RETAKAN baru dijumpai. Kontan FAA (Badan Penerbangan Federal),
untuk kedua kalinya mendaratkan semua DC-10 yang terdaftar di
Amerika Serikat. Kali ini ia lebih drastis, malah sertifikat
layak terbang semua jenis DC-10 dicabutnya, yang akibatnya
terasa ke seluruh dunia.
FAA pada mulanya mendaratkan semua DC-10 di AS sebagai akibat
jatuhnya sebuah DC-10 di Chicago 25 Mei yang menewaskan 275
orang. Ada 118 pesawat dari armada DC-10 di Amerika yang
berjumlah 138 buah telah terbang kembali pekan lalu. Tapi Hakim
Distrik Federal Aubrey Robinson mengeluarkan perintah untuk
mendaratkan semua DC-10 atas desakan Himpunan Penumpang Pesawat
Terbang (APA Inc). Kemudian FAA mematuhinya dan Rabu lalu semua
DC-10 dilarang lagi terbang.
Retakan baru yang dijumpai pada penyangga mesin dua buah DC-10
milik American Airlines menyebabkan FAA mengeluarkan larangan
itu. DC-10 yang jatuh di Chicago itu adalah milik perusahaan itu
juga.
Di Luar Proporsi
Ada ketentuan FAA untuk memeriksa setiap DC-10 setelah 10 hari
atau 100 jam terbang. Kedua pesawat tadi dalam pemeriksaan
pertama -- segera setelah Chicago -- telah lulus dan
diperbolehkan terbang lagi. Ternyata keliru. "Sekarang terserah
McDonnel Douglas untuk membuktikan bahwa pesawat itu layak
terbang," kata seorang pengacara APA.
FAA telah dua kali dalam sejarahnya mencabut sertifikat tipe
pesawat terbang. Pertama, sertifikat tipe Fokker F-10 di tahun
1931. Kedua, sertifikat tipe Lockheed Constellation di tahun
1946.
McDonnell Douglas menilai tindakan FAA yang terakhir ini
tergesa-gesa dan di luar proporsi. DC-10 yang mengalami retakan
tadi dituduhnya karena si pemilik tidak melakukan perawatan
sesuai dengan petunjuk yang ditetapkan pabrik pembuatnya.
McDonnell Douglas selanjutnya menjelaskan bahwa American, United
dan Continental Airlines membuka mesin dan penyangganya sebagai
satu unit, agaknya untuk menghemat ongkos, sedangkan prosedur
yang dianjurkan McDonnell Doulas adalah untuk melepas mesin
dulu sebelum penyangganya dibuka.
American Airlines tidak diam. Donald Lloyd Jones, wakil direktur
perusahaan itu menjelaskan bahwa pada beberapa kesempatan
penggantian mesin dan penyangga, prosesnya justru disaksikan
oleh wakil resmi dari McDonnell Douglas. "Kami sangat terkejut
bahwa McDonnel Douglas menyerang suatu prosedur perawatan
yang ia sendiri bahkan turut melaksanakannya, tetapi tidak
pernah menyatakan keberatannya," kata Jones. Ia pun tidak yakin
bahwa keretakan itu disebabkan kesalahan prosedur perawatan
mereka, Tapi kini American Airlines telah menukar cara
perawatannya.
McDonnell Douglas juga menyatakan keberatan atas keputusan FAA
yang menyeluruh bagi semua seri DC-10. Retakan itu hanya
ditemukan pada DC-10 seri 10 yang dipergunakan untuk penerbangan
dalam negeri dan tidak ditemukan pada seri 30 dan 40 yang
dipergunakan untuk penerbangan internasional.
Nada serupa terdengar dari kebanyakan perusahaan penerbangan di
luar Amerika, termasuk Garuda dari Indonesia, yang mempergunakan
seri 30 dan 40 itu. Seperti dikemukakan oleh seorang jurubicara
British Caledonian Airways "semua retakan ditemukan pada DC-10
seri 10 yang umumnya memiliki jumlah jam terbang banyak dan
lebih sering tinggal landas dan mendarat."
DC-10 yang jatuh di Chicago adalah seri 10 dan mempunyai jumlah
jam terbang mencapai 19.000 jam. Pesawat DC-10 seri 30 milik
Garuda, misalnya mempunyai jumlah jam terbang relatif masih
sedikit.
British Caledonian Airways mengharapkan supaya pemerintah
Inggeris mendesak FAA untuk membatalkan larangan terbang bagi
seri 30 dan 40. Direktur FAA, Langhorne Bond, agaknya tetap
eguh dalam keputusannya. Dalam konperensi pers pekan lalu ia
mengatakan bahwa larangan itu akan tetap berlaku sampai semua
problim DC-10 ditemukan dan diperbaiki. Proses itu mungkin akan
memakan waktu "satu minggu".
Bond menegaskan bahwa FAA mempersoalkan hanya kesalahan dalam
konstruksi penyangga dan mesin, bukan disain konstruksi seluruh
pesawat. Ia pun menyanggah tuduhan McDonnell Douglas bahwa
keputusan FAA itu tidak berdasar dan terlalu drastis.
Kerepotan mengurus dan menyalurkan ribuan penumpang yang kandas
akibat pendaratan semua DC-10 makin meningkat. Ada perusahaan
penerbangan yang sempat mengangkut sejumlah calon penumpang
DC-10 dengan bis menuju New York untuk menaikkan mereka di
Boeing 747. Asosiasi Angkutan Udara di AS (ATA) memperkirakan
60.000 sampai 70.000 penumpang dari 800.000 penumpang sehari di
Amerika diangkut dengan DC-10. Libur di musim panas mendatang
pasti terpengaruh. United Airlines menjelaskan jumlah
penerbangannya yang biasanya sebanyak 1.463 terpaksa dikurangi
dengan 112.
Di New York, seorang manajer pemasaran, Bill Broderick,
mengatakan sekalipun harus mencicil perjalanan ke California
melalui Dallas dan Denver, "rasanya lebih tenang daripada
langsung dengan DC-10." Di California seorang pegawai wanita
dari Bank of America Corp. mengatakan perusahaannya memiliki
komputer untuk memonitor semua perjalanan penerbangan
karyawannya, tetapi pasti akan terjadi kekacauan dalam
perjalanan dinas. "Seperti mimpi buruk saja," katanya.
Kerugian suatu perusahaan penerbangan ditentukan terutama oleh
sejauh mana ia tergantung pada DC-10. National Airlines dan
Continental Airlines, misalnya, paling berat terpukul.
Nada cemas juga datang dari bursa Wall Street. Para finansir dan
pedagang saham di situ cukup gelisah. "Seharusnya FAA yang
didaratkan," gumam seorang bankir berambut putih. "Penanganan
Federal dalam soal ini merusak kepercayaan umum terhadap pesawat
itu dan terhadap sistim penerbangan nasional," kata Hans
Plickert, analis urusan penerbangan dari Blyth Eastman Dillon &
Co.
Dua bank besar di New York telah mulai meneliti jumlah pemberian
kredit mereka dalam program DC-10, untuk memperkirakan besar
kerugian yang mungkin terpaksa dipikul. Berkata seorang bankir,
"Problim DC-10 itu agaknya lebih serius dari dugaan semula."
Beberapa milyar dollar tertanam dalam bentuk kredit bank untuk
pembelian DC-10 oleh berbagai perusahaan penerbangan. Keadaan
akan menjadi parah bagi perbankan kalau ternyata dari
penyelidikan bahwa problim DC-10 itu berasal dari kesalahan
disain. Diduga akan ada kekacauan dalam jadwal pelunasan
pinjaman mereka. "Tidak perlu banyak penumpang menolak untuk
naik DC-10," kata seorang pengacara sebuah bank. "Kalau 5% saja
menolak, ini sudah problim."
Tetapi para bankir juga cepat menyatakan bahwa mereka belum akan
menunda pemberian kredit untuk membiayai pembelian DC-10,
seperti yang pernah dilakukan oleh Bank of America ketika
menghadapi permintaan kredit untuk pembangunan reaktor nuklir
pembangkit listrik baru, tidak lama setelah kecelakaan di Three
Mile Island, Harrisburg, 3 bulan lalu.
"Tidak ada perobahan dalam kebijaksanaan bank untuk membiayai
pembelian DC-10," kata Harold Rolfes, wakil direktur dari
kelompok Bank of America. Dan di Boston wakil direktur John
Hancock Mutual Life Insurance Co., David Munro mengatakan,
"masih terlalu pagi untuk mengambil kesimpulan tentang nasib
DC-10." Ia menjelaskan bahwa Hancock memberi kredit kepada 6
perusahaan penerbangan.
Banyak perusahaan penerbangan dari berbagai negeri yang
mempergunakan DC-10 terpaksa mendaratkan armada mereka. Pada
umumnya mereka tunduk kepada keputusan pemerintah masing-masing
yang mengatur penerbangan sipil setempat.
Agaknya tidak ada pilihan lain karena menerbangkan DC-10 berarti
menempuh risiko cukup berat. Tidak ada perusahaan asuransi yang
bersedia menjamin penerbangan itu setelah FAA mencabut
sertifikat tipenya. Juga kebanyakan negara telah menutup udara
mereka terhadap pesawat DC-10. Bahkan beberapa negara melarang
DC-10 asing, yang kebetulan berada di wilayah mereka ketika
larangan mulai berlaku, unwk tinggal landas.
Hanya Thailand di Asia semula menentang keputusan FAA. Tetapi
menghadapi kenyataan akhirnya Thai Airlines terpaksa juga
mendaratkan armada DC-10-nya.
Histeris
Ditjen Perhubungan Udara di Jakarta mengeluarkan perintah untuk
mendaratkan semua DC-10 milik Garuda. Hari itu 3 buah kebetulan
sudah berada di Halim, sedang yang ke-4 keesokan harinya
mendarat dari Amsterdam dan langsung diistirahatkan. Sekretaris
Perusahaan Garuda, R.A.J. Lumenta, menyatakan bahwa Garuda
memang mengalami kerugian akibat mendaratkan armada DC-10 tetapi
belum bisa dipastikan berapa besar. Sumber Garuda lain
mengungkapkan kerugian Garuda setiap harinya akibat lumpuhnya
armada DC-10 sekitar seperempat milyar rupiah. Pimpinan Garuda
mempertimbangkan untuk mengajukan claim kepada McDonnel Douglas
atas kerugiannya.
Claim semacam ini agaknya juga dipertimbangkan oleh perusahaan
penerbangan lainnya di Eropa Barat. Banyak tokoh penerbangan
sipil Eropa akan bertemu di Zurich pekan ini untuk menjajagi
kemungkinan ini, serta merumuskan cara untuk mengelakkan
larangan FAA ini.
Di London, Sir Freddie Larker, pemilik Larker Airways, menuduh
FAA bertindak secara panik. Ke-6 DC-10 milik perusahaannya
melayani penerbangan Skytrain, dengan tarif murah ke New York
dan Los Angeles.
Lufthansa dari Jerman Barat lebih keras lagi menuduh FAA.
Reinhard Abraham, anggota dewan direksi perusahaan itu menilai
keputusan FAA "melampaui batas, kalau tidak disebut histeris."
Namun Badan Penerbangan Sipil Jerman Barat tidak menyetujui
pendapat Abraham itu. Badan itu pun Rabu lalu memerintahkan
Lufthansa untuk mendaratkan ke-11 DC-10 miliknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini