Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pelabuhan Adalah Kota….

Apa Itu Pelabuhan Pintar?

22 Juni 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH sistem manajemen pengelolaan pelabuhan berbasis teknologi informasi (IT) yang menerapkan interkonektivitas logistik, memanfaatkan energi terbarukan, dan mengelola pelabuhan secara berkelanjutan.

Pavel Damsijk tampak seperti sedang bermain Lego di sabak digital miliknya di area parkir Container Terminal Altenwerder, pelabuhan Hamburg, utara Jerman, Jumat tiga pekan lalu. Sopir truk kontainer dari sebuah perusahaan kargo di Hanover, Jerman, itu belum lama tiba. Ia membuka sebuah aplikasi yang memunculkan gambar deretan tumpukan kontainer warna-warni mirip dalam permainan Lego.

"Saya sedang memantau status kontainer," katanya sambil mengetuk-ngetukkan jari di gadget miliknya itu. Damsijk kemudian memasukkan sebuah kode dan menuliskan lokasi parkir truk yang ia kemudikan.

Tak sampai semenit, wajah Damsijk berbinar. "Oh, barang saya sudah tiba," ujarnya sambil menunjuk sebuah blok di lapangan penempatan kontainer terminal peti kemas seluas 100 hektare itu. Sekitar sejam kemudian, ia sudah membawa pulang kontainer dari terminal peti kemas itu.

Semua proses bongkar-muat di pelabuhan yang dibelah Sungai Elbe itu dikerjakan cepat. Dari menurunkan kontainer dari kapal, menempatkannya di lapangan peti kemas, sampai mengunggahnya ke truk-truk pelanggan. Tak ada proses menunggu hingga berhari-hari seperti di Pelabuhan Tanjung Priok dengan proses izin keluar barang yang berbelit-belit: harus melalui 16 pintu di 7 kementerian!

"Di sini persoalan bea-cukai bukan lagi isu utama," ujar Michael Th. Bieschke dari Hamburg Port Consulting GmbH. Untuk memastikan urusan bea-cukai tak ada masalah, pelabuhan hanya memindai kartu yang dibawa pengemudi seperti Damsijk di pintu otomatis. Semua informasi kepabeanan yang telah disahkan oleh otoritas lain-"Mengurusnya juga sebentar," kata seorang petugas di traffic control pelabuh-an-muncul. Jika pintu terbuka, urusan izin keluar barang otomatis beres.

Pelabuhan Hamburg mengerjakan hampir seluruh proses di terminal itu secara otomatis. Sebanyak 17 dari 20 crane raksasa yang membongkar kontainer dari dermaga kapal-kapal besar, misalnya, dikendalikan dari ruang kontrol. Hanya tampak satu-dua orang di atas dek kapal yang mengawasi lalu lintas bongkar-muat sembari menenteng telepon seluler pintar atau sabak digital. Mereka memasukkan data jika kontainer sudah diturunkan.

Truk-truk pelabuhan tanpa sopir pun sudah siap menampung kontainer di bawahnya. Digerakkan oleh listrik, truk-truk itu dengan cepat membawa kontainer ke lapangan kargo. Sejumlah crane lebih kecil di lapangan kemudian mengaturnya di blok-blok yang telah disediakan. "Dari seluruh pergerakan barang, 95 persen digerakkan secara otomatis," ucap Bieschke.

Hari itu Bieschke dan petugas tur keliling lain tengah menunjukkan sebuah keunggulan dari pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua di Eropa setelah Rotterdam, Belanda, itu: pelabuhan pintar (smartport). Memiliki luas total 7.200 hektare atau sepersepuluh Kota Hamburg, The Hamburg Port Authority's telah menerapkan konsep pelabuhan pintar dalam lima tahun terakhir. Konsepnya mereka rancang sejak 2002.

Dengan konsep ini, Hamburg bersama pelabuhan Bremen dan Bremerhaven, yang menjadi hub bagi alur perdagangan berbagai komoditas dunia, menyebut diri sebagai "gateway to the world". Beberapa pelabuhan lain, seperti pelabuhan Rotterdam; Los Angeles, Amerika Serikat; Valencia, Spanyol; dan Yokohama, Jepang; juga telah menerapkan model pelabuhan ini. Bahkan pelabuhan Teluk Lamong, Jawa Timur, meski baru menyebut diri sebagai "pelabuhan hijau", mulai mengarah ke konsep pelabuhan ini.

Sebanyak 180 operator pelabuhan dari 90 negara membincangkan konsep smartport itu di konferensi pelabuhan dan dermaga sedunia ke-29 di Hamburg pada 1-5 Juni lalu. Lalu lintas perdagangan internasional yang kian padat, juga bertambah besarnya kapal-kapal pengangkut peti kemas, menjadi alasan semakin mendesaknya penerapan model ini. "Smartport merupakan jawaban bagi masa depan sebuah kota," kata Menteri Ekonomi, Transportasi, dan Inovasi Hamburg Frank Horch.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pelabuhan dan Dermaga Internasional (IAPH) Peter Hinchliffe menambahkan, dengan semakin besar kapal, diperlukan perubahan infrastruktur, seperti kesiapan panjang crane pelabuhan dan penataan pelabuhan, sehingga rantai pasokan barang lebih efisien. Beberapa tahun ini, misalnya, rata-rata ukuran kapal meningkat 1.000 Teus (satuan kontainer ukuran 20 kaki)-dari cuma 100 Teus sebelumnya. Kapal mega boxers yang terbesar di dunia dari Cina bahkan mampu menampung dan mengangkut 19.100 Teus.

"Bagi pelabuhan Hamburg, tantangannya adalah bagaimana punya kapasitas dobel tanpa menyediakan ruang dobel," ujar CEO Hamburg Port Authority's Jens Meier.

****

PELABUHAN pintar merupakan sebuah sistem manajemen pengelolaan pelabuhan berbasis teknologi informasi (IT). Model pelabuhan ini juga menerapkan interkonektivitas logistik, memanfaatkan energi terbarukan, dan mengelola pelabuhan secara berkelanjutan. Penerapan sistem ini akan berdampak pada lalu lintas logistik yang jauh lebih efisien, murah, ramah lingkungan, dan lebih menguntungkan.

Saat ini pelabuhan Hamburg menggunakan energi angin dan tenaga surya untuk mencukupi kebutuhan energi listrik. Kincir angin yang berjajar di sepanjang pelabuhan mampu menghasilkan listrik sebesar 2,4 megawatt. Penerapan energi terbarukan ini sanggup menekan emisi CO2 sebanyak 4.600 ton. Total output maksimum dari pembangkit pelabuhan mencapai 12 megawatt.

Pelabuhan ini juga menggunakan pembangkit listrik apung. Sebuah kapal di tepi Sungai Elbe berbahan bakar liquefied natural gas (LNG) dengan panjang 76 meter dan lebar 11 meter mengaliri listrik ke kapal-kapal pesiar (cruise) yang hampir setiap hari mampir di pelabuhan. Kapal-kapal pesiar itu menampung hingga 5.000 penumpang. Output maksimum pembangkit apung ini mencapai 7,5 megawatt.

Hamburg juga menerapkan sistem komunikasi pelabuhan berbasis teknologi awan. Pavel Damsijk, yang cuma butuh waktu sejam untuk mengambil kontainernya, mengunduh aplikasi SPL (SmartPort Logistics). Lewat aplikasi ini, ia bisa mengetahui posisi kontainernya secara real time. Ia juga memarkir truknya dengan panduan aplikasi tersebut. Dengan ribuan truk lalu-lalang di pelabuhan, SPL dengan cepat mengarahkan Damsijk ke ruas parkir yang masih kosong.

Ia juga bisa berkomunikasi dengan petugas traffic control setiap waktu. Di ruang Vessel Traffic Service Center ini hanya ada delapan petugas yang memantau seluruh aktivitas terminal peti kemas. Di seluruh terminal peti kemas itu hanya ada kurang dari 500 pekerja. Bandingkan dengan Tanjung Priok, yang mempekerjakan sekitar 1.500 orang.

Setiap hari, delapan petugas di traffic center itu memantau lalu lintas lebih dari 6.000 kontainer. Menggunakan peranti lunak The Port Monitor, mereka menyuplai data dari posisi kapal, ketinggian air, di dermaga mana kapal merapat, posisi kontainer, hingga aktivitas konstruksi yang tengah berlangsung. "Jika Anda menyaksikan petugas itu asyik membaca koran, berarti segalanya berlangsung aman. Tapi, jika mereka tampak sibuk, berarti ada yang tak beres," ujar Dennis Kogeboehn, rekan Bieschke, seraya tertawa.

Pelabuhan pintar juga mensyaratkan terintegrasinya pelabuhan dengan moda transportasi kota. Di pelabuhan Hamburg, ada 100 rel yang siap dilintasi kereta api antarkota. Setiap hari, rata-rata ada 200 kereta yang membawa 5.000 gerbong. Sebanyak 30 persen lalu lintas kontainer di pelabuhan Hamburg menggunakan moda ini.

Dalam riset mereka, moda ini akan efisien jika menjangkau jarak tempuh lebih dari 400 kilometer. Kurang dari itu, angkutan truk tetap lebih efisien. Tak mengherankan jika pelabuhan Los Angeles lebih mengandalkan truk-truk listrik untuk menjangkau kota-kota di sekitar California.

"Bagi saya, yang terpenting dari smartport adalah prinsip interkonektivitas logistik dan sistem komunikasi," ucap Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II R.J. Lino. "Kita perlu belajar banyak soal ini dari mereka."

Yos Rizal (hamburg)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus