Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Puncak Gunung Semeru Bertopi Awan, Ini Penjelasan LAPAN

Fenomena Gunung Semeru bertopi awan akibat udara hangat yang lembap dari bawah kemudian naik dan berinteraksi dengan udara dingin di puncak gunung.

12 Desember 2018 | 12.58 WIB

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho juga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menghubungi fenomena unik ini dengan masalah mistis, tetapi mengajak masyarakat untuk mengabadikannya terutama untuk yang ingin melakukan sesi foto prawedding. twitter.com/Sutopo_PN
Perbesar
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho juga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menghubungi fenomena unik ini dengan masalah mistis, tetapi mengajak masyarakat untuk mengabadikannya terutama untuk yang ingin melakukan sesi foto prawedding. twitter.com/Sutopo_PN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Puncak Gunung Semeru dilaporkan dilingkupi fenomena aneh Senin pagi lalu. Dari foto-foto dan berita yang beredar, ada sekumpulan awan seperti topi besar yang memayungi puncaknya.

Baca: Hamparan Es di Puncak Gunung Semeru Muncul Menjelang Kemarau

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Itu fenomena yang wajar di puncak gunung," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, Rabu, 12 Desember 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurutnya, dinamika atmosfer di sekitar gunung berpotensi membentuk konfigurasi awan berbentuk topi. Situasi itu akibat udara hangat yang lembap dari bawah kemudian naik dan berinteraksi dengan udara dingin di puncak gunung. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal kejadian seperti itu," ujarnya.

Bentuk awan bundar itu lazim disebut lentikular. Bila terjadi di puncak gunung, kata Djamaluddin, sering disebut "cap cloud" atau awan topi.

Soal kabar awan topi itu terkait dengan kondisi puncak gunung yang suhunya menjadi lebih dingin, kabutnya lebih tebal, dan anginnya lebih kencang saat kejadian, Djamaluddin menjelaskan awan topi bukan penyebabnya.

"Awan adalah fenomena yang terbentuk dari kondisi suhu dan aliran udara (angin) di puncak gunung. Fenomena itu sering terjadi di banyak gunung," ujarnya.

Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo juga menanggapi laporan fenomena itu lewat akun Instagram mililnya. Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur bertopi. Puncak gunung tertutup awan jenis lentikularis atau altocumulus lenticularis. Awan ini terbentuk akibat adanya pusaran angin di puncak.

Menurutnya, hal ini fenomena alam biasa saja. Beberapa gunung pernah mengalami hal yang sama. Tergantung dinamika atmosfer lokal. "Tidak usah dikaitkan dengan mistis, tanda akan ada musibah, politik atau jodoh seret."

Pada kiriman lainnya, Sutopo menyatakan pesona Gunung Semeru saat bertopi, berhelm dan berhijab di puncaknya, membuat indah. Turbulensi atau pusaran angin di bagian atas membentuk awan seolah Sang Gunung bertopi.

Turbulensi menandakan pusaran angin yang kencang. Berbahaya bagi pendaki Gunung Semeru karena suhu sangat dingin. Hal ini dapat menyebabkan hypothermia bagi pendaki di atas.

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus