Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HIDROSEFALUS alias membesarnya kepala karena rongga otak terisi cairan tubuh masih sulit dicegah karena belum ketahuan persis penyebabnya. Pengobatannya pun masih tergolong mahal karena membutuhkan teknologi tinggi.
Seorang dokter di Yogyakarta sudah lama sukses mengeluarkan cairan otak ribuan bayi dengan pompa buatannya sendiri. Sultan Hamengku Buwono IX memberikan penghargaan atas temuan Sudiharto, dokter dan pengajar pasca sarjana, Sabtu dua pekan lalu.
Pada 1981, Sudiharto menemukan pompa yang diberi nama Pirau Katup Semilunar ini. Sebetulnya cara kerja Pirau sama dengan alat-alat penyedot cairan dari otak impor seharga Rp 40 juta. Bedanya, Sudiharto menambahkan katup setengah lingkaran di sumbunya yang bentuk dan fungsinya mirip bilik jantung. Dengan demikian, cairan tersedot seiring dengan detak jantung pasien.
Pompa itu ditanam di kepala pasien yang terhubung dengan selang berdiameter 1-2,2 milimeter sepanjang 70 sentimeter ke rongga perut, dan ditanam di bawah kulit. Di perut cairan ini diolah menjadi urine, keringat, atau terserap dalam darah. Sudiharto mengaku sudah 7.000 bayi yang ia selamatkan dengan alat buatannya itu. "Ada yang sudah jadi insinyur dan dokter," kata dokter 68 tahun ini.
Karena fungsinya menyerap cairan, pompa ini bersifat permanen. Dengan berbahan karet silikon, pompa dan selang itu akan memanjang sesuai dengan pertumbuhan tubuh. Ini juga yang membedakan Pirau dengan pompa buatan luar negeri yang harus dibongkar pasang karena tak fleksibel sesuai dengan pertumbuhan badan. Harganya pun lebih murah, hanya Rp 1,7 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo