Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Penemuan baru ihwal anatomi manusia jarang terjadi.
Keberadaan struktur yang sesuai dengan gambaran kelenjar tubarial telah ada sejak abad ke-19.
Kurang tepat untuk mengklasifikasikan kelenjar tubarial sebagai kelenjar ludah.
Tahun lalu, sebuah makalah melaporkan penemuan sepasang kelenjar air liur baru. Temuan itu pun menjadi berita utama ilmiah. Naskah yang diterbitkan di jurnal Radioterapi & Onkologi ini menerima kritik dari beberapa ilmuwan yang meragukan klaim tersebut.
“Makalah itu tak perlu ditarik,” kata Daniel Cohen Goldemberg, ahli patologi mulut di Institut Kanker Nasional Brasil dan salah satu pengkritik. “Ini merupakan makalah yang bagus, hanya tidak berfokus pada apa yang seharusnya.”
Dalam makalah tersebut, peneliti dari Belanda mendeskripsikan sepasang kelenjar air liur yang dijuluki “kelenjar tubarial” karena lokasinya di torus tubarius, bagian di nasofaring—bagian atas tenggorokan.
Temuan itu didasarkan pada pemeriksaan terhadap 100 pasien kanker, dua mayat manusia, dan pencitraan pada seorang relawan sehat. Mereka menemukan bahwa paparan radioterapi membuat mulut kering dan sulit menelan.
Data dikumpulkan dari lebih dari 700 pasien kanker kepala dan leher. Mereka mencatat bahwa kelenjar ini mungkin berisiko mengalami kerusakan akibat teknik pengobatan tersebut.
Sejak makalah itu diterbitkan, delapan surat bernada kritik telah dilayangkan kepada editor Radioterapi & Onkologi. Berbagai masalah diangkat, salah satu yang paling umum ditanyakan adalah ihwal kebaruan temuan itu.
Misalnya, sebuah surat menunjukkan bahwa keberadaan struktur yang sesuai dengan gambaran kelenjar tubarial telah ada sejak abad ke-19. Pertanyaan lain, apakah tepat untuk mengklasifikasikan struktur ini sebagai kelenjar ludah?
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo