HINGGA 1980, jumlah komputer di dunia diperkirakan sekitar satu juta. Tetapi, dalam waktu yang sangat singkat, jumlah itu sudah berubah sama sekali. Pada 1983 saja terjual 1,5 juta PC (personal computer). Menjelang 1990, ditaksir 11,5 juta PC terjual dalam setahun. "Demam" komputer memang sedang melanda dunia, termasuk Indonesia. Di mana-mana terpancang poster, atau spanduk, yang mengiklankan kursus komputer. Perkara mutu soal lain. Demikian pula reklame peranti kerasnya: IBM, Wang, Apple, dan Hawlett & Packard. Namun, industri dan perdagangan komputer bukannya tidak mengalami pasang surut. Kini, misalnya, industri komputer lagi sedikit "flu". Beberapa perusahaan bahkan menghentikan kegiatannya untuk sementara. Maka, para penyuplainya pun mengalami guncangan. Perusahaan pembuat disc drivers, alat berupa piringan hitam kecil untuk penyimpan data dan program, misalnya, jatuh bergelimpangan. Pada 1984-saja, sekitar 30% dari seluruh perusahaan disc drivers gugur. Beberapa pengamat industri teknologi tinggi sampai memperkirakan, tahun depan akan terjadi kekurangan. Penjualan tahun lalu memperlihatkan angka dua kali penjualan tahun sebelumnya, yang sekitar US$ 5,5 milyar. Kini, para pengamat memperkirakan, penjualan disc drivers 1985-1987 hanya meningkat sekitar t8% setahun. Sampai sekarang, pasar memang kebanjiran disc drivers, baik dalam wujud kaku maupun lembek. Yang kaku lebih mahal, tetapi dapat menyimpan lebih banyak data dan dapat me-retrieve (mengambil kembali) data atau program yang tersimpan secara lebih cepat. Ia mempunyai prospek lebih baik, lagi pula kurang tersaingi, baik oleh Jepang, Korea Selatan, Taiwan, maupun Singapura. Negara-negara Asia memang kuat dalam memproduksikan disc drivers lembek. Tapi, sampai kapan mereka bisa bertahan? Sejak pertengahan 1984, sekitar 6.700 pekerja dan eksekutif perusahaan jenis itu diistirahatkan. Yang tetap bertahan akhirnya pun harus menanggung rugi. Storage Technology, pembuat plug-compatible drivers untuk IBM, yang biasa dengan omset milyaran dolar, kini minta perlindungan pemerintah terhadap kreditornya. Shugart, satu di antara anak perusahaan Xerox di Sunnyivale, California, AS terpaksa ditutup. Padahal, perusahaan ini merupakan salah satu pembuat disc drivers tertua. CTS baru saja menutup anak perusahaannya, Micropherals. Onyx & IMI menjual beberapa bagian perusahaan mereka di California. Tak cuma itu. Perusahaan yang sudah memperoleh pesanan pun kelihatan goyah. Pada Februari lalu, Vertex Peripherals, yang pernah mencatat pesanan US$ 100 juta, terpaksa bergabung dengan saingannya, Priam dari Lembah Silikon. Chatsworth, satu-satunya penyuplai IBM PC AT merugi US$ 8,9 juta dalam setahun, kendati penjualan meningkat 59%. Mereka menyalahkan IBM yang main banting harga. Sebagian orang menuding pembuat disc drivers sendiri, yang dinilai terlalu bersemangat. Pasar akhirnya jenuh. Akibatnya, tahun lalu harga memang terpaksa dibanting, sampai mencapai 40%. Banyak pula pengamat meramalkan, perusahaan-perusahaan pembuat disc drivers akan ketinggalan bila terjadi inovasi baru dalam perkembangan berikutnya. Kini, disc drivers yang kaku, dengan kapasitas tinggi berkemampuan 40 megabyte atau lebih, dengan waktu persoalan tinggi (fast acces time), diperkirakan sangat dibutuhkan dalam boom industri komputer kelak. Produk-produk baru yang akan muncul di pasar membutuhkan kerekayasaan canggih, misalnya komputer dengan desk top bersifat serba guna, dan komputer yang menggunakan sistem operasi Unix dengan memori lebih besar. Karena itu, hanya perusahaan-perusahaan yang dapat mengembangkan produk demikianlah yang masih mampu bertahan. Di antara yang perlu diperhatikan pada perusahaan sejenis ini ialah Priam, Quantom dari Miltipas, Rodime, dan Maxtor. Ada baiknya, barangkali, para pengusaha dan pemakai jasa komputer di Indonesia juga memperhatikan kecenderungan ini. M.T. Zen
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini