Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Rumah masa depan

Jepang & as kini bisa membuat rumah "cerdik". rumah dihubungkan ke dalam jaringan berbagai alat, seperti alat pemberi tahu bahaya: pemantau api, panas, ventilasi, gempa bumi alat bekerja otomatis.

2 Mei 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI sini terjadi kebakaran. Harap segera periksa," terdengar pesan dari telepon di rumah pada pemiliknya yang sedang sibuk di kantor. Padahal, rumah dalam keadaan kosong. Suara hantu? Bukan. Itu hasil komputer yang bekerja secara otomatis. Inilah babak mutakhir upaya Jepang di bidang elektronik dan komputer untuk mendobrak gaya rumah yang tradisional menjadi rumah untuk masa depan. Sistem yang mengubah gaya rumah itu belum lama ini telah diperkenalkan oleh perusahaan elektronik Jepang - antara lain Toshiba Corp. - dengan memperkenalkan sistem Home Automation (HA) atau Home Bus System (HBS). Istilah tersebut dimaksudkan untuk segala informasi elektronik, seperti telepon, TV, radio, dan data komunikasi terikat melalui jalur sinyal (Information Plug Socket) yang tersebar di dalam rumah. Sedangkan kata bus berarti segala informasi yang mengalir di dalam maupun yang ke luar rumah, akan menggunakan jalur yang sama. Seperti naik bis. Dengan kata lain, HA dan HBS adalah semacam komputanisasi (komputer dan telekomunikasi) segala jaringan hubungan kawat yang terpasang di dalam rumah. Melalui alat yang disebut Home Bus Controller (HBC), hubungan kawat listrik maupun jaringan telepon dan siaran TV dijadikan satu. Untuk hubungan seluruh jaringan informasi elektronik ini, kedua buah kabel coaxial dan keempat kabel pasangan perlu dipasang di dalam rumah. Kabel coaxial merupakan jalur buat informasi audovisual. Sedangkan kabel pasangan merupakan jalur buat suara telepon dan sinyal pengontrol. Dengan memasang HA atau HBS di dalam rumah, yang dilengkapi dengan Home Control System (HCS) tipe The-101, rumah menjadi"cerdik". Jika The-101 dihubungkan ke dalam jaringan berbagai alat, misalnya alat pemberi tahu bahaya: pemantau api, pemantau panas, pemantau gas, pemantau ventilasi, ataupun pemantau gempa bumi, alat akan bekerja secara otomatis. Sebagai contoh, jika di dalam rumah terjadi kebakaran. Tanpa diperintah alat pemantau api langsung menyalakan lampu merah sebagai tanda bahaya, sembari mengeluarkan suara "Ada kebakaran di rumah. Waspada. . .Waspada . . .". The-101 dapat menelepon secara otomatis. Jika rumah dalam keadaan kosong, secara otomatis alat tersebut akan menelepon ke tiga tempat: pemilik atau rumah tetangga, polisi, dan kantor pemadam kebakaran. Fungsi lainnya pun juga tak kalah menarik. Seperti pemantau ventilasi. Ketika udara terasa pengap karena asap rokok atau alkohol, misalnya, The-101 akan mengingatkan, "Ventilasi perlu diperiksa." The-101 dilengkapi juga dengan alat pemantau pencuri. Ketika pencuri berusaha membuka jendela atau pintu, misalnya, alat itu dengan seketika berbunyi, "Ada pencuri. Segera periksa." Kalau penghuni rumah sedang tak ada, alat langsung menelepon pemiliknya tanpa diketahui pencuri. Lalu pemiliknya tinggal angkat telepon ke polisi. Dan pencuri tinggal diringkus. Selain fungsi otomatis, The-101 dapat diperintah lewat telepon. Perintah menyalakan lampu di teras dan di dalam rumah cukup lewat telepon. Perintah juga dapat ditujukan pada bak mandi, supaya air sudah panas sebelum yang punya rumah datang. Namun, bila air dalam bak sudah penuh, alat itu segera mengingatkan, "Air sudah penuh." Dan bila air itu kelewat panas, alat itu akan langsung berbunyi, "Ping pong. . .ping pong." Pesan lewat telepon itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang punya kode nomor istimewa. Hanya hafal nomor telepon rumah tidak cukup. Sebab, jika ada telepon masuk dan rumah tak berpenghuni, telepon rumah akan menjawab, "Sedang keluar." Tanpa nomor istimewa perintah tak akan dikerjakan. Ini untuk mencegah orang lain mempermainkan. Menurut Takemaro Suzuki, manajer senior Home Automation System Department, Toshiba Corp., HA mempunyai prospek yang baik. Pasalnya, urusan rumah di Jepang akhir-akhir ini telah menghadapi masa sulit. Harga tanah di daerah Ginza di Tokyo, misalnya, sekarang telah melonjak mencapai US$ 100.000 atau sekitar Rp 164,6 juta per meter persegi. Permintaan HA diharapkan juga akan meningkat karena semakin banyaknya ibu-ibu yang mulai aktif ikut bekerja di luar rumah. Ada alasan lain yang membuat para teknisi HA optimistis. Menurut ramalan Kementerian Kesehatan Jepang, dalam abad XXI makin banyak orang jompo. Yaitu 15 sampai 20 persen penduduk Jepang berusia 65 tahun lebih. Kaum tua secara Jasmani memang lebih mudah mengontrol rumah memakai HA. Kini di Jepang tercatat 54 perusahaan yang memproduksi alat HA ini. Di antaranya Toshiba Corp. dan Matsushita Electric Co. sebagai pembuat utama. Pasarnya sekarang memang masih terbatas pada pembangun rumah baru. Mereka harus merogoh kocek sekitar Rp 6 juta lebih bagi tiap pemasangan HA. Namun, ada juga kekhawatiran. Ikuko Koyabe, 42 tahun. arsitek dari Japan Women's University, waswas. Dia khawatir akhirnya orang cenderung kehilangan daya pilih, apa yang dibutuhkan dan apa yang tak dibutuhkan. Kalau HA digunakan demi keamanan rumah, masih boleh. Tapi kalau jaringan informasi di dalam rumah akan dihubungkan dengan jaringan informasi di luar rumah, itu dianggapnya berbahaya. "Karena privagl-nya diserbu oleh orang luar. Bahkan ada kemungkinan orang di dalam rumah akan dikontrol oleh orang luar," kata arsitek ini. Jepang bukan negara pertama yang membuat rumah cerdik ini. Di Amerika Serikat sekarang ada sekitar 1 juta rumah yang menggunakannya. Ada seorang yang sampal memiliki 550 modul pengatur, yang berharga sekitar Rp 164.600 per modul. Di AS penggunaan alat ini terutama bukan untuk mengatasi keterbatasan tanah, tapi terutama untuk menciptakan rumah yang nyaman dan praktis. Kelihatannya HA memang wah. Tapi dibandingkan InteliHome percobaan buatan AS, HA ini tak ada apa-apanya. Maklum, istana InteliHome bewarna putih di Dallas, AS, ini menggunakan 12 komputer, 13 km kabel, dan cukup layar video untuk membuat stasiun televisi. Semuanya memang dibutuhkan untuk membuat InteliHome menjadi rumah paling "cerdik" di dunia. Sebab, selain mempunyai kecerdikan dasar seperti HA, InteliHome punya segudang kepiawaian lainnya. "Tujuannya memang untuk membuat rumah berungsi juga sebagai pembantu rumahtangga," kata Egil Juliussen, pemilik rumah cerdik percobaan ini. Ia misalnya dapat mengetahui berapa suhu di ruang bawah tanah atau apakah ada orang di lantai atas hanya dengan menelepon. Kegemaran Juliussen adalah menelepon dari mobilnya setiap pulang dari kantor dan memerintahkan rumah menylapkan air panas untuk mandi. InteliHome memang bertaburan sensor pemantau suhu, gerak, suara, dan asap. Sensor gerak memungkinkan terpantaunya kehadiran seseorang. Hasil pantauan ini diinformasikan pada komputer pengontrol dan setelah diolah disampaikan kepada pemilik dengan bahasa lisan. Selain itu, kehadiran sensor ini memungkinkan telepon hanya berdering di ruang yang ada penghuninya, demikian pula lampu dan pengatur suhu akan mati jika penghuni meninggalkan ruang. Untuk pengamanan dan perlindungan kebebasan pribadi, setiap penghuni rumah mempunyai kode yang berbeda. Dengan demikian, barang dan sarana pribadi hanya terbuka untuk pemiliknya sendiri. Demikian juga pintu tempat minuman keras, misalnya, tak akan terbuka jika bukan kode orang dewasa yang digunakan. Perangkat elektronik InteliHome, menurut Juliussen, cukup mahal. Yaitu sekitar Rp 800 juta. Tapi, menurut pemilik perusahaan yang mengkhususkan diri di bidang "pencerdikan" rumah ini, harga itu akan turun drastis jika sudah diproduksi secara masal. Ia optimistis, di AS akan terdapat sekurangnya 8 juta peminat rumah cerdik ala Inteli Home dalam 10 tahun mendatang. Soalnya, harga sistem ini semakin lama semakin turun, sementara biaya menggaji pembantu akan semakin naik. Suatu saat keduanya akan bertemu dan tempat tinggal pembantu rumah tangga pun akan beralih. Bukan lagi di kamar, tetapi di dalam memori komputer. Gatot Triyanto, Laporan Seiichi Okawa (Tokyo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus