Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

PVMBG: Gunung Tangkuban Parahu Masih Terus Erupsi

Letusan Gunung Tangkuban Parahu menghasilkan material berukuran abu.

8 Agustus 2019 | 17.42 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kondisi Kawah Ratu pascaerupsi Gunung Tangkuban Parahu, Kabupaten Subang, Jawa Barat, 28 Juli 2019. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Sub Bidang Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Nia Haerani mengatakan Gunung Tangkuban Parahu masih terus erupsi hingga hari ini. “Erupsinya belum berhenti hingga hari ini dari sejak tangal 1 Agustus 2019, masih menerus,” kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis, 8 Agustus 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nia mengatakan, letusan Gunung Tangkuban Parahu menghasilkan material berukuran abu. Suara letusan terdengar meletup. “Dia itu meletup-letup, ada material abu terbawa,” kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nia membantah suara letusan Gunung Tangkuban Parahu bisa terdengar hingga jauh. Cuitan salah satu warga misalnya di Twitter hari ini mengaku mendengar suara dentuman dari arah Gunung Tangkuban Parahu pada pukul 12.10 WIB. “Kalau dekat dengan kawah akan mendengar suara gemuruh dan meletup-letup. Itu kalau berada di bibir kawah,” kata dia.

Nia mengatakan, petugas yang berada di Pos Pengamatan Gunung Tangkuban Parahu tidak mendengar suara gemuruh yang dihasilkan dari letusan gunung tersebut. Jarak pos pengamatan dengan Kawah Ratu di Puncak Gunung Tanbkubanparahu berkisar 2,8 kilometer.

Nia mengatakan, suara gemuruh dan letupan baru terdengar jelas dari bibir kawah. “Kalau mendekat ke situ akan mendengar suara gemuruh dan meletup-letup karena ada yang dikeluarkan, material berukuran abu,” kata dia.

Nia mengatakan, material yang dihasilkan letusan Gunung Tangkuban Parahu sendiri masih tersebar di dalam kawah. Lontaran material letusan masih berupa abu.

PVMBG mencatat tinggi lontaran material yang dihasilkan letusan sekitar 80 meter dari dasar kawah, sementara kedalaman kawah sekitar 100 meter. Sementara dari kejauhan terlihat kolom asap warna putih berasal dari Kawah Ratu, Gunung Tangkuban Parahu.

“Material letusan ada dua macam. Ada yang meletup-letup menghasilkan material abu, tinggi maksimum 80 meter. Ada gas yang dikeluarkan berwarna putih. Itu lebih tinggi, tingginya melebihi puncak Gunung Tangkuban Parahu. Kalau dilihat dari arah Subang tingginya sekitar 500 meter, berwarna putih. Warna putih itu dari kandungan gas dan uap air,” kata Nia.

Peralatan di pos pengamatan gunung api tersebut masih merekam tremor dengan amplitudo maksimum 50 milimeter. “Visual masih terjadi erupsi menerus berupa abu,” kata Nia.

Nia mengatakan, PVMBG hingga saat ini masih mempertahankan status aktivitas Gunung Tangkubanparahu di Level 2 atau Waspada. “Rekomendasinya agar tidak beraktivitas dalam radius 1,5 kilometer dari kawah aktif,” kata dia.

Sebelumnya, PVMBG menaikkan status aktivitas Gunung Tangkuban Parahu dari Normal (Level 1) menjadi Waspada (Level 2) Jumat, 2 Agustus 2019, pukul 08.00 WIB. “Ada peningkatan ancaman bahaya,” kata Kepala PVMBG Kasbani.

Kasbani mengatakan, naiknya aktivitas Gunung Tangkuban Parahu terpantau sejak Juni 2019. Disusul terjadinya erupsi pada 26 Juli 2019, dengan ketinggian kolom letusan 200 meter dari atas puncak.

AHMAD FIKRI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus