Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketakutan sering membuat orang jadi kreatif. Itulah yang terjadi pada para peneliti dari Syracuse University, Amerika Serikat. Karena takut air minum untuk Kota New York bakal diracuni oleh para teroris, mereka menciptakan robot penjaga air.
Dibanding satpam biasa, robot ini jelas lebih unggul. Kotak besi pintar itu bisa disuruh kerja 24 jam tanpa mengeluh. Mereka juga bisa menganalisis air dengan lebih cepat dan murah.
Di danau-danau, robot ini akan mengumpulkan air untuk diuji secara periodik. Energinya diambil dari sel surya yang bisa menghasilkan listrik. Otak robot dilengkapi komputer yang bertugas mencatat dan menganalisis suhu air, kadar oksigen, kekeruhan, dan kadar garam. Selain itu, robot ini berhidung tajam untuk mendeteksi racun-racun tertentu, seperti ricin (racun dari biji jarak), amonia, nitrat, nitrit, dan fosfor. "Kunci penjagaan sumber air adalah pengawasan yang real time," kata Ben Grumbles, Kepala Bagian Perlindungan Lingkungan Kantor Urusan Air Amerika Serikat.
Bank Harapan Pasien
Bikin bank untuk jadi kaya itu lumrah. Tapi mendirikan bank yang bisa membikin sehat manusia, itu baru ruarrr biasa. Ide segar itulah yang kini muncul di Inggris. Para ilmuwan yang jago mengklon sel-sel manusia pekan ini mulai membuka bank sel batang pertama di dunia. Sel batang, atau lazim di sebut stem cell, adalah sel "muda" yang baru terbentuk. Dari sel belia ini para peneliti bisa membuat organ manusia apa saja?dari otak, jantung, urat saraf, pembuluh darah, mata, hingga kuku. Sel ini disebut-sebut sebagai tumpuan harapan untuk menyembuhkan para penderita diabetes, serangan jantung, dan beragam penyakit pikun seperti alzheimer dan parkinson.
Untuk pendirian bank ini, para peneliti dimodali 40 juta poundsterling (Rp 644 miliar, dua kali lipat pendapatan bersih Bank Permata). Sel-sel ini kelak bisa digunakan untuk uji coba pengobatan berbagai penyakit dengan teknik mirip teknik kloning. "Ini terobosan luar biasa," kata Colin Blakemore, pimpinan Medical Research Council.
Meski rencana ini ditentang banyak kalangan, toh tetap menjadi kabar gembira bagi para keluarga penderita diabetes atau parkinson. Nancy Reagan, istri mantan Presiden Amerika Serikat, pernah mengemukakan keinginannya membentuk lembaga serupa untuk menolong penderita diabetes atau alzheimer. Suaminya, yang kini berumur 93 tahun, telah 10 tahun menderita alzheimer. "Penelitian untuk ini harus dikebut untuk menyelamatkan keluarga-keluarga dari rasa sakit," ujarnya.
Buaya dari Kotoran Gajah
Gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah. Tapi, jika gajah buang air, justru bayi buaya yang akan muncul. Itulah yang terjadi di Taman Safari Indonesia II di Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Di sini, kotoran gajah terbukti ampuh untuk menetaskan telur buaya muara (Crocodylus porosus).
Pekan lalu, 7 dari 24 butir telur buaya yang dierami kotoran gajah sejak Februari 2004 telah menetas. Jumlah buaya imut-imut itu kemungkinan terus bertambah karena telur buaya menetas setelah dierami 60-90 hari.
Keberhasilan ini adalah terobosan besar bagi Taman Safari Prigen. Soalnya, selama ini taman yang punya 20 buaya dewasa itu telah berupaya menetaskan buaya dan hasilnya selalu nihil.
Itulah sebabnya para dokter hewan di Prigen mencoba teknik baru, yaitu pengeraman telur dengan kotoran gajah. Setiap 10 telur dibenamkan di 10 kilogram kotoran gajah. Cara ini berbeda dengan cara alami, yang umumnya telur disimpan dalam sampah-sampah pepohonan.
Ternyata, teknik pengeraman ini berhasil. Menurut M. Nanang Tejolaksono, dokter hewan yang bertugas di taman satwa itu, kotoran gajah punya beberapa keunggulan dibanding sampah atau kotoran satwa lainnya. "Karena serat ampas gajah lebih besar, panas yang dihasilkan lebih stabil dan mencegah penguapan," tuturnya. Telur buaya umumnya butuh pemanasan pada suhu 29-33 derajat dan kelembapan 75-90 persen untuk menetas.
Taman Safari kini punya 22 gajah yang bisa memproduksi kotoran hingga 300 kilogram per hari.
Guardian/AP/Abel Purmono (Malang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo