Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Mimpi Musk Mengkoloni Mars

Proyek SpaceX akan mengangkut manusia ke Mars mulai 2025. Ambisi membangun peradaban manusia pertama antarplanet.

24 Oktober 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ELON Reeve Musk, 45 tahun, sudah lama bermimpi bisa terbang ke Mars. Hanya, untuk saat ini tak ada tumpangan yang dapat membawanya ke Planet Merah itu. Untuk mewujudkan ambisinya, pengusaha Amerika Serikat kelahiran Afrika Selatan ini menggandeng beberapa orang di Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) untuk bergabung dalam timnya dan para pencinta luar angkasa berkantong tebal. Musk tak sekadar ingin pergi ke Mars. Ia punya misi besar: membangun peradaban manusia di sana.

Tampil dengan gaya rambut Tony Stark-tokoh fiktif pengusaha kaya yang berada di balik topeng Iron Man-Musk menjelaskan secara rinci proyek SpaceX, yang akan membawa manusia ke Planet Mars, dalam acara tahunan International Astronautical Congress Ke-67 di Guadalajara, Meksiko, tiga pekan lalu. Musk mengatakan dibutuhkan terobosan teknologi baru, wahana berukuran raksasa, roket yang bisa dipakai ulang, tangki bahan bakar dari karbon, dan mesin berkekuatan ultra.

Semua itu tak lain untuk mengirim 1 juta orang tinggal di Mars. Pendiri sekaligus CEO SpaceX ini pun menawarkan transportasi bernama Interplanetary Transport System. Konsepnya gabungan antara roket berdaya dorong kuat dan pesawat ruang angkasa ulang-alik yang dapat membawa 100 orang sekali terbang. "Tinggi roket ditambah pesawat mencapai 122 meter atau setara dengan bangunan 40 lantai. Inilah roket terbesar yang pernah ada," kata Musk dalam presentasinya.

Sebagai pembanding, roket legendaris Saturnus V dalam misi Apollo ke bulan pada 1961 tingginya 111 meter. Hanya, proyek ambisius ini membutuhkan biaya tak sedikit. Untuk menggalang dana, miliarder muda ini menawarkan tiket ke Mars bagi siapa saja yang berminat seharga US$ 100-200 ribu atau Rp 1,3-2,3 miliar per orang. "Harga itu tergolong murah. Jika Anda pergi ke Mars dengan teknologi yang ada sekarang ini, biayanya bisa mencapai US$ 10 miliar per orang," ucap Musk mencoba meyakinkan pengunjung kongres.

Lantas teknologi apa yang diusung SpaceX? Dalam paparannya, pendiri PayPal dan Tesla Motor itu mengatakan roket menggunakan 42 mesin Raptor dengan kekuatan dorong tiga kali lebih besar ketimbang Merlins, mesin yang digunakan roket Falcon, versi awal roket keluarga SpaceX. Adapun pesawatnya memakai tiga mesin. Dengan begitu, perjalanan ke Mars dapat ditempuh dalam 80 hari saja atau empat kali lebih cepat ketimbang memakai Merlins, enam-sembilan bulan. Mesin ini sukses diuji coba pada akhir September lalu.

Setiap penerbangan harus menunggu waktu yang tepat, yaitu saat bumi dan Mars berada dalam posisi sejajar agar mendapat jarak terdekat. Fenomena ini terjadi 26 bulan sekali. Tapi jangan mengira bila perjalanan ke Planet Merah akan menyenangkan. "Saya pikir petualangan pertama akan sangat berbahaya. Risiko kematian cukup tinggi," ujar Musk. Karena itu, dia tak menyarankan anak-anak ikut dalam penerbangan perdana. "Tentu kami akan berusaha terus untuk mengurangi risiko ini."

Kelompok koloni pertama SpaceX ke Mars akan terbang pada 2025. Di sana mereka akan membangun permukiman permanen dalam 50-100 tahun ke depan. "Yang hendak saya lakukan adalah agar umat manusia tak punah dan menjadikannya sebagai spesies antarplanet," kata Musk. Dia memperkirakan pengembangan awal memakan dana sekitar US$ 61,2 juta.

Mimpi mengirim manusia ke Mars bukan hanya milik Musk. Boeing juga tak mau kalah. Perusahaan yang lebih dikenal sebagai produsen pesawat terbang komersial itu tetap mengusung konsep skema roket yang selama ini mereka pakai untuk menerbangkan kargo ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS). Hanya, Boeing masih merahasiakan spesifikasi detail sistem pesawat mereka menuju Mars.

Sejauh ini Boeing memiliki dua pesawat ruang angkasa eksperimen yang bisa terbang dengan kecepatan lebih dari tiga kali kecepatan suara. Yang pertama adalah Hypersonic Technology Vehicle 2. Pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan Mach 20 atau 20.921 kilometer per jam. Perjalanan dari Los Angeles ke New York bisa ditempuh hanya dalam 12 menit dari biasanya 5 jam. Kedua adalah X-51A Waverider, yang mengandalkan gelombang kejut untuk membuat kompresi agar kecepatan mencapai Mach 5,1.

"Estimasi biaya harus benar-benar diperhitungkan untuk membuat pesawat yang melebihi keduanya," ucap Direktur Utama Boeing Dennis Muilenburg dalam sebuah konferensi antariksa yang digelar The Atlantic Magazine di Chicago, 4 Oktober lalu. Meski begitu, Boeing baru akan menerbangkan manusia ke Mars pada 2030. Muilenburg melihat Mars merupakan ladang bisnis wisata masa depan. "Mars jadi tujuan utama dan ISS bisa menjadi hotel transit bagi para turis," katanya.

Muilenburg memprediksi pasar ruang angkasa meningkat tajam dalam beberapa tahun mendatang. Dengan puluhan tujuan orbit, teknologi pesawat hipersonik ruang angkasa yang berangkat dari berbagai benua akan menjadi tren dan merupakan prospek wisata potensial. Boeing, menurut Muilenburg, akan menjadi pemain utama untuk mendorong manusia ke Mars. "Orang pertama yang menginjakkan kaki di Mars akan naik roket Boeing," ujarnya.

Perseteruan SpaceX dan Boeing dalam mengangkut manusia ke Mars mirip kesengitan kompetisi ruang angkasa antara Amerika dan Uni Soviet pada 1950-an. Dua perusahaan itu bahkan sudah menjadi rival terkait dengan kontrak penerbangan ruang angkasa komersial dari NASA sejak 2012. Saat itu NASA memilih Boeing, SpaceX, dan Sierra Nevada Corp untuk membuat wahana ke ISS. Boeing yang mendapat jatah lebih besar dari proyek senilai US$ 1,1 miliar itu.

Ambisi kedua perusahaan untuk mengkoloni Mars ternyata membuat ilmuwan dan penulis fiksi ilmiah khawatir. "Saya benci persaingan ini. Keduanya seolah-olah ingin mengubah kosmos seperti taman bermain para miliarder," ujar Kim Stanley Robinson, penulis novel fiksi ilmiah The Red Mars (1993), kepada The Christian Science Monitor. Adapun Charles Cockell, ahli astrobiologi dari Universitas Edinburgh, Skotlandia, mengatakan, "SpaceX dan Boeing dapat mengancam keseimbangan tata surya."

Amri Mahbub (Space.com, Spacenews, Wired.com)


Sistem Transportasi Antarplanet

UNTUK menuju Mars dengan 100 penumpang, Elon Reeve Musk menawarkan transportasi bernama Interplanetary Transport System (ITS). Sistem ini menggabungkan roket berdaya dorong kuat dengan pesawat ruang angkasa ulang-alik.

Target Pemakaian ITS
1.000 kali pemakaian per roket
100 kali per tangki
12 kali per pesawat

SKALA ROKET
Tinggi (meter)77,5
Diameter (meter)12
Berat bersih (ton)275
Berat bahan bakar (ton)6.700
Jumlah mesin raptor42

SKALA WAHANA
 Wahana ITSSaturnus V
Berat kotor (ton)10.5003.039
Gaya dorong (meganewton)12835
Gaya dorong (ton)13.0333.579
Tinggi122111
Diameter tangki1210
Kemampuan angkut (ton)550135
Kemampuan angkut roket reuse (ton)300-

  1. Roket dan pesawat ruang angkasa. meluncur.
  2. Roket kembali untuk meluncurkan tangki bahan bakar.
  3. Tangki bahan bakar terbang menuju pesawat ruang angkasa.
  4. Pesawat ruang angkasa menuju Mars.
  5. Mendarat di Mars.
  6. Pendaratan menggunakan sistem pengereman supersonic retropropulsion. Memanfaatkan dorongan udara ke permukaan Mars agar lebih lembut.
  7. Pesawat kembali ke bumi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus