Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tulungagung - Para penggiat konservasi di pesisir selatan Tulungagung, Jawa Timur, mengatakan jumlah indukan penyu yang bertelur di pantai-pantai setempat kini turun drastis akibat dibukanya beberapa kawasan pantai konservasi alami untuk objek wisata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dulu penyu biasa bertelur di Pantai Ngalur dan Sanggar. Tapi mungkin karena di sana mulai banyak orang (wisatawan), sekarang jarang terlihat penyu mendarat untuk bertelur," tutur Purjo Lompong, Ketua Pokdarwis Sanggar Ria, Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung, Tulungagung, Rabu, 31 Juli 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di pesisir wilayah ini, warga mengidentifikasi ada empat pantai yang selama ini menjadi area penyu bertelur, yakni Pantai Sanggar, Ngalur, Pathuk Gebang dan Jung Pakis. Dulu, dalam satu musim bertelur, induk penyu yang mendarat bisa mencapai puluhan hingga ratusan ekor.
Namun kini jumlahnya sudah jauh menurun. Musim bertelur tahun ini, Purjo dan kawan-kawan yang aktif bergiat konservasi secara mandiri hanya mengidentifikasi 2-3 ekor induk penyu yang bertelur. Itu pun yang akhirnya ditemukan dan dievakuasi komunitas pecinta penyu hanya satu ekor.
"Kondisi pantai yang kotor akibat sampah plastik dan kayu juga mempengaruhi penurunan jumlah penyu yang mendarat di pesisir pantai sekitar sini," ucap Andik, penggiat konservasi penyu lainnya.
Masalah keamanan penyu dan telur penyu, menurut Purjo, paling mengkhawatirkan. Selain kerap hilang dan dicuri atau dimakan predator alaminya, perburuan manusia yang semakin tak terkendali membuat penyu kian jarang nampak. "Populasi penyu juga sudah jauh menurun akibat perburuan manusia. Itu yang membuat penyu kian langka," ujarnya.
ANTARA