Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Cina meluncurkan kereta maglev superkonduksi suhu tinggi (HTS) yang mampu mencapai kecepatan tertinggi 600 kilometer per jam. Kecepatan maksimumnya diklaim akan membuat kereta ini menjadi kendaraan darat tercepat di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kereta yang dikembangkan sendiri oleh Cina, dan diproduksi di kota pesisir Qingdao, menggunakan gaya elektro magnetik yang membuatnya melayang di atas lintasan relnya. Ketika berjalan, badan dan rel benar-benar tidak saling menyentuh. Tujuannya, menghindari friksi atau gesekan dan didesain untuk memecahkan masalah hambatan kecepatan pada kereta-kereta kecepatan tinggi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cina telah menggunakan teknologi ini selama hampir dua dekade tapi dalam skala yang sangat terbatas. Shanghai memiliki jalur maglev pendek yang pertama kali beroperasi pada 2003. Teknologi suspensi elektromagnetik buatan Jerman tertanam pada jalur tersebut, sepanjang 30 kilometer antara pusat kota hingga Bandara Pudong.
Dengan kecepatan 600 km per jam, perjalanan berjarak lebih dari 1.000 kilometer dari Beijing ke Shanghai hanya perlu 2,5 jam dengan kereta itu. Sebagai pembanding, perjalanan akan memakan waktu 3 jam dengan pesawat dan 5,5 jam dengan kereta kecepatan tinggi yang ada saat ini.
Negara-negara seperti Jepang hingga Jerman juga mencari cara untuk membangun jaringan maglev. Selama ini teknologi ini dirintangi oleh biaya tinggi dan ketidakcocokan dengan infrastruktur lintasan saat ini.
Sebelumnya, prototipe lokomotif kereta tersebut dikenalkan pada Januari 2021 lalu. Menurut keterangan Universitas Jiaotong Barat Daya, yang ikut merancangnya, kereta produksi dalam negeri Cina itu mampu melesat tepatnya sampai 620 kilometer per jam.
Jalur relnya sepanjang 165 meter untuk menguji lokomotif itu juga diluncurkan pada hari yang sama. Saat seremoni, lokomotif sepanjang 21 meter dengan dominasi warna silver-hitam terlihat melayang dan bergerak perlahan sepanjang jalurnya itu. Para ahli langsung memuji pengembangan penting dari teknologi HTS yang dibawa dari laboratorium di Cina tersebut.
Wakil Direktur Pusat Riset Transportasi Supercepat Maglev dalam Kompartemen Tekanan Rendah di Universitas Jiaotong, Deng Zigang, menerangkan konsepnya secara teori terdengar sangat menarik. “Setiap orang selama ini hanya melihatnya (teknologi HTS maglev) sebagai mainan di laboratorium. Tidak ada yang mencobanya secara langsung," ujar dia.
Pengembangan proyek kereta maglev itu dikerjakan bareng Universitas Jiaotong, China Railway Group Limited dan CRRC Corporation Limited setelah menerima kucuran investasi 60 juta Yuan atau lebih dari Rp 130 miliar.
GADGETS NDTV | XINHUA | REUTERS