Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Preman pun Kenal Website

17 Juli 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seraut paras sa-ngar. Ada tato di wajah-ny-a. Dialah Kristopher "Kasper" Flower. Anggota geng 18th Street di Amerika Serikat ini dengan bangga memajang fotonya di situs pribadi. Sang preman jalanan itu nampang di Internet-sebuah fenomena langka dua sampai lima tahun lalu.

Tapi kini preman tak beda dengan ABG (anak baru gede): sama-sama keranjing-an membuat situs pribadi atau halaman web blog. Jika Anda berselancar di dunia maya, mungkin mene-mukan kelompok Crips, Bloods, MS-13, dan 18th Street. Mereka merupa-kan bagian dari ribuan kelompok preman yang menguasai jalanan di kota-kota besar Amerika Serikat. Sebagian di antara mereka kini memiliki website untuk menampilkan profil, aksi-aksi yang telah dilakukan, dan merekrut anggota baru. "Ini realitas dan saya tidak bisa menyembu-nyikan diri," kata Kristopher "Kasper" Flower, anggota geng 18th Street.

Perubahan gaya hidup para preman ini memudahkan polisi melakukan pantauan. George W. Knox, Direktur National Gang Crime Research Center, mengatakan bahwa situs-situs preman itu membuat polisi lebih paham tentang pelbagai kelompok preman. Banyak petunjuk yang bisa digali dari situs tersebut. Kode atau tanda yang ditulis di situs Internet kadang-kadang ditemui di jalanan dalam bentuk grafiti, tato. Itu bisa menjadi alat untuk mengenali para preman tersebut.

Di Mana Perahu Nuh Berlabuh

TEKA-TEKI keberadaan kapal Nabi Nuh mulai ter-kuak. Tim arkeologi A-merika Serikat menemukan- se-dikit bukti bahwa kapal raksasa pengangkut segala jenis makhluk hidup itu diper-ki-rakan "mendarat" di pun-cak- Gunung Sulaiman, di se-be-lah barat laut Iran. Mereka- me-ne-mu-kan bagian kapal di sana. "Batu itu tampaknya seperti kayu," kata Ro-bert Comuke, Presiden Bible Archeology Search and Exploration Institute, yang bermarkas di Colorado, Amerika.

Comuke mengklaim temu-an batu di atas puncak gu-nung- setinggi 4.000 meter ter-se-but merupakan bagian dari pe-ra-hu Nabi Nuh. Kitab suci- aga-ma Kristen, Yahudi, dan Is-lam menceritakan bahwa Nuh adalah lelaki yang ber-be-kal perintah Tuhan, mem-bu-at kapal untuk menyela-mat-kan pengikutnya dan ber-pa-sang-pasang hewan. Kapal itu telah menyelamatkan mereka dari air bah yang me-ngamuk.

Kitab suci mengindikasikan perahu Nuh mendarat di pegunungan Ararat. Para- a-hli- Injil menginterpreta-si-kan wilayah itu berada di Tur-ki bagian timur. "Injil mem-beri pedoman kepada ka-mi bahwa arahnya di sini, bu-kan-nya di Turki," kata Comu-ke-.

Namun, kesimpulan Comuke ini diragukan banyak ahli geologi. Menurut Ke-vin Pi-ckering dari University College, Lon-don, tim yang dipimpin Co-muke salah me-naf-sirkan la-pisan tipis yang menyelimu-ti- temuan itu. Jadi, percaya siapa?

Kembalinya Tekukur Sumatera

SETELAH menghilang selama sembilan tahun, burung tekukur tanah Sumatera ditemukan kembali. Burung yang bernama la-tin Carpococcyx viridis ini tak sengaja tertangkap kamera yang sebenarnya dimaksudkan untuk memotret harimau, di kawasan Kerinci Seblat, Riau. Burung yang disangka sudah punah itu ternyata masih ada. "Kami nyaris tak percaya," kata Y-oan Dinata, aktivis Fauna & Flora International (FFI) I-ndonesia.

Burung langka ini ter-akhir kali dilihat ilmuwan p-ada 1997 di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Itu pun dalam perjumpaan tak sengaja d-engan tim peneliti Masyarakat E-ro-pa dan Inventarisasi dan Tata Guna Lahan Departemen Kehutanan. Sebelumnya, te-kukur dengan panjang 55 sentimeter itu terakhir kali dilihat pada 1916. Populasi burung yang hanya ada di Sumatera bagian selatan ini diperkirakan 50 sampai 249 ekor, dan jumlahnya tiap tahun terus menurun. Dia hi-dup di hutan yang terletak di ketinggian 300 hingga 1.400 meter dari permukaan laut.

Menurut Sukianto Rusli, Direktur Eksekutif BirdLife Indonesia, temuan menggembirakan ini menunjukkan betapa pentingnya konservasi hutan-hutan yang dijarah di sekitar taman nasional di Sumatera. Hutan Sumatera selama ini dikenal seba-gai salah satu hutan yang memiliki keragaman hayati tertinggi di dunia. Namun, surga fauna dan flora liar itu kini digerus oleh para pembalak liar dan perkebunan sawit. Kembalinya tekukur itu sedikit memberi harapan karena burung itu ditemukan di bekas hutan yang dijarah dan kini sudah mulai menghijau kembali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus