Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbeda dengan teknologi laser yang tampaknya sudah mencapai titik jenuh (teknologi printer dibedakan menjadi tiga: dot-matrix, inkjet, dan laser), produsen printer saat ini beradu kecanggihan teknologi inkjet. Sampai saat iniselain adu kecepatankompetisi sudah sampai pada tahap adu nozzle (penyemprot tinta ke kertas) yang paling kecil, yang ukurannya dalam pikoliter.
Epson, misalnya, mengklaim bisa membuat nozzle berukuran hanya sepersepuluh besar sehelai rambut. Karena nozzle superkecil inilah bisa dihasilkan cetakan semulus foto.
Menurut Andreas Sindudharma, manajer bisnis PT Metrodata Electronics, produsen Epson, teknologi printer inkjet yang dikembangkan Epson menggunakan tekanan dari head micropiezo untuk mengeluarkan tinta. Head micropiezo itu sendiri digerakkan oleh pulsa listrik yang dapat diatur besarnya sehingga butiran tinta dapat keluar dengan cepat dan dapat diatur ukurannya.
Prinsip kerjanya agak berbeda dengan printer sejenis dari Canon atau Hewlett-Packard (HP). Meski menggunakan istilah yang berbeda, teknologi yang dipergunakan dua produsen ini agak mirip. Kurang lebih begini: tinta disemprotkan dengan menggunakan energi listrik. Listrik akan memanaskan tinta dan membentuk gelembung yang kemudian menekan tinta hingga tersemprot ke luar melalui lubang-lubang nozzle. Setelah itu, ada proses pendinginan dan kejutan listrik lagi. Begitu seterusnya.
Pendekatan fotografi, menurut manajer bisnis korporat PT Hewlett-Packard Berca Servisindo, Budi S.W., dipergunakan HP untuk mengembangkan teknologi printer inkjet. "Orang mengatakan cetakan bagus kalau cetakan itu sebagus foto. Karena itu, kami mengadakan penelitian bagaimana foto bisa dihasilkan.
Ternyata, dalam fotografi, dihasilkan warna dasar dalam jumlah yang luar biasa tak terhingga," kata Budi. HP sendiri memiliki PhotoRET II yang, kata Budi, ukuran titik tintanya sampai 70 persen lebih kecil dari kategori printer inkjet.
Teknologi ini, di sisi lain, membawa konsekuensi. Karena jumlah titik dalam setiap inci bertambah, jumlah tinta yang disemprotkan pun makin banyak. Dan itu berarti biayanya lebih mahal. "Biaya operasi dengan bubble-jet printer memang lebih mahal dibandingkan dengan printer laser karena menggunakan tinta," kata manajer pemasaran Canon, Danny Harjono. Untuk printer laser, meski investasinya lebih mahal ketimbang printer jenis lainnya, bila dihitung-hitung, biaya cetak per lembarnya relatif murah.
Meski printer inkjet lebih boros tinta, para produsen printer menyarankan agar pengguna printer tidak mengisi ulang tinta dalam cartridge untuk mengakali harga cartridge yang mahal. Sebab, itu tidak hanya akan menghasilkan cetakan yang tak jelas, tapi juga mengancam "keselamatan" printer. Penggunaan tinta isi ulang dapat mencemari board cartridge, yang merupakan suatu rangkaian elektronik yang berhubungan langsung dengan carriage cable dan logic board. "Cartridge yang diisi ulang tidak lagi dalam kondisi hampa udara. Artinya, kebocoran tinta sangat mungkin terjadi.
Tetesan tinta pada rangkaian tersebut dapat mengakibatkan hubungan pendek, yang otomatis langsung merusak carriage cable, yang akan terbakar pada terminalnya, dan logic board menjadi rusak pada processor-nya," kata Danny.
Menurut seorang mahasiswa pengguna printer, Andi, meski ia pernah memakai tinta isi ulang, sejauh ini printer inkjet yang dimilikinya masih berfungsi dengan baik. "Saya enggak merasa printer saya rusak, tuh," katanya. Bagi yang ingin berspekulasi menghemat, saat ini ada dua pilihan: membawa cartridge kosong ke toko yang akan mengebor dan mengisinya dengan tinta yang tersedia di sana atau membeli sendiri tinta dalam suntikan. "Problemnya menyuntik sendiri sering gagal. Tinta jadi keluar terus atau malah tidak sama sekali. Saya lebih sering gagalnya, jadi beli yang asli saja walau harus menabung dulu," katanya.
Kalau mau aman, memang lebih baik membeli printer sesuai dengan kebutuhan. Setiap jenis komputertermasuk printer berteknologi dot-matrixpunya kelebihan dan kekurangan. Buat apa menghamburkan uang untuk membeli kecanggihan yang tak diperlukan?
Gabriel Sugrahetty, Ahmad Fuadi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo