MAJALAH remaja Gadis kini menghadapi pesaing baru. Mulai pekan ini, majalah Mode, yang sekarang ditangani tim baru, telah berganti corak, dan melangkah ke pelataran soal-soal remaja. Persaingan antara keduanya tampak bakal seru, karena tujuh orang bekas pengasuh Gadis menyeberang ke kubu Mode. Di antara penyeberang, terdapat Si Jon, kartunis yang memberi identitas pada Gadis. Bersama Si Jon, ikut pula Cynthia Sujanto, pengasuh rubrik mode yang merupakan merk dagang tersendiri bagi Gadis. Apa sesungguhnya yang terjadi? Pemimpin redaksi Gadis Pia Alisjahbana mengakui adanya perbedaan pendapat dengan para "pembelot", yang kini mengasuh Mode itu. Tapi, "Itu hal biasa," ujarnya. Tampaknya, beda pendapat itu begitu tajam, sehingga ada yang memilih jalan lain. "Kalau sudah tidak sesuai, ya, mau apa lagi?" tambah Pia. Dan, lahirlah Mode menjadi Gadis baru. Begitulah, pada nomor perdana yang diperkenalkan pekan ini, selain sampul depan, Mode memang tak berbeda nyata dengan Gadis. Tata letak, isi, bahkan gambar-gambar kartun kedua majalah itu hampir sama. Artikel-artikel Mode, seperti halnya pada Gadis, berbicara sekitar kehidupan sekolah, para bintang, kecantikan, mode busana, dan persoalan remaja lainnya. Dan, semua itu didukung oleh kartun-kartun Si Jon. Hijrahnya Si Jon ke Mode memang pukulan berat bagi Gadis. Tapi kelihatan tak begitu berat. Pada dua nomor terakhir Gadis, karakter Si Jon masih terasa dalam kartun yang ditampilkan, walau penggambarnya orang lain. Sehingga, gambar gadis berpita dua dengan mimik jenaka masih menghuni halaman Gadis. Hanya saja, gadis berpita dua itu tak lagi disertai seekor anjing kecil yang berkalung tali di leher. Kabarnya, merk dagang yang dikukuhkan Si Jon ini masih akan dlpertahankan Gadis, sampai masa transisi kepergian Jon berakhir. "Agar pembaca tidak kaget," tutur sebuah sumber di Gadis. Mengapa para pengasuh Gadis ramai-ramai angkat kaki? Si Jon, yang nama aslinya Surjono, 34, menunjuk pada soal kebijaksanaan manajemen. Promosi jabatan, kata Si Jon, misalnya, tak dilaksanakan berdasarkan situasi di dalam Gadis, sehingga, "Suasana kerja menjadi tidak nyaman," keluh Jon. Bagi Si Jon, keresahan sebetulnya sudah dirasakan sejak tahun silam. Tapi, ia masih mencoba tetap bertahan untuk tidak meninggalkan Gadis, yang telah digauli selama tiga belas tahun. Lalu, muncul soal Dewi. Dan, suasana kerja sama tim kian kacau. Tutur Jon, itulah yang mendorongnya bersama enam karyawan lain untuk cepat-cepat menyingkir, lalu mengibarkan bendera Mode. "Kalau direksi mengira kami keluar karena soal gaji atau bonus, itu keliru besar," ujar Agus Dermawan T., bekas penata artistik Gadis. Tentang membelotnya Jon dan kawan-kawan ternyata tak membuat Pia gusar. "Semoga mereka memperoleh apa yang diinginkan, dan lebih kreatif," ujarnya. Dan, pemimpin redaksi Gadis itu yakin betul kepergian Jon tak akan mengancam kelangsungan hidup Gadis. Pada nomor perdananya, Mode memikat pembaca dengan memperkenalkan pengasuh-pengasuh baru mereka. Di kalangan pembaca majalah remaja, nama-nama seperti Si Jon, Theresia Emir, Wieke Dwiharti, atau pengasuh mode Cynthia Sujanto memang tak asing lagi. Dan, nama-nama itulah yang sebulan lalu masih menempel pada halaman Gadis. Pemajangan nama-nama itu diakui Nuniek H. Musawa, yang mengurus pemasaran Mode, sebagai upaya menjaring pembaca. "Nama-nama itu merupakan aset yang bisa kami jual," ujarnya, "pembaca melihat 'kan dari pengasuhnya, sebab produknya orang belum tahu." Kepindahan Si Jon ke Mode tentu saja bersama serial bergambar Si Do'i dan Got. Dan, Surjono mengaku tak menjiplak Gadis. "Saya tak mengambil milik Gadis. Itu memang karakter saya sendiri," kata Jon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini