Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mentari memanggang bumi khatulistiwa sejak Februari. Sebenarnya ini fenomena yang lazim di daratan tropis seperti Indonesia, yang cuma kenal dua musim. Tapi panas kali ini lebih menyengat dari biasanya. Memasuki Mei, kemarau memperlihatkan keperkasaannya. Tanah-tanah retak, air sulit dicari, kekeringan melanda Indonesia.
Hujan yang ditunggu-tunggu tak juga mau jatuh menginjak akhir bulan kedelapan. Masyarakat meronta dicengkeram kegersangan. Puluhan ribu hektare sawah gagal panen. Petani ikan di waduk besar seperti Jatiluhur menderita kerugian miliaran rupiah. Pasokan listrik di Pulau Jawa terancam akibat permukaan air yang terus merosot.
Di Gunung Kidul, setiap hari, truk berisi air bersih hilir-mudik masuk kampung. Penduduk membeli air itu dengan harga gila-gilaan, kadang menukarnya dengan hewan ternak semata wayang. Sedangkan telaga-telaga yang masih berair selalu dijejali antrean manusia dari pagi hingga malam. Di Cirebon, kekeringan memicu konflik antarpetani yang berebut membuka pintu-pintu air.
Hujan yang ditunggu-tunggu baru turun awal September. Tapi curah air cepat mengubah keadaan menjadi bencana. Tanah-tanah yang rengkah dan akar-akar pohon di hutan negeri ini yang sudah tercerabut akibat pembalakan gila-gilaan tak ada yang bisa menahan gelontoran air.
Banjir pun tak terhindarkan. Yang terbesar dalam tahun ini melanda Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Banjir bandang yang terjadi pada September lalu itu menewaskan ratusan jiwa, membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Usai banjir, saling lempar tudingan yang terdengar. Pemerintah dianggap gagal menghentikan laju penebangan liar, sedangkan pemerintah berlindung di balik bencana alam. Apa pun itu, setiap bencana hanya menyisakan penderitaan, tak peduli pada perdebatan siapa salah, siapa benar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo