bakar. Juga kip angin, radio dan lampu, meskipun tid sebesar AC. Kalau tonnage lebih sarat dari ukuran, tentu akan menahan bahan bakar pula. Selain itu, "pemeliharaan juga penting sekali," tambah anggota IATO ter sebut. Tali kipas yang kendur, saringan tak bersih dan tekanan udara pada ban akan mempengaruhi juga seberapa bisa menghemat bensin. Setiap ban yang mempunyai tekanan udara kurang dar 5%, pertambahan bahan bakarnya menjadi berkurang « km setiap 1 liter bahan bakar. Misalnya, untuk kendaraan jenis X dengan pemalcaian bensin yang tadinya 1: 10, jadi 1: 9,5. Pemilik mobil sering-cuma ikut-ikutan mode saja, tapi berakibat menambah borosnya bahan bakar. Misalnya, pemakaian ban radial oleh "mereka yang senang pamer," ujar orang IATO tadi. Lebih baik membeli Electronic Ignition Amplifier, sehingga bisa dicek apakah kerja busi meleset atau tidak. Dengan perputaran busi dalam jarak tertentu (biasanya di atas 3.000 rpm) akan terjadi penghamburan daya putar. Rupanya mobil dan motor bikinan Jepanglah yang siap berhemat energi. PT Astra Internasional baru-baru ini memasarkan model sepeda motornya yang baru. Honda Super Cub 800 (Honda C 800) dengan pemakaian bahan bakar 1: 115. Motor 4 tak ini memakai sistem CVCC (Compound Vortex Conttolled Combustion), yaitu campuran minimal (lean mixture) ketika terjadi pembakaran antara udara dan bahan bakar. Keuntungan dari motor yang disebut econopower motor ini ialah gas CO yang biasanya membuat polusi itu dibakar kembali, karena banyaknya 02. Selain itu, pengendara yang suka main-main gas (besar dan kecil) yang memekakkan telinga itu, akan lebih memboroskan bahan bakar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus