Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesohor Jane Shalimar memutuskan tak mengubah kebiasaannya berolahraga pada bulan Ramadan ini. Dia akan tetap melakukan jalan santai, nge-gym, juga menyelam seperti selama ini dilakukan. "Hanya waktu dan ritmenya yang berubah," katanya lewat pesan pendek, Kamis pekan lalu.
Mantan pemain sinetron ini sudah mengatur waktu agar keduanya-puasa dan gerak badan-tak terlewatkan. Jane akan makan sahur pukul 03.00, lalu mulai berjalan santai pada pukul 04.00 selama 15 menit. "Setelah itu minum teh hangat dan air putih sambil menunggu imsak," ujarnya. Sorenya, jika sempat, Jane akan masuk ke gim dan bermain alat secara singkat sebelum buka puasa.
Formula yang diterapkan Jane tersebut rupanya tak beda jauh dengan saran Ari Fahrial Syam, dokter gastroenterologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Hanya, dia menekankan, olahraga yang dilakukan sebaiknya tidak terlalu mengeluarkan kalori berlebihan. "Misalnya joging, futsal, dan basket sampai berkeringat," katanya. Sebab, kegiatan berat ini bisa menimbulkan dehidrasi.
Menurut Ari, jalan kaki selama 15 menit sampai setengah jam masih layak dilakukan sebelum berbuka. "Jika cuaca sedang panas, bisa dilakukan di dalam ruangan," ucapnya. Prinsip utamanya adalah olahraga saat berpuasa mesti disesuaikan dengan kondisi udara dan waktu.
Sudah jamak, saat berpuasa, kebanyakan orang memang membatasi aktivitasnya, termasuk untuk gerak badan. Hal ini, antara lain, diamati Presiden Direktur Gold's Gym Indonesia Corne van Zyl. Dia mengatakan banyak orang menghentikan program olahraga saat Ramadan. Dia menyarankan mereka tetap berolahraga. Sebab, selain untuk membakar kalori, olahraga buat menjaga kesehatan dan kebugaran. "Asalkan dilakukan dengan waktu dan porsi yang tepat."
Van Zyl punya tip. Agar tak terlalu menguras energi, durasinya bisa dikurangi. Rumusnya olahraga jangan dilakukan lebih dari 60 menit. Olah tubuh dengan intensitas tinggi seperti aerobik sebaiknya dihindari. Ini untuk mencegah detak jantung dan napas yang terlalu cepat.
Praktisi natural health Indonesia, Phaidon L. Touran, juga menekankan pentingnya tetap aktif berolahraga. Soalnya, saat sahur dan berbuka puasa, orang cenderung menyantap karbohidrat sederhana, seperti mi instan dan nasi putih. Selain itu, makanan yang manis-manis kerap menjadi pilihan utama.
Kata Phaidon, konsumsi makanan seperti itu untuk berbuka bisa membuat gula darah melonjak drastis. Padahal, selama berpuasa, gula darah dalam kondisi rendah karena tak makan. "Naik-turun seperti ini akan membuat orang lebih cepat lapar dan ingin makan lagi dan lagi."
Jika keinginan makan ini dipenuhi, tentu bakal merusak program diet. Agar gagal diet tak terjadi, asupan makanan harus dijaga dan tetap berolahraga, tentu dengan porsi yang pas.
Selain itu, menurut Phaidon, olahraga menghasilkan hormon endorfin yang membuat orang menjadi lebih bersemangat. Ini akan meningkatkan mood, yang biasanya memburuk saat berpuasa karena menurunnya gula darah. Masalah pencernaan juga bisa teratasi karena gerakan usus makin cepat sehingga kotoran dalam tubuh lebih cepat dibuang.
Phaidon menawarkan cabang olahraga yang bisa dilakukan, yakni jalan santai, naik sepeda, dan joget. Fitness tetap bisa dilakukan, tapi dengan beban paling ringan, misalnya alat dengan berat 5 kilogram.
Jane Shalimar punya pilihan sendiri, yakni menyelam (diving) setelah berbuka. "Pokoknya jangan terlalu diforsir saja.…"
Nur Alfiyah, Chetta Nilawati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo