Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Satelit Survei Luar Tata Surya NASA (TESS) pada awal 2019 berhasil menemukan Super-Bumi, sebuah planet yang mempunyai kemiripan dengan Bumi sehingga ada potensi bisa dihuni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Astrophysical Journal Letters, 31 Juli 2019, menyebutkan, sebuah tim astronom internasional yang dipimpin oleh Cornell Lisa Kaltenegger menandainya sebagai planet pertama yang berpotensi dihuni di luar Tata Surya kita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terletak sekitar 31 tahun cahaya, planet Super-Bumi, yang dinamai GJ 357 d, ditemukan pada awal 2019 oleh sebuah misi yang dirancang untuk menyisir langit di luar Tata Surya.
"Menarik sekali, karena ini adalah Bumi super terdekat pertama yang dapat menampung kehidupan manusia. Terungkap berkat bantuan TESS, misi kecil dan perkasa kita dengan jangkauan luas," kata Kaltenegger, profesor astronomi dan direktur Carl Sagan Institute Cornell, yang menjadi anggota tim sains TESS.
Planet di luar Tata Surya ini lebih masif dari planet biru kita, dan Kaltenegger mengatakan penemuan itu akan memberikan wawasan tentang sepupu planet Bumi itu. "Dengan atmosfer yang tebal, planet GJ 357 d dapat mempertahankan air cair di permukaannya seperti Bumi, dan kita bisa memilih tanda-tanda kehidupan dengan teleskop yang akan segera online," katanya.
<iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/6bWra2Wvudk" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen></iframe>
Para astronom dari Institut Astrofisika Canary Island dan Universitas La Laguna, keduanya di Spanyol, mengumumkan penemuan sistem GJ 357 pada 31 Juli 2019 dalam jurnal Astronomy & Astrophysics. Mereka menunjukkan bahwa sebuah sistem tata surya — dengan matahari kerdil tipe-M sekitar sepertiga ukuran matahari kita — menampung tiga planet, dengan salah satu planet di zona layak huni sistem itu: GJ 357 d.
Februari lalu, satelit TESS mengamati bahwa matahari kerdil GJ 357 meredup setiap 3,9 hari, bukti adanya planet transit yang bergerak melintas. Planet itu adalah GJ 357 b, yang disebut "Bumi panas" sekitar 22% lebih besar dari Bumi, menurut Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, yang memandu TESS.
Pengamatan lebih lanjut mengantar ditemukannya dua planet: GJ 357 c dan GJ 357 d. Tim ilmuwan mengumpulkan data teleskopik berbasis-Bumi pada dua dekade yang lalu — untuk mengungkap tarikan gravitasi kecil eksoplanet yang baru ditemukan pada bintang inangnya.
"Di satu sisi, planet-planet ini tidak terlihat selama bertahun-tahun," kata Rafael Luque, dari Institute of Astrophysics of Canary Islands (IAC) di Tenerife yang memimpin tim penemuan. "Butuh TESS untuk mengarahkan kita ke sebuah bintang yang menarik di mana kita bisa mengungkap mereka."
Exoplanet GJ 357 c bersuhu 260 derajat Fahrenheit (126 dercat Celcius) dan memiliki setidaknya 3,4 kali massa Bumi. Namun, planet sistem terluar yang diketahui — GJ 357 d, sebuah super-Bumi — dapat memberikan kondisi mirip Bumi dan mengorbit bintang katai setiap 55,7 hari pada jarak sekitar seperlima jarak Bumi dari matahari.
Kaltenegger, Jack Madden dan Zifan Lin mensimulasikan iklim dan spektrum yang dapat dideteksi dari jarak jauh untuk mengetahui komposisi daratan dan airnya.
Madden menjelaskan bahwa menyelidiki penemuan baru memberikan kesempatan untuk menguji teori dan model. "Kami membangun model pertama seperti apa dunia baru ini nantinya," katanya. "Hanya mengetahui bahwa air cair bisa ada di permukaan planet ini memotivasi para ilmuwan untuk menemukan cara mendeteksi tanda-tanda kehidupan."
Lin, yang merupakan mahasiswa program sarjana, menggambarkan karya itu dari perspektifnya, "Bekerja di planet yang baru ditemukan adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Saya berada di antara kelompok orang pertama yang memodelkan spektrumnya, dan memikirkan hal ini masih membuat saya kewalahan."
"Jika GJ 357 d menunjukkan tanda-tanda kehidupan, itu akan menjadi yang teratas dalam daftar perjalanan semua orang — dan kita bisa menjawab 1.000 tahun- pertanyaan lama tentang apakah kita sendirian di kosmos.," kata Kaltenegger.
Berita lain terkait Bumi dan planet yang bisa dihuni manusia, Anda bsa baca di Tempo.co.
PHYS.ORG | SCHITECHDAILY