Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembuatan lubang tanam adalah salah satu pekerjaan yang memakan waktu lama dalam rehabilitasi kawasan hutan yang sangat luas. Alat pelubang tanam bermesin diesel dapat digunakan untuk mempercepat proses pembuatannya. Hanya, alat ini kurang nyaman dan aman. Getaran yang dihasilkan, misalnya, terlalu tinggi sehingga membuat pengguna cepat lelah. Tingkat kebisingan mesin juga dapat menyebabkan gangguan pendengaran ketika dijalankan terus-menerus.
Atas dasar itulah lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor menciptakan alat pelubang tanam bermotor yang lebih nyaman dan aman. Mereka menamakannya Silvator. "Alat ini mulai kami rancang pada Maret 2016 dan dioperasikan tujuh bulan kemudian," ucap Syifa Paxia Rinaldi, salah seorang anggota tim Silvator, Selasa pekan lalu.
Karena kekurangan dana, proyek ini sempat terhenti selama dua bulan. Beruntung, pada September 2016, mereka mendapat bantuan dari Yayasan Tanoto sehingga proyek dapat berlanjut. "Untuk pembuatan alat ini, dibutuhkan biaya Rp 12,5 juta," ujar Syifa.
Tim Silvator diketuai Bagas Adji Prabowo dari Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan. Anggotanya adalah Wahyu Hartato dan Syifa Paxia Rinaldi dari Departemen Silvikultur serta dua mahasiswa Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian, Mu'minah Mustaqimah dan Hendi Okta Kurniawan. Kecuali Hendi, yang segera diwisuda tahun ini, semua anggota tim masih kuliah di semester VI.
Silvator didesain dengan mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan pengguna sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Jumlah lubang yang dapat dibuat juga lebih banyak sehingga efektif dalam penggunaan waktu. Selain itu, Silvator dilengkapi tuas pengatur ketinggian. Hanya dengan memutar tuas, pengguna dapat menurunkan atau menaikkan auger (mata bor) dengan mudah.
Rangka alat pelubang tanam ini didesain agar mudah diubah dan membentuk sudut tertentu sehingga dapat digunakan di lahan datar ataupun miring. Di bagian depan terdapat dua roda karet dan roda fleksibel pada bagian belakang. Tujuannya agar alat ini mudah dipindahkan dari titik tanam satu ke titik lainnya.
Lubang yang dapat dibuat berukuran hingga diameter 20 sentimeter dengan kedalaman 45 sentimeter. Adapun jenis lahan yang bisa digarap dari lahan kering hingga lahan berkerikil. Silvator juga didesain untuk menahan getaran tinggi. Getaran yang dihasilkan hampir tak terasa (0,08 m/s2) dengan tingkat kebisingan 6-9 dB. "Dengan kata lain, Silvator memiliki kenyamanan dan keamanan lebih baik dibanding alat sejenis karena penggunaan bahannya," ucap Syifa.
Kelebihan lainnya, hanya dibutuhkan satu operator untuk mengoperasikan Silvator. Alat ini sudah diuji coba di lahan praktikum pertanian di Cikabayan dan Leuwikopo milik IPB dan berfungsi baik. "Dalam waktu dekat akan digunakan untuk penanaman pohon alpukat di Sabisa Farm Sindang Barang, Bogor," kata Syifa.
Dalam kompetisi Tanoto Student Research Award 2016 tingkat IPB pada akhir tahun lalu, Silvator terpilih sebagai pemenang di antara 12 inovasi bikinan mahasiswa IPB lain. Ini adalah kompetisi untuk membentuk mahasiswa kreatif, inovatif, dan berwawasan terbuka dalam bidang penelitian. Kompetisi ini diselenggarakan pada Juni-Desember 2016.
Alat pembuat lubang tanam Silvator, bersama dua inovasi mahasiswa IPB lain yang masuk tiga besar, selanjutnya akan mengikuti kompetisi yang sama tingkat nasional tahun ini di Jakarta. Selain oleh IPB, kompetisi ini diikuti enam perguruan tinggi lain. "Dalam waktu dekat kami akan mematenkan alat ini," ujar Syifa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo