Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

PBB Catat Kasus Pertama Serangan Drone Otonom ke Manusia

Serangan menggunakan drone tempur Kargu-2 bikinan dan dipasok Turki.

2 Juni 2021 | 16.45 WIB

Drone Kargu 2. Popular Mechanic
Perbesar
Drone Kargu 2. Popular Mechanic

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat kasus serangan militer pertama di dunia menggunakan serangan otonom pesawat nirawak atau drone langsung ke manusia pada Maret 2020. Laporan PBB itu berasal dari perang sipil yang sedang berlangsung di Libya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Disebutkan dalam laporan itu, militer Pemerintah Nasional Libya menggunakan drone-drone bikinan Turki untuk memburu lawannya, pasukan pendukung Jenderal Khalifa Haftar. Pemerintah Nasional Libya adalah kubu yang diakui PBB dan mendapat dukungan dari negara tetangga, Turki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Setelah berhasil memukul mundur pasukan Haftar, militer Pemerintah Nasional Libya meluncurkan drone tempur untuk semakin menekan lawannya," bunyi bagian dari laporan itu.

Laporan dari PBB menunjuk konvoi logistik dan personel pasukan Haftar yang sedang bergerak mundur ganti dikejar oleh drone tempur atau sistem persenjataan otonom mematikan seperti Kargu-2. Sistem senjata ini diprogram untuk menyerang target tanpa memerlukan konektivitas data antara operator dan amunisi alias 'tembak, lupakan, dan temukan'.

Laporan itu jelas menuliskan kalau Turki yang memasok drone-drone itu ke tangan pasukan Pemerintah Nasional Libya--aksi yang juga melanggar embargo senjata yang ditetapkan PBB untuk meredam konflk di negara itu.

Kargu-2, dari perusahaan teknologi pertahanan Turki, STM, adalah drone helikopter yang dirancang untuk membawa muatan berupa senjata. Berarti elang dalam bahasa setempat, drone Kargu bekerja, pertama-tama, dengan cara operator memuat koordinat target yang dibidik ke dalam perangkat lunaknya.

Setelah diluncurkan, Kargu-2 akan terbang ke koordinat yang dituju tersebut, mengidentifikasi targetnya, dan melakukan manuver menukik ke target dan meledakkan diri.

Dalam bahasa militer, proses ini dikenal sebagai 'fire and forget', yang berarti begitu drone meluncur, penembak dapat melakukan hal lain, seperti langsung menyiapkan serangan lain, atau bahkan pergi makan siang. Pakar drone mengkhawatirkan momen ini saat mengadvokasi larangan drone serang otonom.

Pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) dukungan PBB tampak mengenakan masker dalam genjatan senjata melawan Tentara Nasional Libya di garis depan Ain-Zara di Tripoli, Libya, 25 Maret 2020. Kondisi fasilitas kesehatan di Libya sangat terbatas karena negara tersebut terus diliputi konflik. Xinhua/Amru Salahuddien

Perwira di militer Amerika Serikat yang juga penasihat keamanan nasional, Zachary Kallenborn, menjelaskan penggunaan senjata otonom pertama dalam peperangan tidak akan terlihat dalam rupa ledakan dan bola api raksasa di langit. "Penggunaan pertama senjata otonom mungkin hanya terlihat seperti drone biasa,” ujar Kallenborn.
Tapi, laporan PBB itu, dia menambahkan, menggambarkan tantangan utama dalam upaya apapun untuk mengatur atau melarang senjata otonom.

Kargu-2 memang terlihat seperti drone helikopter lainnya. Perbedaan utamanya adalah perangkat lunak, yang mungkin sulit diperoleh dari potongan plastik yang tersebar untuk analisis forensik. Ini menimbulkan pertanyaan: Bisakah militer membuatnya dari drone sipil, menjadi mesin yang membuat keputusan sendiri untuk membunuh manusia?

NEW SCIENTIST | POPULAR MECHANICS

Zacharias Wuragil

Zacharias Wuragil

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus