Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Sebelum Puting Beliung Terjadi: Pohon Bergerak Cepat, Lalu...

BMKG menyampaikan puting beliung kerap terjadi di masa pancaroba alias masa transisi musik kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

7 Desember 2018 | 14.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sebuah papan penunjuk jalan roboh pasca angin puting beliung melanda kawasan Batutulis, Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat Jumat 7 Desember 2018. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko menyampaikan puting beliung kerap terjadi di masa pancaroba alias masa transisi musik kemarau ke musim hujan atau sebaliknya. "Indikasi terjadinya, satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah," ujar Hary melalui siaran pers, Kamis, 6 Desember 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (kurang dari 4.5 derajat Celsius). Disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi yang ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 milibar atau kurang dari 60 persen.

Selain itu, mulai pukul 10.00 pagi sudah terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih bertumpuk). "Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol," ujar Hary.

Tahap berikutnya, kata Hary, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb atau Cumulonimbus. Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat. Hary menjelaskan, biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras mendadak. "Apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita," kata dia.

Sifat-sifat puting beliung berdurasi singkat. Radiusnya sangat lokal luasannya berkisar 5-10 kilometer. "Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit," ujarnya. Menurut dia, puting beliung lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, atau terkadang menjelang malam hari. Bergerak secara garis lurus.

"Tidak bisa diprediksi secara spesifik kapan terjadi, hanya bisa diprediksi 30 menit hingga 1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen," kata Hary.

Dia memaparkan puting beliung hanya berasal dari awan Cumulonimbus. "Bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya, tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan puting beliung dan kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama."

Puting beliung memporak-porandakan sebagian wilayah Kota Bogor, Kamis sore, 6 Desember 2018. Puluhan atap rumah rusak diterjang angin. Puting beliung juga menewaskan satu orang.

Simak artikel menarik lainnya seputar penyebab puting beliung hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus