Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BATAM segera memiliki pengolahan limbah yang mengubah kotoran, termasuk tinja manusia, menjadi air layak minum. Pemerintah Kota Batam dan Badan Pengusahaan Batam bekerja sama membangun instalasi pengolahan air limbah yang akan selesai tahun ini.
Instalasi itu dibangun di sebelas lokasi di Kecamatan Batuampar, Bengkong, Batam Kota, Sei Beduk, Sekupang, Segulung, dan Galang. Luas totalnya 70.583 meter persegi. "Tahap pertama sedang dibangun instalasi di Bengkong Laut seluas 7 hektare," kata Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam Dendi Purnomo, Kamis pekan lalu.
Kecepatan pengolahan kotoran dan air limbah ini tujuh kali daripada instalasi yang ada di Batam Kota, yang hanya 33 liter per detik. Di Bengkong, menurut Dendi, kapasitasnya 20 ribu meter kubik per hari atau 231 liter per detik.
Menurut Dendi, tak rumit-rumit amat instalasi pengolah limbah ini. Seperti umumnya mesin pengolah limbah, prosesnya dimulai dengan mengendapkan, memisahkan ampas, menyaring, hingga kemudian memproduksi sisa air menjadi layak minum.
Ada dua mesin penggerak berkapasitas 5.000 kilovolt ampere dan dua trafo berkapasitas 1.000 kilovolt ampere untuk menghidupkan mesin di tahap awal yang berfungsi memisahkan limbah padat dan cair. Ada lima tahap pemisahan hingga air siap diolah lagi agar layak minum.
Adapun limbah padat memerlukan lima tahap lagi setelah tak lagi mengandung air. Limbah padat itu akan dikembalikan ke tahap awal untuk diperas guna mengurai air sisa yang masih mengendap.
Saat ini pemerintah Batam tengah menyelesaikan jaringan yang berfokus pada empat zona di Batam Centre sepanjang 3,5 kilometer. Area itu meliputi zona A, B1, B2, dan B3. "Tapi sampai saat ini belum ditimbun," ujar Dendi Purnomo.
Zona A meliputi Teluk Tering dan setengah bagian Belian. Zona B1 meliputi sebagian Baloi Permai, Sukajadi, dan Taman Baloi. Zona B2 meliputi sebagian Taman Baloi dan Sukajadi. Dan zona B3 meliputi setengah wilayah Baloi Permai. Di setiap sudut kota akan ditempatkan sebuah pompa sementara.
Tahap konstruksi yang sudah jadi adalah pipa drainase berdiameter 300-600 milimeter sepanjang 81,8 kilometer yang terkoneksi ke 11 ribu rumah. Dari sini, air yang dihasilkan setelah diolah bisa melayani 149.506 jiwa di Batam Kota, yaitu Teluk Tering, Kelurahan Taman Baloi, Kelurahan Sukajadi, Kelurahan Sungai Panas, Kelurahan Baloi Permai, dan Kelurahan Belian, Kecamatan Batam Kota.
Instalasi di Bengkong ini menjadi tanggung jawab Badan Pengusahaan Batam, sedangkan sisanya dikelola Pemerintah Kota Batam, yakni di kawasan Nagoya dan Batamindo, Batu Aji, serta Sekupang. "Pembangunan proyek ini mendapat bantuan dari Korea," ujar Kepala Badan Pengusahaan Batam Mustofa Wijaya.
Dendi Purnomo mengatakan pembangunan instalasi itu dibutuhkan Batam untuk menahan baku mutu air limbah di pulau ini agar tak melampaui konsentrasi berbahaya. Soalnya, dengan jumlah penduduk 1,2 juta dan Batam menjadi pusat industri, baku mutu air cadangan bisa tergerus akibat jumlah limbah pabrik dan rumah tangga yang terus meningkat.
Saat ini warga Batam mengandalkan air untuk keperluan sehari-hari dari air tanah dan air hujan yang disimpan di dam penampungan. Dengan adanya limbah, apalagi dibiarkan masuk ke perut bumi, cadangan air bisa tergerus dan terpolusi. "Jadi lebih baik membangun instalasi limbah untuk mencegah terganggunya pasokan air utama," kata Dendi.
Proyek ini sejatinya sudah digagas pada 2006. Keterbatasan anggaran membuat pengerjaannya tertunda terus. Kini pemerintah Korea Selatan menggelontorkan dana talangan US$ 55 juta atau sekitar Rp 713 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo