Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Studi: Obat Malaria Hadang COVID-19, Apalagi Kombinasi dengan ...

Sekalipun hanya mewakili studi terbatas di antara pasien COVID-19, tapi para penelitinya optimistis dengan temuan ini

20 Maret 2020 | 14.59 WIB

ilustrasi obat(pixabay.com)
Perbesar
ilustrasi obat(pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Kombinasi hydroxychloroquine, obat malaria populer yang dikenal dengan nama dagang Plaqenuil, dan antibiotik azithromycin alias zithromax atau azithrocin bisa menekan durasi infeksi COVID-19 pada manusia. Bukti awal untuk temuan ini didapat dari sebuah studi terbatas terhadap pasien penyakit virus corona 2019 itu di Cina.

Itu seperti yang diungkap dalam publikasi terbaru International Journal of Antimicrobial Agents. Di sana disebutkan penelitian dilakukan kepada lebih dari 30 pasien COVID-19, yang terbagi ke dlam kelompok-kelompok yang diobati dengan hydroxychloroquine, kombinasi obat itu dengan antibiotik, dan kelompok kontrol yang tidak menerima keduanya. 

Para pasien terinfeksi COVID-19 dalam penelitian ini termasuk enam yang tidak menunjukkan gejala apa pun dan 22 yang memiliki gejala sakit saluran pernapasan bagian atas semisal bersin, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Sisanya, delapan pasien, memiliki gejala gangguan saluran pernapasan lebih rendah (kebanyakan batuk).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Laporan penelitian itu menyatakan pengobatan kombinasi memiliki khasiat dalam memperpendek durasi infeksi pada pasien. Hydroxychloroquine sendirian memang ditemukan efektif obati pasien virus corona. Tapi ketika dikombinasikan dengan azitromisin, obat malaria itu menjadi jauh lebih efektif. 

Sekalipun hasil ini mewakili studi terbatas dengan sejumlah kecil pasien, tapi para penelitinya optimistis dengan temuan ini. Terutama ketika dikombinasikan dengan laporan sebelumnya dari pasien di Cina dengan opsi perawatan yang sama, yakni menggunakan obat malaria.

Seperti diketahui, peneliti di sejumlah negara di dunia sedang berpacu dengan penularan infeksi COVID-19. Sepanjang belum tersedia vaksin, mereka menggunakan beragam obat ekperimental. Selain antimalaria, lainnya seperti antiHIV, antivirus yang sedang diuji untuk Ebola, SARS, HIV.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

TECH CRUNCH | INTERNATIONAL JOURNAL OF ANTIMICROBIAL AGENTS

Zacharias Wuragil

Zacharias Wuragil

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus