Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Suhu Bumi Terancam Naik 2 Derajat, Ilmuwan Bahas Pemanasan Global

Pertemuan para ilmuwan dan pemerintah di Korea Selatan berupaya menjaga pemanasan global maksimal berada di level 1,5 derajat Celcius.

9 Oktober 2018 | 07.39 WIB

Pemandangan gletser Stein di Swiss pada 2015. Dalam satu dekade terakhir peneliti dan fotografer mengawasi perubahan yang terjadi pada gletser di seluruh dunia, dimana mengalami penurunan akibat pemanasan global. (Matthew Kennedy/Earth Vision Institute via AP)
Perbesar
Pemandangan gletser Stein di Swiss pada 2015. Dalam satu dekade terakhir peneliti dan fotografer mengawasi perubahan yang terjadi pada gletser di seluruh dunia, dimana mengalami penurunan akibat pemanasan global. (Matthew Kennedy/Earth Vision Institute via AP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dan pemerintah dari seluruh dunia tengah menggelar pertemuan pada pekan ini untuk membahas persoalan pemanasan global. Pertemuan yang berlangsung di Incheon, Korea Selatan, itu membahas tentang menjaga pemanasan global maksimal berada di level 1,5 derajat Celcius.

Baca: Ini 5 Negara yang Paling Aman dari Efek Pemanasan Global
Baca: Suhu Global Naik 2 Derajat, Asia Tenggara Jadi Gurun Tandus!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Koordinator Ilmu Iklim dan Energi Global di World Wildlife Fund, Christopher Weber menyatakan, laporan The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menunjukkan ada peluang kenaikan suhu melebihi 1,5 derajat Celcius. "Ini akan memiliki konsekuensi menghancurkan, termasuk hilangnya habitat dan spesies," kata Weber, sebagaimana dikutip Reuters, Senin, 8 Oktober 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Weber menilai bukti adanya pemanasan global dan potensi kenaikan suhu dari 1,5 derajat tidak hanya ditunjukkan dari laporan yang ada. Alam, menurut dia, sudah memberikan gelagat adanya kenaikan suhu mendekati dua derajat. Salah satunya ialah munculnya berbagai cuaca ekstrem seperti gelombang panas di Jepang dan Eropa, kebakaran hutan di California dan Yunani.

Selain itu, munculnya badai yang dahsyat di kawasan Filipina. "PBB memperkirakan dalam 10 tahun terakhir bencana terkait iklim menyebabkan kerugian USD 1,4 triliun," kata Weber.

Mengutip BBC, para ilmuwan IPCC memberi pilihan apa saja yang dapat dilakukan untuk menahan kenaikan suhu global. Secara umum, hasil laporan itu menyatakan ada empat sektor yang mesti ada perubahan dengan cepat dan signifikan, yakni energi, penggunaan lahan, kota, dan industri.

Beberapa kebijakan turunan yang bisa dilakukan di antaranya dengan menurunkan emisi global hingga 45 persen pada 2030. Selain itu, optimalisasi penggunaan energi terbarukan, seperti listrik dan mengurangi bahan bakar batu bara. Lalu target emisi nol persen pada 2050.

Wakil Ketua IPCC Dr Debra Roberts menambahkan diperlukan kerja sama semua pihak agar langkah itu bisa terwujud. Menurut dia, pesan utama dari laporan IPCC ialah kolaborasi antar semua pihak untuk menjaga pemanasan global tidak bertambah dari 1,5 derajat celcius. "Laporannya sangat jelas, ini bisa dilakukan, tetapi membutuhkan perubahan besar secara sosial dan politik dan disertai dengan perkembangan teknologi," kata dia.

Dalam hal menekan emisi global, Roberts memberikan sebuah pesan yang jelas. Ia mengatakan setiap orang mempunyai kendali atas apa yang dikonsumsi dan memilih menggunakan transportasi umum. "Kita dapat memilih cara bergerak di kota-kota. Bila tidak memiliki akses ke transportasi umum, pastikan Anda memilih politikus yang menyediakan opsi di sekitar transportasi umum," ucapnya.

Simak artikel lainnya tentang pemanasan global di kanal Tekno Tempo.co.

ADITYA BUDIMAN | REUTERS | BBC

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus