Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANTARTIKA yang misterius memikat para ilmu-wan. Tiap tahun puluhan orang menjelajahi kutub selatan itu, tak terkecuali ilmuwan dari Indo-nesia. Masalahnya, ilmuwan tak bisa lama-lama di cuaca- yang superbeku.
Untuk mengatasi hal itu, para ilmuwan Amerika Serikat kini telah membikin robot berbentuk kubus yang diharapkan bisa membantu meneliti lebih- lama di Antartika. Robot ini dapat ”berjalan” ratusan kilometer dan bisa melakukan penelitian sendiri. Sumber tenaganya, apa lagi kalau bukan dari sinar matahari.
Ada dua tugas utama robot ini, kata James Lever-, insinyur spesialis kutub- dari Angkatan Darat- Amerika Serikat. Pertama-, robot mengambil contoh makhluk hidup atau benda seperti bakteri, salju, meng-ukur atmosfer. Kedua, memasang alat survei yang pada kemudian hari akan diambil oleh robot atau ilmuwan.
Robot berbentuk kubus ini lebar dan panjangnya satu meter, bobotnya 60 kilo-gram, dan bisa membawa peralatan seberat 70 kilogram. Konsep robot ini diilhami oleh robot yang digunakan untuk melakukan survei di planet Mars. De-ngan robot ini, hujan salju, angin dingin, serta suhu minus 70 derajat Celsius pun tak akan jadi masalah. Sang robot—yang ongkos pembuatannya mencapai US$ 2 juta (sekitar Rp 18 miliar)—akan jalan terus melakukan penelitian.
Kacamata Pintar Jauh-Dekat
KACAMATA baca sekaligus kacamata untuk rabun jauh sering kali membuat pusing dan lelah mata. Gangguan itu terjadi karena penggunaan lensa bifocal yang ditemukan pertama kali oleh Benjamin Franklin. ”Lebih dari 40 juta warga Amerika yang menggunakan kacamata ini men-derita,” kata Nasser Peyg-hambarian, profesor ilmu optikal dari Universitas Negara Bagian Arizona, seperti dikutip Newscientisttech.
Kini ada kacamata yang bisa menghilangkan ganggu-an seperti itu. Kacamata baru ini menggunakan lensa fresnal, yang menggunakan- kristal cair. Menurut Peyghambarian, lensa jenis ini dapat mengubah fokus secara cepat sesuai dengan jarak pandang. Seperti sandwich, kristal cair yang terdiri dari dua lapis itu tebalnya 5 mikron. Molekul-molekul di dalamnya bisa menghasilkan medan listrik sehingga tercipta jenis lensa fresnal yang dinamis.
PixelOptics adalah per-usahaan berbasis di Virginia yang pertama kali mengembangkan lensa dinamis. Per-usahaan ini bakal memasarkan kacamata pintar yang memiliki tombol sehingga dapat digunakan siapa pun, dari orang yang memiliki pandangan normal sampai yang bermasalah dalam membaca.
Kala Ikan Berkaki
TEKA-TEKI evolusi ikan menjadi mamalia darat mulai terkuak. Ilmuwan menemukan fosil ikan yang siripnya mulai bercabang seperti kaki di kutub Arctic, Kanada. Ikan yang diperkirakan hidup 380 juta tahun lalu ini diyakini sebagai bentuk peralihan dari ikan menjadi mamalia darat.
”Binatang ini mewakili bentuk makhluk peralihan dari air ke darat,” kata pakar paleontologi Neil Shubin dari Universitas Chicago. Shubin adalah wakil ketua tim yang menemukan fosil sepanjang tiga meter di Ellesmere Island.
Makhluk peralihan yang disebut Tiktaalik roseae ini memiliki kepala datar dan kuat seperti buaya dan sirip yang sudah memiliki tulang. Makhluk ini diduga punya ciri-ciri seperti mamalia darat, yakni bernapas dengan menghirup udara, tak melalui insang seperti ikan, punya tulang iga, punya leher dan lubang hidung. Temuan ini adalah hasil puncak dari perburuan fosil yang dida-nai Komunitas National Geographic selama lima tahun di sepanjang 650 kilometer daerah tundra di Kutub Utara yang beku.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo