Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perangkap lalat buah yang dikembangkan peneliti di Griffith University, Australia, memberi harapan baru bagi para petani buah. Teknologi sederhana yang disebut Fruition ini diakui sebagai "langkah besar" dalam industri perkebunan buah. "Selama ini petani buah tak punya pilihan selain memakai insektisida untuk melindungi tanaman mereka," ucap Dick Drew, dosen lingkungan di Griffith yang mengembangkan Fruition, pertengahan bulan lalu. Secara berangsur-angsur otoritas Australia melarang penggunaan insektisida.
Fruition adalah perangkap lalat buah pertama di dunia yang bebas dari racun. Produk ini diluncurkan di Brisbane, Australia, hasil kerja sama antara Griffith University dan perusahaan pengolah berbagai produk pertanian, AgNova Technologies.
Perangkap ini terdiri atas dua penampang besar terbuat dari bahan kobalt berwarna biru berbentuk lonjong yang saling memotong. Di tengahnya terdapat kantong berisi gel untuk menarik perhatian lalat buah. Gel tersebut mengeluarkan bau-bauan menyerupai buah matang, yang sangat disukai lalat buah betina.
Saat menghampiri alat tersebut, lalat akan terperangkap dan menempel pada penampang besar itu. Biasanya lalat buah betina tertarik menaruh telurnya di buah yang sudah matang. Untuk mengetahui kebiasaan lalat buah betina ini, Drew menelitinya selama tiga dekade.
Menurut Drew, perangkap lalat buah dan bau-bauan sebagai pemikat itu dibuat secara khusus berdasarkan hasil riset tersebut. Bau-bauan tersebut terbuat dari bahan sintetis dan menyerupai buah matang. Kini bahan sintetis tersebut siap diproduksi secara massal dan dijual bebas.
Dalam uji coba di lapangan, Fruition mencatat hasil memuaskan. Selain mampu menumpas lalat buah, alat ini dapat meningkatkan produksi buah. "Perangkap sejenis lebih banyak menangkap lalat buah jantan. Sudah digunakan bertahun-tahun di bidang pertanian. Tapi yang menangkap lalat betina baru alat ini," ucap Drew.
Dalam uji coba tersebut didapati 90 persen dari lalat buah yang tertarik mendekati perangkap dan bau-bauan adalah lalat betina. Adapan 90 persen dari lalat betina itu membawa telur yang siap ditaruh di bawah buah, yang merupakan ancaman besar bagi petani sekaligus target utama alat tersebut.
Untuk mengembangkan produk ini, Griffith University menjalin kerja sama dengan AgNova Technologies selama lima tahun ke depan. Menurut Drew, keterlibatan perusahaan seperti AgNova sangat penting untuk pengembangan lebih lanjut inovasi itu. "Jarang ada perusahaan yang mau mendukung penuh sebuah penelitian menjadi produk komersial," ujar Drew.
Manajer Bisnis AgNova Technolo'gies, Andrew Glover, percaya Fruition akan membawa dampak besar bagi permasalahan lalat buah selama ini. Selain itu, menurut dia, alat ini dapat meningkatkan hasil panen dan buah yang layak dikonsumsi. "Para petani selama ini hanya bisa mengusir lalat buah tanpa mampu menyingkirkan telur yang akan menetas. Tak ada alat yang mampu membedakan lalat buah pejantan dan betina sampai akhirnya datang Fruition ini," ucap Glover.
Saat ini terdapat lebih dari 50 spesies lalat buah yang diketahui di seluruh dunia. Kerugian yang disebabkan lalat buah ini cukup besar bagi produksi buah secara global, perdagangan internasional, dan layanan karantina. "Kita kini punya solusi untuk masalah lalat buah dan mengurangi dampak dari penggunaan insektisida," kata Drew.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo