Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ikan nila jantan Indonesia kini bisa lebih gemuk ketimbang nila betina. Tim peneliti dari Institut Pertanian Bogor, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, serta Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Tawar Sukabumi merekayasa ikan yang diberi nama nila gesit. Pada Desember 2006, Balai ini melepas ikan tersebut untuk dibiakkan.
Gesit merupakan akronim dari genetically supermale Indonesian Tilapia. Para peneliti melakukan rekayasa genetis untuk mendapatkan ikan nila jantan super YY. Bila dikawinkan dengan betina normal (XX), ikan berkromosom YY akan menghasilkan keturunan yang seluruhnya berkelamin jantan XY.
Dari serangkaian riset, gesit mampu mencapai berat 600 gram dalam waktu lima bulan. Ini berat minimal yang harus dicapai jika si nila hendak diekspor ke Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Ekspor nila Indonesia ke AS dalam bentuk fillet segar dan beku kalah jauh dibanding Cina. Pada 2004 Cina memasok 51 ribu ton nila ke AS, sementara Indonesia baru mendekati 4.000 ton.
Bibit ikan supernila ditunggu oleh pembudi daya. Proses pembiakannya relatif lebih mudah ketimbang ikan mas dan gurame.
Pesawat Lebah
Universitas Mediterranean Marseilles, Prancis, merakit helikopter mini untuk mengamati gerak-gerik lebah. Penelitian ini mengungkapkan, serangga itu amat efisien dan mahir dalam urusan terbang. Nicolas Franceschini, peneliti dari Mediterranean, menjelaskan bahwa lebah mengendalikan seluruh geraknya melalui mata, misalnya ketika berhenti sejenak di atas permukaan air. Sayap depan lebah juga lebih kaku dibanding sayap belakang yang lentur.
Penelitian ini diharapkan berfaedah bagi dunia penerbangan dalam mencegah jatuhnya pesawat. Heli mini yang meniru cara terbang lebah kelak juga bisa dipakai untuk pesawat mata-mata.
Helikopter Penyelamat
Tim penyelamat di Gunung Everest dan perusahaan TGR Helicorp sedang merancang helikopter tak berawak. Heli yang dijalankan dengan remote control itu berfungsi sebagai ambulans udara guna menolong pendaki yang terkena musibah.
Selama ini helikopter tak mungkin melakukan penyelamatan di daerah di atas 14 ribu kaki dengan kadar oksigen yang menipis. Heli yang akan diuji coba di Pegunungan Alps, Selandia Baru, ini mampu terbang hingga ketinggian 30 ribu kaki.
Saat ini tim penyelamat membangun pos di Namche Bazar, wilayah di Taman Nasional Sagarmatha, Nepal. Dari markas ini dua helikopter tersebut dioperasikan. Petugas di darat akan memandu melalui sepuluh kamera yang terpasang di dalam dan luar helikopter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo