DAPATKAH teknik nuklir menyuburkan tanaman? Pertanyaan ini
timbul, ketika teka-teki "guci wasiat" sedang hangat di Jakarta.
Namun sementara itu, aplikasi teknik nuklir dalam pertanian --
khususnya guna mempertinggi khasiat pemupukan -- bukan barang
baru lagi bagi BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional). Berikut ini
pertanyaan itu dijawab oleh seorang staf Puslit BATAN Pasar
Jumad Jakarta:
Peningkatan produksi pangan dapat diwakilkan dengan memperbaiki
teknik bercocok tanam, maupun memperluas areal tanah pertanian.
Tapi perluasan tanah garapan sudah tentu ada batasnya. Juga
suatu daerah tak selalu cocok untuk-pertanian pangan. Karena itu
peningkatan produksi pertanian sebaiknya dibarengi peningkatan
efektivitas budidaya pertanian. Di sini teknik nuklir dapat
membantu para petani.
Ada dua cara pemakaian teknik nuklir dalam pertanian:
penyinaran luar (external radiation): zat radio-aktif yang
memancarkan sinar radiasi berada di luar benda (organisme) yang
dikenai radiasi. Subyek radiasi sendiri tidak menjadi
radio-aktif. Cara ini banyak digunakan dalam pengawetan,
pemulyaan tanaman, dan pemberantasan hama (lihat TEMPO, 7 Juni
1975).
penyinaran dalam (internal radiation): zat radio-aktif masuk ke
dalam benda (organisme), yang kemudian menjadi radio-aktif.
Teknik ini biasanya disebut teknik perunut (tracer technique).
Pancaran sinar radio-aktif dari radioisotop dalam benda diikuti
jejaknya (dirunut) dengan detektor. Hasilnya dapat dijadikan
dasar perhitungan kwalitas dan kwantitas unsur dalam organisme
tersebut.
Teknik perunut ini banyak digunakan dalam penelitian pemupukan
tanaman. Dengan reaktor atom dapat dibuat pupuk-pupuk
radio-aktif, seperti pupuk fosfat P-32, pupuk ZK bertanda K2,
dan unsur-unsur nutrisi lainnya. Sedang untuk pupuk-pupuk
Nitrogen seperti Urea dan ZA dipakai isotop stabil N-15 dan
pencacahannya dilakukan dengan spektrometer massa. Kebutuhan,
dosis, cara dan waktu pemupukan yang lebih tepat dapat
diselidiki dengan teknik perunut ini. Hasil optimal pemupukan
dapat dicapai, tanpa pemborosan yang tidak berguna.
Dua Sejoli N & P
Penelitian dengan radio-isotop juga menunjukkan bahwa pupuk
fosfat (P) pada tanah sawah lebih efektif jika disebar atau
diberi secara larikan (hoeing) di antara tanaman. Sedang pada
tanah tegalan penempatan pupuk P lebih baik ditugalkan.
Pemupukan Nitrogen (N) yang efektif ialah dibenam beberapa senti
ke dalam tanah: Pemupukan fosfat pada tanaman padi sebaiknya
sekaligus pada saat tanaman muda dipindahkan dari persemaian.
Sebab zat hara P sangat penting bagi petumbuhan awal.
Keterlambatan pemupukan atau pemupukan P secara bertahap --
terutama pada tanah-tanah miskin P -- membuat tanaman jadi
kerdil. Sedang pemupukan N yang efektif ialah 25 - 50% pada
waktu tanam sisanya diberikan 7 - 14 hari sebelum masa
berbunga.
Pertumbuhan tanaman yang lancar memerlukan unsur-unsur
nutrisi dalam perbandingan yang seimbang. Dari penyelidikan
dengan meng- gunakan isotop N-15 dan radio-isotop P-32, ternyata
bahwa tanaman dapat lebih banyak memanfaatkan pupuk fosfat jika
dibarengi pupuk N. Efisiensi optimal dicapai jika "dua sejoli" N
dan P bercampur pada kedalaman 5 - 10 senti. Unsur N mempermudah
larutnya garam-garam fosfat, sehingga konsentrasi P yang
tersedia dalam tanah meningkat pula. Juga pemupukan N yang
memadai akan memperluas pertumbuhan akar. Akibatnya daya serap
akar tanaman terhadap nutrisi dipertinggi. Di samping itu pupuk
N mempercepat pembiakan bakteri tanah yang penting peranannya
dalam proses penguraian mineral tanah. Jadinya penyediaan
nutrisi dalam tanah semakin sempurna.
Pupuk Lewat Daun
Dengan menggunakan radio-isotop makin jelas fungsi daun tidak
saja sebagai "pabrik karbohidrat (zat tepung)". Tapi juga
sebagai penyerap nutrisi tanaman yang sangat baik. Fungsi ini
yang telah dikenal sejak 1803, baru populer akhir-akhir ini.
Pemupukan melalui daun ternyata jauh lebih efisien ketimbang
melalui akar/tanah. Ini telah dibuktikan dengan tanaman tomat,
tembakau, jagung, tebu, jeruk dan apel. Pemupukan fosfat lewat
daun tomat di India hasilnya 20 x lebih efisien dari pada
melaui tanah. Sedang percobaan terhadap jagung berumur 8 minggu
di laboratorium BATAN Pasar Jumat menghasilkan efisiensi 14 x
lebih besar dari pada cara konvensionil. Penyemprotan daun-daun
tanaman dengan pupuk cocok mtuk tanaman hias di kota-kota yang
susah dipupuk melalui tanah (terhalang trotoar, jalan beraspal).
Boleh digabung dengan penyemprotan obat anti-hama, biar lebih
praktis.
Tapi konsentrasi larutan pupuk harus dijaga. Beberapa tahun lalu
sebuah perkebunan sayur di Bandung mencoba pemupukan urea dengan
cara menyemprot ini. Tanamannya justru mati "terbakar". Mungkin
konsentrasi larutan pupuknya terlalu tinggi. Makanya konsentrasi
larutan unsur-unsur nutrisi makro (N, P, K. S) sebaiknya 0,5 -
1% saja. Bidang konsentrasi unsur-unsur mikro (7.n, Mn, Fe)
harus lebih rendah. Sebaiknya penyemprotan dilakukan berulang
kali, selang 2-3 hari. Jika tembakau disemprot di malam hari
hasilnya 3 - 10 x lebih efisien dari siang hari. Jika dilakukan
pagi hari efisiensi 3 x lebih besar dari pada sore hari.
Persoalannya: bagaimana melekatkan pupuk lebih lama pada
permukaan daun? Itu dapat dipecahkan dengan deterjen: lapisan
cuticula (lilin) pada daun "dicuci" tanpa merusak fisiologinya.
Daun muda yang masihtipis lapisan lilinnya jauh lebih baik
daya serapnya terhadap larutan pupuk cair itu.
Rumah Kaca
Para peneliti tidak pula melepaskan perhatiannya terhadap
soil-feeding zone. Yakni letak perakaran yang benar-benar aktif
menyerap nutrisi. Di zone itulah pupuk seharusnya diletakkan.
Pola perakaran tanaman padi telah diselidiki dengan menggunakan
radio-isotop Rubidium (Rb-86) dan P-32. Badan Tenaga Atom
Internasional (IAEA) juga sudah mencobanya pada tanaman-tanaman
devisa (kopi, kelapa sawit, jeruk dan apel) di Asia dan Afrika.
Banyak masalah lain berkaitan dengan pemupukan dapat dipecahkan
dengan teknik nuklir. Misalnya pengaruh irigasi, persaingan
penyerapan nutrisi antara-tanaan tumpang-sari, dan tanaman
pengganggu. Sayangnya percobaan-percobaan BATAN ini masih
terbatas dalam rumah kaca. Kecuali untuk N-15. Percobaan
lapangan terbentur pada biaya, pengamanan bahaya kontaminasi,
dan lain-lain. Meski demikian informasi ilmiah yang diperoleh
cukup memadai ditilik dari terbatasnya fasilitas. Mudah-mudahan
keprihatinan ini cepat berlalu, dan makin banyak sarjana
pertanian mau bergumul dalam masalah tanah & pupuk yang masih
kekurangan tenaga ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini