Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari kursi pasien, Lulu Budiman, seorang ibu yang sedang hamil lima bulan, dan suaminya, Sukowati Sosrojoyo, mengamati serius gambar janin yang tampil di layar kaca 16 inci. Bayi mungil itu begitu sempurna. Mimik mukanya terlihat jelas, jari-jari kaki dan tangan lengkap, potongan tulang kepala berikut isinya bisa dilihat dari segala sisi. Senyampang berpandangan mata, pasangan muda ini mengumbar senyum bahagia. "Itu anak kita," ujar Sukowati, mesra.
Rabu siang pekan lalu, Lulu dan suaminya sedang memeriksakan kandungannya di RSIA Family, kawasan Pluit Mas. Tak berlebihan jika keduanya begitu terpukau oleh tampilan di layar kaca. Alat ultrasonografi (USG) yang menampilkan gambar bayi mereka lebih canggih dari USG tiga dimensi (3D). "Kecepatan dan resolusi gambarnya lebih bagus dari USG 3D," kata Dr. Dario Turk, ahli kebidanan RSIA Family.
Apa sih keistimewaan 3D/4D? Alat bermerek dagang Voluson 730 Expert yang dikeluarkan oleh General Electric Medical System itu memang mesin canggih—meski bukan satu-satunya—dalam bidang kebidanan. Dengan kecepatan yang dimilikinya—sekitar 25 volume per detik—dan perangkat mikro Pentium 4, Voluson mampu menghasilkan gambar janin yang terlihat seperti bayi yang sudah lahir. Bahkan ketika mengamati organ tertentu, misalnya jantung, bisa direkam gambar tiga dimensi dalam keadaan janin masih bergerak, bukan foto diam sebagaimana yang dihasilkan USG tiga dimensi selama ini.
Karena kelebihannya pula, Voluson lebih leluasa dan relatif cepat dalam mendeteksi dini kelainan pada janin. Tercatat segudang kasus telah ditemukan di RSIA Family, mulai dari bayi kembar dempet, tak punya tulang kepala (anencephalus), bibir sumbing, kelainan jaringan hati, exencephalus (otak keluar dari batok kepala), hydrocephalus (terdapat cairan dalam otak), kista tali pusat, malah sampai kelainan bentuk rahim. "Bahkan bisa mendeteksi sindrom down dengan mudah, berdasar kriteria Fetal Medicine Foundation Software dari Inggris," kata Dario.
Bak pepatah kuno "ada barang, ada harga", demikian halnya dengan Voluson. Ia harus dibeli dengan fulus senilai kurang-lebih Rp 2 miliar. Dan setiap pasien yang menikmati jasa ini mesti menyisihkan duit Rp 750 ribu sekali kunjungan. Untuk nilai investasi yang sama, biaya segitu terhitung murah ketimbang biaya di Singapura, yang lebih dari Rp 3 juta, dan di Korea Selatan, yang Rp 1 juta.
Meski begitu, mahal itu sangat relatif, tergantung sudut pandang tiap-tiap orang. "Bahagia sekali bisa memastikan fungsi organ bayi saya normal dan sempurna," ujar Lulu. Soalnya, pada kelahiran anak pertamanya, ia hanya bisa menatap janinnya lewat USG dua dimensi. Itu sebabnya biaya tak jadi soal.
Sebenarnya Voluson 730 Expert, yang diproduksi pabrik General Electric (GE) di Austria, merupakan perkembangan dari Voluson 730 yang diproduksi pada Mei 2000. Ketika itu teknologinya masih dimiliki oleh sebuah perusahaan Korea, Medison. Karena susah pasarannya, kemudian dibeli oleh GE dan dikembangkan menjadi 3D/4D. Sejak Agustus tahun lalu, teknologi ini sudah dipasarkan ke seluruh dunia.
Namun, barang secanggih apa pun bukan berarti tanpa catatan. "Tampilan di monitor belum mampu mendeskripsikan warna darah," ujar Dario. Padahal, ini berguna bagi analisis kelainan pembuluh darah. Mungkin saja, masih menurut Dario, beberapa tahun lagi kelemahan ini bisa ditambal. "Perkembangan teknologi kan selalu begitu," katanya.
Teknologi 3D/4D jelas sangat membantu para dokter meningkatkan kualitas diagnosisnya. Selain itu, Voluson 730 Expert merupakan kado emas bagi masyarakat, tanpa kecuali buat Lulu.
Rommy Fibri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo