Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Anna Rozaliyani, mengatakan istilah black fungus atau infeksi jamur hitam di India tidak tepat. Menurut dia, kasus itu merupakan mukormikosis—infeksi jamur yang disebabkan Mucormycetes.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mukormikosis adalah infeksi jamur sistemik yang disebabkan golongan Mucormycetes (Rhizopus spp, Mucor spp, Rhizomucor spp, Cunninghamella bertholletiae, Apophysomyces spp, dan Lichtheimia). Istilah black fungus tidak tepat karena Mucormycetes bukanlah kelompok jamur hitam (Dematiaceae).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Walaupun jamur ini menyebabkan kelainan jaringan berwarna kehitaman,” ujar Anna dalam acara virtual Temu Media FKUI Peduli Covid-19, Jumat, 4 Juni 2021.
Kasus mukormikosis dilaporkan sebanyak lebih dari 9.000 kasus di India pada Mei 2021. Mukormikosis dapat ditemukan di seluruh dunia, tapi kasus yang terbanyak dilaporkan di India. Prevalensi tahunan dilaporkan sebesar 10.000 kasus dan jumlah kasus total diperkirakan 171.504.
Selain itu, kata Anna, istilah infeksi jamur putih, kuning, dan hitam kurang tepat dan menimbulkan kerancuan karena istilah infeksi jamur putih/kuning terkadang dikaitkan dengan infeksi jamur golongan Aspergillus. Istilah ini tampaknya berasal dari warna cairan yang keluar dari rongga sinus pasien mukormikosis.
“Penyebutan penyakit jamur sebaiknya mengikuti nama standar yang biasanya berdasarkan nama latin jamur penyebabnya,” tutur Anna.
Menurut Anna yang juga anggota perhimpunan dokter paru Indonesia, Mukormikosis termasuk penyakit langka dan berbahaya karena potensi kematiannya sangat tinggi. Angka kematian bervariasi antara 46-96 persen tergantung pada kondisi penyakit pasien, jenis jamur, dan bagian tubuh yang terkena.
Mukormikosis berpotensi menyerang berbagai sistem organ yang mengakibatkan munculnya beragam gejala klinis yang berkembang cepat. Tanda klinis klasik mukormikosis adalah timbulnya nekrosis/kematian jaringan secara cepat.
“Hal itu terjadi akibat invasi jamur yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan trombosis (gumpalan darah), serta kelainan jaringan berwarna hitam atau black eschar,” kata Anna.
Mukormikosis terjadi melalui kontak dengan spora/ elemen jamur dari lingkungan (tanah, bahan organik yang membusuk misalnya daun, tumpukan kompos, dan kotoran hewan). Elemen jamur yang sangat kecil dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran napas (terhirup dari udara), melalui cedera/ goresan kulit, atau tertelan tanpa disadari.
Sebagian besar kasus menyebar secara sporadis, tapi pernah dilaporkan terjadi wabah di rumah sakit (melalui peralatan rumah sakit yang terkontaminasi jamur, kebocoran air, penyaringan udara yang buruk), pembongkaran bangunan, cedera akibat bencana alam, dan lainnya. “Mukormikosis tidak menular dari orang ke orang, maupun dari binatang.”
Diagnosis mukormikosis ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan pasien (ketelitian anamnesis, termasuk mengetahui faktor risiko), gejala penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, khususnya pemeriksaan mikologi (laboratorium jamur).
Di Indonesia, beberapa kasus mukormikosis dilaporkan sebelum pandemi Covid-19. Meskipun jumlahnya tidak banyak seperti di India, tetapi angka kematian dan kesakitannya tinggi. “Semasa pandemi juga telah ditemukan beberapa kasus yang diduga mukormikosis, hanya saja pembuktian diagnosis terkendala terbatasnya fasilitas pemeriksaan yang memadai,” ujar Anna.
Baca:
Profesor di UGM Jawab BMKG Soal Prediksi Gempa Besar