Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Ahli astronomi mendeteksi 8 gelombang atau sinyal radio yang berasal dari luar angkasa melalui teleskop radio milik Canadian Hydrogen Intensity Mapping Experiment (CHIME). Hasil temuan ini diharapkan dapat membantu ilmuwan dalam menguak misteri asal datangnya sinyal tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dalam 25 tahun penelitian astronomi, ini merupakan proyek yang paling menarik,” kata seorang ilmuwan CHIME.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti yang dijelaskan pada The Astrophysical Journal Letters, jumlah sinyal radio telah meningkat menjadi 11. Jumlah ini meningkat 4 kali lipat dari sinyal yang diketahui di awal tahun.
Hasil pengamatan terpisah dari peneliti di Australia juga mendeteksi sebanyak 9 temuan pada bulan ini. Temuan baru ini penting untuk mengidentifikasi jenis pantulan sinyal radio yang dideteksi oleh ilmuwan.
Menurut data penelitian menggunakan teleskop Gemini South di Cile, sinyal tersebut berjarak 3,6 miliar tahun cahaya dari galaksi. Hasil penelitian yang dilakukan CHIME membantu peneliti Australia membandingkan jenis sinyal dan menguji teori baru.
Pelacakan sinyal kali ini lebih mudah dilakukan daripada penelitian sebelumnya yang hanya memancarkan sinyal hanya satu kali, sehingga sulit untuk diteliti lebih lanjut. Para ilmuwan mendeteksi jika pantulan sinyal radio pada penelitian sebelumnya terjadi akibat ledakan besar sebuah bulan di masa lalu, yang disebut FRB.
"Kami sudah mengetahui pola semburan ketika meneliti FRB 121102. Semburan itu bisa sangat berkelompok: kadang-kadang sumbernya tidak meledak selama berjam-jam dan kemudian secara tiba-tiba Anda dapat mendeteksi beberapa semburan dalam waktu singkat. Kami telah mengamati hal yang sama untuk FRB 180916. J0158 + 65, yang kami laporkan sebanyak sepuluh letupan dalam makalah ini," ujar Ziggy Pleunis fisikawan dari Universitas McGill
Pantulan radio bisa berulang secara terus menerus, namun hanya saja frekuensinya belum dapat terdeteksi, seperti yang tertulis di makalah milik Vikram Ravi seorang astrofisikawan Harvard-Smithoninan. Durasi ledakan bulan pada masa lalu juga mempengaruhi pantulan sinyal yang berlangsung secara terus menerus. Jeda terpanjang antara sinyal adalah lebih dari 20 jam.
"Sama seperti beberapa gunung berapi, beberapa di antaranya lebih aktif daripada yang lain, dan Anda dapat berpikir gunung berapi tidak aktif karena belum meletus dalam waktu yang lama," kata Pleunis.
Penyebab utama terjadinya ledakan masih menjadi sebuah misteri bagi ilmuwan. Tetapi hasil penelitian ini membantu menjawab beberapa pertanyaan ilmuwan untuk menciptakan sebuah model yang dapat melacak kemunculan ledakan FRB, dan proses pembentukannya.
Berita lain terkait sinyal radio dan ledakang di luar angkasa, bisa Anda simak di Tempo.co.
DAILY MAIL | NATURE | SCIENCE ALERT | CAECILIA EERSTA