Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Menyulap Keruh Jadi Bening

26 Desember 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TINGKAT keasaman dan kandungan organik yang tinggi menyebabkan air gambut berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi. Enam peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan cara mudah menjernihkan air berwarna merah kecokelatan itu sehingga aman untuk diminum.

Mereka adalah Nyoman Sumawijaya, Dadan Suherman, Sudaryanto, Wahyu Purwoko, Dedy Sukmayadi, dan Endang Lili. Tim dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI ini menciptakan alat penjernih karena prihatin melihat masyarakat di kawasan lahan gambut selalu kekurangan air bersih.

Mereka mulai meriset alat yang belum diberi nama itu di laboratorium LIPI di Bandung pada Februari lalu. Dari sejumlah teori, tim menemukan metode penggabungan partikel dan pengendapan untuk membersihkan air gambut. Lalu mereka mencari bahan-bahan sederhana yang mudah didapatkan, yang fungsinya sesuai dengan teori tadi.

Bahan-bahannya terdiri atas bak air atau toren, kayu bulat, tutup botol air kemasan, tanah lempung atau tanah liat, serta kapur tohor. Toren digunakan sebagai wadah untuk mengolah air gambut. Kapasitas toren disesuaikan dengan kebutuhan, antara 150 dan 500 liter.

Kayu dipakai untuk mengaduk air dan tutup botol sebagai alat penakar bahan-bahan yang akan dicampurkan ke dalam air. Kaporit atau kalsium hipoklorit berfungsi sebagai disinfektan, untuk mencegah pencemaran jasad renik serta membunuh atau menurunkan jumlah kuman penyakit. Adapun tawas digunakan untuk menjernihkan air. "Tawas ini bisa dipakai atau tidak," kata Nyoman pekan lalu.

Kapur tohor berguna mengubah tingkat keasaman air. Kapur tohor biasanya digunakan untuk melabur tembok. Adapun tanah lempung untuk mengendapkan warna keruh karena mengandung partikel koloid halus. "Air gambut memang tidak mengandung partikel koloid sehingga susah diendapkan," katanya.

Ihwal penggunaan kaporit, Nyoman yakin senyawa kimia ini aman dipakai karena gas berbahaya yang dikandungnya akan menguap sendiri ketika penutup bak air dibuka. Bau menyengat kaporit akan hilang seketika saat air dimasak.

Bahan-bahan tersebut dicampur dalam toren: mula-mula air, menyusul kaporit, kapur tohor, tanah liat, dan tawas. Setiap 400 liter air gambut membutuhkan kaporit 12 takar, kapur tohor 8 takar, tanah liat 16 takar, dan tawas 20 takar. Takaran yang dipakai adalah tutup botol air kemas­an. Satu takar setara dengan 5 gram kaporit, 8 gram tawas, 7 gram tanah liat, dan 2,5 gram kapur tohor.

Tim LIPI sengaja menggunakan ukuran tutup botol air kemasan karena mudah bagi masyarakat serta gampang diperoleh. Nyoman mengatakan pH (potential Hydrogen) air hasil dari proses pengolahan ini meningkat mencapai 6,5-7,5 dari sebelumnya sekitar 3-5 pH. "Kondisi ini sudah ideal sebagai air bersih," katanya.

LIPI mempersilakan masyarakat memanfaatkan cara sederhana ini secara cuma-cuma. Masyarakat Kelurahan Kalampangan dan Danau Tundai di Palangkaraya sudah mulai menggunakannya sejak bulan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus