Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Puncak Gunung Semeru dilaporkan dilingkupi fenomena aneh Senin pagi lalu. Dari foto-foto dan berita yang beredar, ada sekumpulan awan seperti topi besar yang memayungi puncaknya.
Baca: Hamparan Es di Puncak Gunung Semeru Muncul Menjelang Kemarau
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Itu fenomena yang wajar di puncak gunung," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, Rabu, 12 Desember 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya, dinamika atmosfer di sekitar gunung berpotensi membentuk konfigurasi awan berbentuk topi. Situasi itu akibat udara hangat yang lembap dari bawah kemudian naik dan berinteraksi dengan udara dingin di puncak gunung. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal kejadian seperti itu," ujarnya.
Bentuk awan bundar itu lazim disebut lentikular. Bila terjadi di puncak gunung, kata Djamaluddin, sering disebut "cap cloud" atau awan topi.
Soal kabar awan topi itu terkait dengan kondisi puncak gunung yang suhunya menjadi lebih dingin, kabutnya lebih tebal, dan anginnya lebih kencang saat kejadian, Djamaluddin menjelaskan awan topi bukan penyebabnya.
"Awan adalah fenomena yang terbentuk dari kondisi suhu dan aliran udara (angin) di puncak gunung. Fenomena itu sering terjadi di banyak gunung," ujarnya.
Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo juga menanggapi laporan fenomena itu lewat akun Instagram mililnya. Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur bertopi. Puncak gunung tertutup awan jenis lentikularis atau altocumulus lenticularis. Awan ini terbentuk akibat adanya pusaran angin di puncak.
Menurutnya, hal ini fenomena alam biasa saja. Beberapa gunung pernah mengalami hal yang sama. Tergantung dinamika atmosfer lokal. "Tidak usah dikaitkan dengan mistis, tanda akan ada musibah, politik atau jodoh seret."
Pada kiriman lainnya, Sutopo menyatakan pesona Gunung Semeru saat bertopi, berhelm dan berhijab di puncaknya, membuat indah. Turbulensi atau pusaran angin di bagian atas membentuk awan seolah Sang Gunung bertopi.
Turbulensi menandakan pusaran angin yang kencang. Berbahaya bagi pendaki Gunung Semeru karena suhu sangat dingin. Hal ini dapat menyebabkan hypothermia bagi pendaki di atas.