Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIM peneliti dari Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, membuat alat penganalisis psikologi yang dinamai Psychoanalyzer. Perangkat itu mengukur tingkat stres seseorang secara langsung atau seketika menggantikan metode kuesioner, yang memakan waktu, dalam pemeriksaan pasien. "Idenya tercetus dari kebutuhan bagi psikolog dan dokter kejiwaan," kata anggota tim, Memory M. Waruwu, awal November lalu.
Alat yang digagas guru besar Fakultas Teknik UGM, Sunarno, itu dipamerkan pada ITB CEO NetX Technopreneurship Festival 2017 di Aula Barat Institut Teknologi Bandung, 12 Oktober 2017. Memory, yang mengembangkan alat ini bersama Rony Wijaya, mengatakan, sejak 2006, sistem alat itu terus diperbarui dan pengukurannya diujicobakan ke banyak responden.
Psychoanalyzer berpijak pada teori aktivitas elektrodermal, yaitu perubahan kemampuan kulit mengantarkan listrik setelah diberi rangsangan. Studi aktivitas elektrodermal itu telah menghasilkan alat penting dan vital seperti elektrokardiograf yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dan elektroensefalograf untuk mengukur tingkat kelistrikan otak.
Tim peneliti UGM lantas mengembangkan perangkat analisis yang lain berdasarkan studi aktivitas elektrodermal ini. "Alat sejenis Psychoanalyzer ini belum ada. Alat buatan luar negeri fokusnya ke gelombang otak atau EEG," kata Memory.
Psychoanalyzer dilengkapi sensor pengukur respons tubuh terhadap situasi yang dialaminya. Respons tubuh yang ditangkap alat berupa tingkat resistansi. Makin stres atau cemas seseorang, makin menurun tingkat resistansi kulitnya. Sebaliknya, ketika merasa nyaman, level resistansi kulitnya akan naik.
Untuk mengukur kadar stres, pada jari tengah dan telunjuk pasien dipasang cincin logam sebagai pemeriksa. Cincin ini tersambung dengan kabel ke alat pengukur hambatan listrik di Psychoanalyzer. Data pengukuran lantas diubah menjadi grafik berskala 0-100 persen di layar.
Psychoanalyzer telah diujicobakan pada orang yang kehilangan uang Rp 300 juta. Pengukurannya langsung melesat ke angka 100 persen. "Orang kerja normalnya di bawah 70 persen. Kalau lebih, berarti dia sudah lelah atau mengalami stres tinggi," ujar Memory.
Kini, tim sedang memproses hak paten dan sertifikasi guna produksi massal alat yang diperkirakan berharga jual Rp 12,5-17,5 juta ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo