TAK sampai setahun setelah Presiden Ronald Reagan menyetujui pembiayaan program percobaan pembuatan pesawat-pesawat terbang hipersonik, berbagai keberhasilan telah tampil di luar dugaan. Angkatan Udara AS kini sudah menyiapkan tahap pembuatan pesawat percobaan X-30. Dana tahap pertama pembuatan X-30 sebesar US$ 89 juta -- dari total perkiraan biaya US$ 700 juta -- sudah diturunkan belum lama ini. Pangkal percobaan membuat pesawat hipersonik X-30 itu merupakan rangkaian keberhasilan Acrojet Techsystems sebuah badan riset nasional di Sacramento, yang mengawinkan dua sistem mesin jet, yaitu turbojet dan scramjet. Berbarengan dengan percobaan Aerojet Techsystems, perusahaan pesawat terbang terkemuka McDonnell Douglas juga melakukan pcnelitian serupa. Karena percobaan Aerojet Techsystems dilakukan terbuka, sukses mereka secara tak langsung juga keberhasilan bagi McDonnell Douglas. Perusahaan ini sedang merancang pesawat yang diberi nama Orient Express, dengan jenis dan sistem yang sama. Dalam pcrcobaan Aerojet Techsystems, mesin jet pesawat hipersonik sudah mampu mencapai kecepatan sampai 5,5 mach -- lima kali kecepatan suara. Sebagai perbandingan, pesawat terbang besar tercepat saat ini adalah pesawat pengintai supersonik AS, SR-71, yang memiliki kecepatan 3,3 mach. Sedangkan pesawat terbang supersonik Concorde bikinan Prancis, yang kini sudah beroperasi sebagai pesawat udara penumpang, mempunyai kecepatan 1-2 mach. Keberhasilan Orient Express dan X-30 diperkirakan akan secara total mengubah sebagian besar desain pesawat udara jarak jauh berikut sistemnya. Pada percobaan simulasi terlihat, selain cepat, X-30 juga memiliki kelincahan bergerak seperti pesawat pengebom. Keberhasilan percobaan Aerojet Techsystcms ini membuat impian membangun pesawat-pesawat penumpang hipercepat semakin menjadi realistis. Dan, adalah Inggris yang lebih dahulu melontarkan gagasan ini serta kemungkinannya. Dalam percobaan membuat pesawat ruang angkasa, British Aerospace, industri pesawat udara negara itu, telah memperkirakan kemungkinan pesawat ruang angkasa untuk penumpang, khususnya untuk perjalanan antarbenua. Dengan pesawat hiperjet, perjalanan dari Inggris ke Australia diperkirakan bisa dicapai dalam waktu 70 menit -- sebelumnya, dengan pesawat penumpang biasa, sekitar 24 jam. Pesawat hiperjet percobaan Inggris itu diberi nama Hotol, akronim bagi Horizontal Take-off and Landing. Prinsip Hotol hampir serupa dari pesawat ruang angkasa yang dikenal kini. Bedanya, pada pemberangkatan digunakan mesin jet cangkokan, sementara roket baru digunakan pada perjalanan di ruang angkasa. Pada rancangan, Hotol takeoff dengan kecepatan 5 mach. Lalu, setelah mencapai ruang angkasa, roket dengan bahan bakar hidrogen bekerja, dan pesawat bergerak dengan kecepatan 290 knot. Mesin jet bekerja lagi setelah pesawat kembali memasuki atmosfer bumi. Sampai kini British Aerospace masih merahasiakan banyak hal tentang Hotol, hingga sulit memperkirakan keberhasilannya. Tapi para ahli pesawat terbang banyak yang pesimistis. Buktinya, undangan investasi British Aeropsace US$ 7 milyar kepada European Space Agency tak mendapat tanggapan. Yang mencemaskan dari Hotol, konon, sistem pendingin mesin jet cangkokannya. Karena itu, dalam rencana percobaan di sekitar 1990, Hotol belum disertai awak pesawat. Alhasil, percobaan Inggris membuat pesawat penumpang hipercepat dinilai kurang realistis. Melalui keberhasilan Aerojet Techsystems, kini Orient Express terhitung selangkah lebih maju. Sistem pendinginan scramjet, yang memungkinkan angin bergerak luar biasa cepat di dalam mesin dan menghasilkan kejutan gelombang udara, ternyata bisa diatasi dengan sistem turbo biasa. Kecepatan 5,5 mach yang diumumkan dinilai bisa dipercaya. Namun, kecepatan yang dapat dicapai itu belum membuat X-30 dan Orient Express menjadi pesawat penumpang hipercepat. Percobaan Aerojet Techsystems masih harus dilanjutkan sampai kecepatan 8 mach dan 25 mach. Ini diperkirakan baru akan rampung di 1989. Dan, baru setahun kemudian, yaitu 1990, pesawat akan dicobakan sebagai Trans-Atmospherlc Vehicle (TAV), yang skenarionya persis seperti penembakan peluru kendali antarbenua (ICBM): TAV akan mengudara dengan kecepatan 8 mach, bergerak di ruang angkasa dengan kecepatan 25 mach, dan mencapai sasaran dengan kembali menembus atmosfer bumi. Dengan pola terbang ini, jarak New York-Tokyo, yang bisa ditempuh dengan pesawat biasa sekitar 26 jam, bisa dicapai dalam waktu 2 jam. Seperti juga Hotol, Orient Express memang dirancang untuk angkutan antarbenua. Penerbangan jarak pendek praktis tak akan membutuhkannya. Karena itu, tak semua pesawat penumpang akan mengalami perubahan. Pesawat supersonik dan jet masih diperlukan untuk jarak-jarak pendek itu. Dan, tidak semua lapangan udara akan mengalami perubahan pula. Hanya lapangan udara yang melayani penerbangan jarak jauh yang perlu menyiapkan landasan sekitar 3 mil untuk TAV. Dan, yang lagi-lagi di luar dugaan, landasan itu kini sudah mulai dibangun di sebuah kawasan di luar Tokyo, Jepang. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini