Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Peta Geologi Yang Optimis

Pada pertemuan ahli geologi indonesia di yogya, di pamerkan sebuah peta geologi yang menggambarkan keadaan sumber daya kita di masa mendatang th 2000, keadaan sumber daya tak suram.(ilt)

10 Januari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA di Balai Pertemuan Universitas Gajah Mada di Yogyakarta menyentuh semangat perjuangan. Sekitar 190 ahli geologi dan mahasiswa ilmu itu menghadiri Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT 1980) Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI). Yang merangsang suasana cerah dan optimistis itu ialah sebuah peta geologi yang dipamerkan di sana, Desember lalu. Dengan jelas tergambar lokasi, penyebaran dan volume sumber daya yang tersimpan di bumi Indonesia. "Peta ini tidak kenal adanya tahun kiamat," ujar Ir. GAS Nayoan, menyanggah akan adanya Skenario Hari Kiamat. Ia baru saja menyerahkan jabatan Ketua Umum IAGI kepada Ir. Adjat Sudradjat, Direktur Direktorat Vulkanologi di Bandung. "Peta itu punya pesan 'singsingkan lengan baju'," tandas Nayoan lagi yang sehari-hari memimpin Dinas Eksplorasi Pertamina. Tambah Sudradjat: "Saya optimistis tentang keadaan sumber daya kita di masa mendatang walaupun jumlah penduduk berlipat ganda." Mengubah Asumsi Tentang apa yang akan terjadi pada akhir abad ke-20, para ahli menyusun berbagai skenario atau rangkaian kenyataan. Ini mereka simpulkan dari suatu asumsi, berdasarkan data yang tersedia, serta interaksi data itu dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Bertambah lengkap data dan informasi yang tersedia, bertambah tepat pula asumsinya dan semakin realistis skenarionya. Perkembangan data itu juga bisa mengubah asumsi, dan dengan sendirinya skenarionya. Itu suatu proses ilmiah, seperti yang dialami Ir. Wiyarso, Dirjen Migas. Tahun 1976, ia pernah mengemukakan soal perkembangan sektor minyak bumi di Indonesia menjelang tahun 2000. Analisanya, yang bernada pesimistis, kemudian tersohor sebagai Skenario Hari Kiamat. Wiyarso pada pokoknya menyimpulkan bahwa seluruh produksi minyak Indonesia, 10-15 tahun mendatang, mungkin cukup untuk melayani konsumsi dalam negeri saja. Bahkan seluruh cadangan minyak bakal tamat sekitar tahun 2000. Semua itu dengan asumsi pola konsumsi tidak berubah dan tidak ada penemuan baru. Tapi ladang minyak baru kemudian ditemukan, eksploitasi dan eksplorasi digalakkan. Data tentang keadaan berbagai sumber daya dalam bumi bahkan semakin banyak dan lengkap. Ini membuat Wiyarso meninjau kembali skenarionya. Oktober lalu, di Kampus UGM, Yogyakarta, ia menyatakan skenario itu tidak berlaku lagi. Peta geologi yang dipamerkan tadi suatu perwujudan dari perkembangan data itu. Proses pembuatannya bermula di Bandung, tempat Seminar Sumber Daya Energi di Indonesia diselenggarakan IAGI, Juni lalu. Seminar itu menyimpulkan bahwa apresiasi dan evaluasi kegunaan sumber daya energi lebih dapat dihayati jika diekspresikan pada sebuah peta. Maka dikerjakanlah peta itu seperti yang disajikan Desember lalu di Yogya. Untuk mewujudkan gagasan itu dibentuk suatu Panitia Pengarah. Anggotanya G.A.S. Nayoan dari Pertamina, R.P. Koesoemadinata dari ITB, H.M.S. E lartono dari Puslitbang Geologi, Vincent T. Raja dari PLN dan Effentrip Agoes dari Batan. Panitia itu kemudian menunjuk beberapa anggota IAGI sebagai pengarang peta itu. Unsur sumber daya minyak dan gas bumi dalam peta itu digarap Suyitno Patmokusumo dari Pertamina bersama Atik Suardy. Sumber daya batubara oleh Hardjono dari Direktorat Sumber Daya Mineral bersama Theopilus Matasak dari ITB. Sumber daya nuklir oleh Konradin Siahaan dan Djodjo dari Batan. Sumber daya panas bumi oleh W. Subroto Modjo dan N. Akbar dari Direktorat Vulkanologi. Sumber daya tenaga air oleh Didi Sulasdi sedang unsur geotektonik oleh Prof. Dr. J.A. Katili, Dirjen Pertambangan Umum. "Peta itu karya ratusan geolog Indonesia yang bertahun-tahun naik-turun gunung dan menjelajah lautan," ungkap Koesoemadinata dalam pertemuan itu. Dan Prof. Bintarto, Guru besar dalam Geografi-sosial di UGM menilai peta itu dibuat dengan semangat Sepi ing pamrih, rame ing gawe (Sedikit bicara, banyak bekerja). Menurut Bintarto, tahun 2000 sering digambarkan sebagai tahun gawat. Berkurangnya persediaan air dan pangan, meluasnya tanah tandus, bertambahnya penduduk bumi dan timbulnya krisis energi akibat langkanya sumber daya alam. Hingga "masyarakat sekarang ini secara diam-diam mengalami ketegangan psikologi," tutur Bintarto. Kehadiran peta itu bukan hanya penting dari segi geologi, geografi, ekonomi atau politik. Bintarto mengatakan ia juga ikut membantu melenyapkan "ketegangan psikologis tersembunyi" itu. "Mudah-mudahan dugaan tahun 2000 sebagai tahun malapetaka tidak pernah terjadi." Peta itu masih mengalami koreksi. Dalam pertemuan para geolog tadi ia dinilai dan dibahas. Ternyata "ada kritik dan usul perubahan," ujar Nayoan gembira. Namun Ir. Sudradjat yakin bahwa peta itu bakal selesai dicetak dalam 6 bulan mendatang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus