Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEKAN ini, dalam sebuah pertemuan eksklusif di bagian barat London, Inggris, satu lapis daging burger termahal di dunia rencananya bakal dipanggang. Dalam lelang online selama hampir empat bulan belakangan, potongan daging olahan seberat 500 gram itu akhirnya laku dengan harga yang dahsyat: hampir menyentuh Rp 3 miliar.
Daging olahan temuan para peneliti Universitas Maastricht, Belanda, itu memang istimewa. Daging itu bukan berasal dari bagian tubuh sapi hidup yang disembelih, melainkan dari jalinan hampir 20 ribu lembar jaringan otot sapi hasil budi daya laboratorium. Istilahnya dikloning. Tak ada sapi yang mati disembelih dalam pembuatan setengah kilogram daging burger itu.
"Rasanya cukup enak, tak beda dengan yang asli. Lagi pula bisa dipastikan daging olahan ini tak memiliki kandungan lemak," kata Dr Mark Post, kepala penelitian kloning daging ini, kepada The Independent, beberapa bulan lalu. Rencananya, pada pemanggangan nanti, Post hanya akan menambahkan garam dan merica pada daging olahan mereka.
Daging olahan ini mulai dibuat pada awal tahun lalu dari sebuah sel yang diambil dari leher seekor sapi. Namanya sel myosatellite. Oleh para peneliti, sel itu ditempatkan dalam cairan serum janin sapi sebagai medium pengembangbiakan. Lalu, dibantu teknologi rekayasa biologi, sel-sel itu dibiarkan tumbuh dan membelah diri hingga membentuk jaringan otot. Setelah dianggap cukup, mencapai 20 ribu strip, jaringan otot itu dirakit menjadi selapis daging burger.
Suatu ketika, manakala populasi bumi sudah sangat padat, sementara ruang untuk beternak dan bertani berkurang, kelangkaan pangan merupakan keniscayaan. Nah, Post dan para koleganya percaya daging kloning yang mereka ciptakan akan bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia pada masa itu.
Sebuah studi menerangkan, pada 2050, dunia akan dihuni lebih dari sembilan miliar jiwa dengan beragam keinginan konsumsi. Tingkat permintaan akan daging bakal melonjak drastis, terutama di kalangan kelas menengah. Pada 1961, konsumsi daging dunia baru sekitar 71 juta ton per tahun. Namun sebuah survei yang dilakukan pada 2007 menunjukkan konsumsi daging tahun itu sudah mencapai 284 juta ton per tahun.
Para ilmuwan dari Universitas Oxford, Inggris, menilai riset ini merupakan langkah besar untuk melindungi dunia dan manusia dari kelangkaan pangan. Selama ini memelihara sapi hingga disembelih butuh banyak energi, seperti air, lahan, dan pakan.
Temuan ini juga disyukuri oleh kelompok pencinta hewan. Ben Williamson, juru bicara Peta, organisasi masyarakat untuk perlakuan etis terhadap hewan, misalnya, mengatakan mereka siap menggelontorkan hadiah US$ 1 juta untuk Post dan rekan-rekannya. "Apa pun yang mengurangi penderitaan hewan akan kami dukung," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo