Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Studi Vaksin Booster, Antibodi dari Sinovac Ditingkatkan oleh Pfizer, AZ dan J&J

Di Indonesia, vaksin booster untuk penerima vaksin Sinovac hanya boleh dari vaksin yang sama atau vaksin dari Anhui, juga dari Cina.

25 Januari 2022 | 07.36 WIB

Tenaga medis mempersiapkan vaksin Pfizer untuk warga lansia yang  mengikuti vaksinasi booster hari ke-2 di RPTRA Gondangdia, Jakarta, Kamis 13 Januari 2022. Pemerintah telah menyatakan vaksin booster Covid-19 atau vaksin dosis tambahan akan diberikan gratis. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Tenaga medis mempersiapkan vaksin Pfizer untuk warga lansia yang mengikuti vaksinasi booster hari ke-2 di RPTRA Gondangdia, Jakarta, Kamis 13 Januari 2022. Pemerintah telah menyatakan vaksin booster Covid-19 atau vaksin dosis tambahan akan diberikan gratis. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca, Pfizer atau Johnson & Johnson bisa digunakan sebagai vaksin booster bagi para penerima dosis vaksin primer dari Sinovac. Studi menunjukkan, ketiganya mampu meningkatkan secara signifikan antibodi para penerima vaksin Sinovac di Brasil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Studi menemukan kalau CoronaVac (dari Sinovac) menerima penguatan tertinggi dari vaksin viral vektor atau mRNA, termasuk dalam melawan virus corona varian Delta dan Omicron," kata tim peneliti dari Brasil dan University of Oxford, Inggris, Senin waktu setempat, 24 Januari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sinovac menggunakan vaksin dari virus corona (SARS-CoV-2) yang telah dibuat tak aktif yang berasal dari sampel pasien di Cina. Vaksin ini telah digunakan di lebih dari 50 negara termasuk Brasil, Cina, Argentina, Afrika Selatan, Oman, Malaysia, Turki, dan Indonesia.

"Studi ini menyediakan opsi penting untuk para pembuat kebijakan di banyak negara di mana vaksin jenis ini telah digunakan," kata Andrew Pollard, Direktur Grup Vaksin di Oxford yang memimpin studi itu.

Menurut studi terbaru yang melibatkan 1.240 relawan dari Sao Paulo dan Salvador di Brasil, dosis ketiga dari vaksin Sinovac juga mampu meningkatkan antibodi, tapi hasilnya diakui akan lebih baik jika dosis lanjutan atau penguat itu berasal dari jenis vaksin lain.

Kadar antibodi penetralisir terukur rendah sebelum dosis vaksin booster diberikan, dengan hanya 20,4 persen pada orang dewasa usia 18-60 tahun dan 8,9 persen pada mereka yang lansia. Menurut hasil studi yang dipublikasi di jurnal medis The Lancet pada Jumat lalu, peningkatan signifikan terjadi pada semua penggunaan vaksin booster yang berbeda jenis itu.

Hasil studi itu berbeda dari studi pada Desember lalu yang mendapati dua dosis vaksin Sinovac yang diikuti booster dari Pfizer menunjukkan respons imun yang lebih lemah melawan varian Omicron dibandingkan varian lain. Saat itu, peningkatan kadar antibodi terukur 2,7 kali lebih lemah jika dibandingkan untuk digunakan melawan varian Delta.

Kadarnya malah 6,3 kali lebih rendah dibandingkan peningkatan yang terjadi saat menghadapi varian orisinal SARS-CoV-2 yang dari menyebar dari Cina pada awal 2020 lalu.

Berdasarkan hasil tersebut, tim penelitinya berpendapat para penerima vaksin Sinovac mungkin membutuhkan dua kali vaksin booster untuk mendapatkan level antibodi yang cukup protektif melawan Omicron. Pendapat dikuatkan hasil studi terpisah atas sampel plasma dari 101 orang di Republik Dominika dan juga studi tiga dosis vaksin Sinovac di Hong Kong pada pekan lalu.

Berbeda dari Vaksin Sinovac yang menggunakan virus corona secara langsung yang telah dibuat tak aktif, vaksin mRNA dari Pfizer/BioNTech menggunakan transkrip genetik berisi instruksi kepada protein virus mengajari tubuh bagaimana bertahan dari infeksi.

Sementara, vaksin viral vector seperti yang dikembangkan AstraZeneca-Oxford juga J&J menggunakan virus lain yang telah dilemahkan untuk mengirim instruksi genetik penciptaan protein untuk perlidungan dari infeksi yang sama.

Di Indonesia, kebijakan penggunaan vaksin booster yang telah ditetapkan BPOM adalah vaksin Covid-19 Pfizer hanya sebagai vaksin booster homolog. Ini artinya digunakan hanya kepada mereka yang sebelumnya telah menerima dosis lengkap jenis vaksin yang sama sebagai vaksin primernya.

Aturan yang sama berlaku untuk vaksin AstraZeneca. Sedang Vaksin mRNA dari Moderna bisa digunakan sebagai vaksin booster heterolog, tapi untuk mereka pengguna vaksin Pfizer, AstraZeneca, atau Johnson & Johnson.

REUTERS


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus