Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Kisah Azaria Di Tangan Dingo/Ibunya

Kisah pembunuhan bayi yang menggegerkan seluruh australia kini jadi rebutan pengarang buku, azaria, bayi, dibunuh ibu kandungnya yang baru-baru ini divonis hukuman seumur hidup dan kerja berat. (krim)

4 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH kisah tentang pembunuhan bayi yang sempat menggegerkan seluruh Australia kini sedang diperebutkan oleh empat pengarang di negeri itu. Bahkan sebuah perusahaan film telah siap mengangkatnya ke layar perak. Buku atau filmnya yang diperkirakan akan sangat laris itu mengisahkan Azaria, seorang bayi perempuan yang terbunuh 17 Agustus 1980 pada usia 9 minggu. Si pembunuhnya, ibu kandung bayi itu, baru-baru ini divonis hukuman seumur hidup ditambah kerja berat. Meskipun akhirnya sang ibu, dengan jaminan, dibebaskan kembali akhir November 1982. Ada dua versi pembunuhan bayi itu. Pertama, menurut orang tuanya sendiri, "Azaria dimakan seekor dingo." Namun menurut pengadilan tinggi di Darwin: "dibunuh sendiri oleh orang tuanya." Pengadilan tinggi Northern Territory Darwin akhir Oktober lalu memutuskan Alice Lynne, 34 tahun, ibu bayi tersebut, bersalah dan dihukum. Sedangkan ayah sang bayi, Michael Chamberlain, 38 tahun, seorang pendeta gereja Advent Hari Ketujuh, diputuskan ikut bersalah. Namun pendeta ini tidak dihukum penjara karena harus memelihara dua putra, Aidan (8 tahun) dan Reagan (6 tahun). Ia dikenakan denda A$ 500 plus masa percobaan 3 tahun. Tanggungan Michael kini malah sudah bertambah satu lagi, karena istrinya yang sempat hamil semasa pengusutan kasus mereka dalam dua tahun terakhir, telah melahirkan seorang putri lagi di penjara Berrimah 11 November lalu . Kasus hilangnya Azaria itu begitu besar sensasinya sehingga menjadi berita bersambung di koran-koran Australia sejak 1980 sampai sekarang. Awal kisah, keluarga Chamberlain meninggalkan kota tambang Queensland dengan sedan Torana ke bumi perkemahan murah, Ayers Rock, 16 Agustus 1980. Keesokan malamnya terjadilah peristiwa itu. Malam Minggu itu, menurut kesaksian Ny Alice Lynne Chamberlain di pengadilan, Azaria tertidur di pangkuannya. Ia kemudian membawa putrinya, diikuti Aidan ke tenda. Karena Aidan (waktu itu 6 tahun) merasa lapar, putra dan ibu itu kemudian sambil bercanda lari ke pediangan di luar kemah untuk mengambil makanan. Di situ ada suaminya yang mengatakan seperti baru saja mendengar Azaria menangis. Dia menyuruh Lynne menengok bayinya. Setengah jalan ke tenda, katanya, Lynne melihat seekor dingo (jenis anjing liar di Australia). Yang terlihat cuma bagian punggung sampai bagian ekor karena moncong hewan itu tersuruk ke dalam tenda dan tampak sedang merenggut-renggut sesuatu. Binatang itu kemudian lari setelah Lynne berteriak. Segera wanita itu masuk ke tenda dan menemukan selimut Azaria berantakan, sedangkan bayinya yang ditidurkan dalam keranjang tak ada lagi. Karena jeritannya, suaminya dan orang-orang yang berkemah dekat situ segera datang. Orang-orang itu, begitu pula polisi yang dihubungi kemudian, segera melakukan pencarian. Sekitar 300 orang membentuk pagar betis menyeberangi bukit-bukit pasir dalam kegelapan yang dingin itu. Tapi pencarian mereka, hingga pukul 3 dini hari berakhir, tak menemukan tanda tanda bahwa Azaria dilarikan dingo. Minggu pagi, sementara orang-orang di 'Benua Selatan' itu membaca berita ini, pencarian dilakukan sampai ke padang pasir. Tujuh hari kemudian seorang turis dari Victoria, Wallace Goodwin, kesandung pada sehelai pakaian bertitik-titik darah, sebuah kaus singlet dan sepasang sepatu kecil di dasar karang kira-kira 4 km dari tempat hilangnya Azaria. Dari sini mulai timbul beberapa spekulasi dan teori tentang hilangnya bayi itu. Kesaksian pengusut Denis Barrit disiarkan lewat televisi 20 Februari 1981. Pada siaran langsung selama 45 menit dari ruang sidang pengadilan itu, Barrit menyimpulkan hasil penemuannya, bahwa Azaria meninggal diserang dingo buas sementara tidur di tenda. Namun, tambah Barrit, mayat bayi itu kemudian diambil dari penguasaan dingo entah oleh apa atau oleh siapa. Maka kasus itu pun makin berkembang. Bulan Juni 1981, Dr..Brown, seorang pengikut Advent Hari Ketujuh, secara kebetulan diidang ke konperensi internasional di Norwegia. ia minum pada komisaris polisi North Territory, Peter McAulay, supaya baju yang dikenakan Azaria pada alam kejadian itu dibawa ke London. Permintaan itu dikabulkan, sehingga baju itu diperiksa oleh tim ahli forensik terkemuka di London, antara lain Profesor Dr. James Cameron, ahli odontologi forensik Bernard Simsy dan kepala pemotretan medis, Ray Ruddick. Hasil pemeriksaan itu dilaporkan ke Australia. Atas permintaan Menteri Kepala North Territory Australia, polisi dan ahli hukum kemudian mulai mempersiapkan pengusutan kembali terhadap keluarga Chamberlain yang kini menetap d rumah baru di Avondale College Kooranbong. Di sidang pengadilan 14 Desember 1981, Prof. Cameron-yng sengaja didatangkan dari Londn, memberi kesaksian bahwa bayi Azaria meninggal karena lehernya dipotong dan ada satu tangan orang dewasa yang kecil memegangnya sementara darah memancar. Cameron yakin pakaian bayi itu kemudian dipotong dengan gunting setelah darahnya mengalir, kemudian dikuburkan masih dengan pakaian itu. Kesaksian lain dari ahli biologi forensik Komisi Kesehatan New South Wales, Ny. Joy Kuhl, mengatakan bahwa ia telah menemukan darah foetal (bayi) pada 8 tempat di mobil keluarga Chamberlain, antara lain pada dashboard. Sidang pun mulai ramai lagi. Tak kurang dari 45 saksi dipanggil oleh penuntut umum Ian Barker. Sedangkan terdakwa yang dibela John Phillips, dari Melbourne dan Bantuan Hukum Australia, memajukan 28 saksi. Ny. Alice Lynne Chamberlain tetap memperuhankan keterangannya, bahwa putrinya dilarikan dingo. Namun penuntut umum Ian Barker menyusun versi lain dari kisah Lynne tenung hilangnya Azaria itu. Menurut Barker, malam itu Ny. Chamberlain meletakkan putranya, Reagan (waktu itu 4 tahun) dalam keranjang tidur dalam tenda. Kemudian ia menggendong Azaria ke pediangan dan ngobrol dengan keluarga Lowe dari rasmania yang berkemah dekat situ. Ini terakhir kalinya bayi itu dilihat orang lain bersama ibunya. Ny. Chamberlain, kata Barker, kemudian meninggalkan keluarga Lowe sambil menggendong Azaria, menuju mobil keluarga, diikuti Aidan. Ia kemudian duduk di kursi depan dan memotong leher bayinya sendiri di sini, tak ada yang tahu pukul berapa tepatnya. Darah Azaria muncrat antara lain ke kaca mohil. Setelah membunuh bayinya, Ny. Chamberlain pergi ke tenda, sehingga bercak-bercak darah yang menempel di badannya juga mengenai beberapa benda dalam tenda. Ny. Chamberlain dan Aidan, cerita penuntut umum, kemudian menemui suaminya di pediangan. Tepatnya di mana bayi itu ditaruh waktu itu, tak dapat dibuktikan, hanya diduga ditaruh dalam tas kamera Chamberlain di mobil. Adapun sang suami, kemungkinan telah mendengar suara tangisan bayi dari arah tenda. Istrinya kemudian kembali ke tenda dan di sini ia mulai berteriak menyatakan bayinya hilang dilarikan dingo. Paling tidak, menurut sang penuntut itu, sementara 300 orang mencari-cari Azaria, mayat bayi itu masih ada dalam mobil. Tengah malam keluarga Chamberlain dibantu polisi dan seorang perawat pindah penginapan ke motel, 5 menit perjalanan dengan mobil dari perkemahan. Mayat bayi kemudian dikuburkan diam-diam masih lengkap berpakaian. Kuburan kemudian digali lagi, pakaian bayi diambil, digunting bagian lengannya untuk memberi kesan disobek-sobek cakar dingo, kemudian diletakkan 4 km dari Ayers Rock. Michael Chamberlain dinyatakan ikut bersalah, karena, menurut Ian Barker paling tidak pendeta itu sudah mendengar pembunuhan bayi itu, sehingga ia tidak bernapsu lagi mengikuti pencarian bayi sampai berlarut-larut. Pembela pasangan Chamberlain, John Phillips, dalam pidato penutupan menyaukan "pihak penuntut sama sekali tidak mengajukan motivasi Ny. Chamberlain untuk membunuh bayinva." Tapi pidato penutupan penuntut, Ian Barker, menyatakan bahwa ia bermaksud membuktikan sebuah pembunuhan telah dilakukan dan bukan untuk membuktikan motivasi pembunuhan. Karena itu motif pembunuhan itu pun tidak terungkap. Ny. Chamberlain, yang tetap berdandan setiap muncul di pengadilan hingga tampak sebagai bintang film, tulis Sidney Mornig Herald, memberi kesan bahwa ia adalah seorang ibu penuh kasih sayang . "Kasus ini adalah yang paling sensasional dalam sejarah," kata Hakim Muirhead kepada dewan juri sehari sebelum vonis dijatuhkan, 30 Oktober. Banyak di antara yang hadir, termasuk anggota juri, sempat ikut meneteskan air mata melihat penampilan wanita yang disidangkan dalam keadaan hamil itu. Namun bukti-bukti ilmiah yang kuat antara lain dari Profesor Cameron, lebih berat dari suasana yang hendak diciptakan Ny. Chamberlain. Karena itu akhirnya juri yang terdiri dari sembilan anggota lelaki dan tiga anggota wanita, bersepakat: pasangan itu bersalah, sesuai dengan pendapat Hakim Muirhead yang segera menjatuhkan hukuman. Terhukum, pasangan Chamberlain, dan pembela mereka diberi waktu 28 hari untuk mengajukan permintaan banding. Hal itu sudah dilakukan oleh pembela yang sekaligus meminta pembebasan Chamberlain dengan jaminan. Pengadilan telah mengabulkan permintaan itu dan Ny. Chamberlain dibebaskan dengan jaminan akhir November lalu. Berarti kisah Azaria yang sudah siap dibukukan masih akan bersambung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus