Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Gitar lagi, carl lagi

Carl tanjong tampil dengan gitarnya di teater besar tim. ia membawakan beberapa karya luis de marvais, scarlatti, bach dan lobos. penonton tampak antusias. (ms)

24 April 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUJAN lebat sekali sore 6 April yang lalu. Tetapi mobil-mobil yang bagus dengan banyak pemuda-pemudi masa kini di dalamnya terus mengalir ke Teater Besar TIM -- di mana menunggu Carl Tangjong dengan gitarnya. Akhir-akhir ini gitar mendapat pasaran yang nomplok, sehingga rupa-rupanya pihak penyusun acara di TIM merasa perlu untuk sedikit bersikap realistis, lantas menggan- drungkan penampilan-penampilan gitar. Demikianlah malam yang basah itu menjadi milik banyak orang yang dengan padatnya meme- nuhi perut Teater Besar. Dan seorang pemuda simpatik yang memakai jas kuning melantunkan remasan gitarnya untuk beberapa karya Luis de Marvais, Scarlatti, Bach, Lobos. Carl belum lama ini digunjingkan orang perkara gelar Maestronya. Kita tidak akan mengusut nilai apa yang sebenarnya bersembunyi dalam gelar itu -- apa artinya sama dengan penghargaan kwalitas atau hanya sampai pada sebutan semacam "doktorandus" -- yang di Itali bisa dikenakan oleh siapa saja tanpa ada maksud untuk melekatkan predikat akademis di belakangnya. Carl sendiri tampaknya mempunyai temperamen yang lebih mengutamakan kerja daripada coba-coba. Dengan sederhana resital itu dilangsungkan. Dalam kekosongan panggung yang diselimuti oleh layar-layar hitam itu, Carl dengan tekun menindih gitarnya, seakan-akan sudah menjadi bagian dari anggota badannya sendiri. Temperamen suara yang keluar dari instrumen itu jelas memperlihatkan tampang batin anak muda ini sendiri. Sementara teknik tidak lagi menjadi problim baginya, ia pun main dengan santai saja sambil sekali-kali melihat daftar urutan lagu yang harus dimainkan sementara lagu-lagu itu sendiri sudah melekat di luar kepalanya. Kurang Bersih Ada yang merasa bahwa permainan Carl untuk jenis klasik malam itu kurang bersih. Terutama tatkala ia memainkan Praeludium, Gavotte en Rondeau dari Johann Sebastian Bach. Dianggap permainannya untuk jenis Latin lebih rancak. Tapi musikus seperti Sukahardjana misalnya menganggap resital anak muda yang berusia 22 tahun itu dapat digolongkan bagus. Carl sendiri yang mengaku mempersiapkan dirinya selama 2 bulan. Itupun bagi dia sudah terlalu lama, lantaran ia hanya tinggal mengulangi saja. Barangkali ini sebab- nya ia kelihatan santai-santai saja, meskipun tetap tekun. Para penyaksi malam itu memang tidak merasa tertekan oleh sikapnya yang los -- tidak sebagaimana ngototnya pemain-pemain bule kalau lagi menggelarkan sesuatu yang mereka anggap serius dan berbobot. Mungkin ini pula salah satu daya tarik dari Carl sehingga resitalnya banyak dilongok. Walaupun penonton tidak begitu ribut keplok minta tambah tatkala malam pertunjukan itu berakhir, toh Carl memang merasa perlu juga untuk memenuhi keinginan semua orang untuk tombok satu lagu lagi. Sikap penonton yang cukup entusias (tetapi tidak terlalu bergelora) ini mungkin disebabkan karena nomor-nomor yang dipilih oleh Carl tidak begitu dikenal banyak orang. Juga permainannya tidak begitu ekspresif. Untuk terus memupuk kesetiaan penonton di masa yang akan datang memang baik diperhatikan juga penyusunan nomor-nomor yang ditampilkan. Nantinya setelah lewat masa ingin tahu orang tentang siapa Carl. tentunya Carl pantas juga untuk menyelidiki apa-apa yang lebih komunikatif dengan penonton. Di samping menyuguhkan sesuatu yang berbobot -- sampai batas-batas tertentu misalnya. Setidak-tidaknya sedikit nomor yang agak dikenal oleh kebanyakan orang, yang anggap saja sebagai variasi Carl sendiri tampaknya masih tetap optimis terhadap publiknya. Ia bertekad untuk memperbanyak penampilan resital gitar, untuk mengumpulkan terus masyarakat pendengar gitar. Tidak lama lagi misalnya dia sudah punya rencana untuk tampil di Surabaya. Tapi di balik itu da juga memang kecemasannya terhadap kesetiaan pendengar gitar klasik yang kini tampak lagi musimnya. "Barangkali dalam 10 tahun mendatang saya akan berfikir-fikir untuk bermain gitar pop, kalau perkembangan publik gitar klasik mencemaskan", ujar Carl pada TEMPO. Sementara Sukarhardjana peniup klarinet yang juga sedang getol mengumpulkan masyarakat pendengar klarinet malahan menganjurkan agar Carl terus saja di klasik. Malahan katanya: "Kalau anak muda itu disekolahkan lagi, wah permainannya akan lebih matang. Bayangkan anak muda seusia dia, sudah bisa menyantol publik begitu banyak. Paling tidak saya mendapat teman untuk menyantol publik klasik lebih banyak lagi". Sebagaimana biasanya, penampilan Carl malam itu terbagi dalam dua babak. Dalam babak periama ia telah memilih menyuguhkan: karya anonimi dari abad ke-16 (Se Lo M'accorgo, Conzonnen und Tanze, Capricio. Canzone, Mascherada), kemudian beberapa karya dari Luis De Narvaez, Alesandro Scarlatti, Bach, Maura Giuliani, Caspar Sanz. Kemudian sesudah masa jedah, ia meneruskan membawakan Etude no.1 dan Prelude no.1 dan 3 dari H. Villa Lobos, diteruskan dengan Murmullo de la la guna (Eduardo Falu) dan kemudian Sona- tina no.1, Madronas dari F. Moreno Torroba. Semuanya dibawakan Carl dengan lancar. Barangkali sedemikian lancarnya sehingga kadangkala ia menjadi otomatis. Beberapa saat kita menjadi agak kehilangan unsur ekspresi dalam resitalnya itu. Tempeamen Carl sendiri banyak mempengaruhi permainannya. Ini untuk sedikit membantah kesan beberapa orang yang menganggap untuk jenis klasik malam itu mungkin Carl agak kurang latihan. Sebab ternyata justru kebalikannya. Penguasaan di luar kepala yang terlalu tok-cer bisa membuat penampilan menjadi mekanis, sehingga mempunyai akibat yang sama dengan kurang latihan. Dengan istilah yang bombastis: pucat tak berdarah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus