Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Negeri ini sedang sakit. Jumlah jiwa-jiwa yang hilang, the lost lives, lantaran depresi berat makin besar mengingat impitan aneka tekanan hidup yang makin berat. Tak aneh bila aneka bentuk konflik kian mencuat di sana-sini.
Simaklah catatan bunuh diri yang menunjukkan seriusnya kondisi kesehatan jiwa masyarakat kita. Pada paruh pertama 2003, tercatat 62 orang bunuh diri dengan berbagai alasan. Ini berarti meningkat lebih dari tiga kali lipat dibanding periode yang sama tahun 2002, yakni 19 orang bunuh diri.
Salah satu yang jadi perbincangan adalah kasus Marimutu Manimaren. Awal Agustus lalu, pengusaha terkenal ini menjemput ajal dengan melompat dari jendela kamar di lantai 56 Hotel Aston, Jakarta. Kasus yang juga menyentak nurani adalah Heryanto. Bocah 12 tahun dari Garut, Jawa Barat, ini menggantung diri hanya karena tidak punya duit 2.500 perak untuk membayar iuran ekstrakurikuler sekolah. Syukurlah, nyawa Heryanto terselamatkan dan kondisinya terus berangsur membaik.
Patut membuat prihatin, kepedulian pemerintah akan kualitas kesehatan mental masih amat rendah. Memang, rumah sakit jiwa telah tersedia di setiap provinsi. Tapi kapasitas seluruh rumah sakit itu cuma 8.000 tempat tidur. Padahal paling sedikit ada 100 ribu penduduk dengan gangguan kejiwaan berat yang butuh perawatan serius. Mereka yang tidak tertampung di rumah sakit banyak yang berkeliaran di jalanan kota dengan kondisi memprihatinkan.
Majalah Time, dalam laporan bertajuk Mental Crisis in Asia (edisi 10 November 2003), juga menempatkan Indonesia dalam urutan terbawah di Asia dalam penyediaan pelayanan kesehatan jiwa bagi mereka yang membutuhkan. Betapa tidak, dengan penduduk 230 juta, kita hanya memiliki 480 psikiater. Satu psikiater untuk tiap setengah juta penduduk. Jauh panggang dari api.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo